Jumat, 15 Juli 2011

pasukan sepeda si nay

"Om.. om kita boleh main yah "
Sepeleton pasukan bersepeda menyerbu rumah kontrakanku. Pemimpinnya seorang gadis beringas nan cerdas **SI NAY**.
"Wo..boleh-boleh sini - sini masuk... ha tapi di rumah om, ndak ada apa-apa... mau main apa ? ".
"Nganu kalo begitu nggambar saja... yah.. ini om punya spidol banyak..."
Tak menunggu instruksi spidolnya langsung beralih tangan ... papan tulis putih pun mulai digores-gores.
"Om... ini rumah jepang,..."
"Yang ini gadis jepang...." kata satunya lagi
"Yang ini pohon jepang..." kata si Nay lagi.
"Bagus ndak om ? "
Bagus - bagus jawabku singkat. Kok temanya Jepang semua.
"Iya kan kemarin rumahnya habis kena gempa semua.. jadi ini saya gambar saja" kata si Nay lagi.
Aku manggut-manggut. Dunia mereka ... seperti tercermin di mata-mata mereka... penuh keluguan.. walau kadang mereka harus *mengeret-eret* tanganku dengan paksa, aku suka bermain dengan mereka.

Kamis, 14 Juli 2011

Bab yang ke ......

Kudengar dari pak dalang tentang kepahlawanan para pandawa. Pandawa membela kebenaran. Lawannya adalah Kurawa yang jahat hatinya. Ki dalang selalu menceritakan bahwa Pandawa selalu menang bertempur dalam pertempurannya dengan Kurawa. Aku jadi mengidolakan sosok Si Bima atau si Gatotkaca. Namun sayangnya kenyataanya berlainan dengan apa yang diceritakan oleh ki Dalang. Tak pernah diceritakan Pandawa bertempur dengan sesama pandawa. Misal Gatotkaca yang mati oleh panah Arjuna misalnya, atau Bima yang bertempur melawan Abimanyu misalnya.
Sedang pada kenyataannya, Pandawa harus berperang melawan pandawa... harus bunuh membunuh, tikam menikam, yang dikatakan sama seperti cerita dalang "Aku terpaksa melawannya demi kebenaran" namun sayangnya terkadang  ***HANYA DEMI PERUT***.
Seperti yang kubaca dari **CERITA NYAI DASIMA**.

Atau juga memang sesungguhnya demi kebenaran yang dipahami secara berbeda. Dan untuk itu tak bisa lain memang haruslah panah-panahan itu tak bisa dihindarkan. Mungkin analoginya adalah saat **PERANG BADAR** dimana para sahabat harus bunuh membunuh dengan bapak-bapak dan sanak kerabat mereka sendiri, demi tegaknya kalimat Alloh ta'ala.

Dan sungguh tak ada yang lebih menyakitkan saat lawan adu panah itu adalah sesama pandawa.