Jumat, 27 April 2012

Harapan segera beristri ....


Sangat sering aku dengar, teman sejawatku atau orang-orang disekelilingku membangga-bangga-kan diri :
“Kapan kau nikah ? “
“Itu si Anu sudah menempel undangan, kau kapan ? “
“Ha wong aku saja sudah nikah lho, gek apa yang kau tunggu..”
….
Kesemuanya itu hanya membuatku mual saja. Tak lain mereka adalah sosok tak tahu diri, tak tahu pribadi. Selama-nya manusia yang begini adalah memuak-kan. Kontras dengan kepalsuan.
Mereka tak akan berkata begitu pada dia yang telah menikah lebih dulu. Hanya mencari mangsa yang bisa diinjak-injak sajalah perilaku mereka. Sedang pada yang tak bisa diinjak-injak mereka akan diam.
….
“Lho... kan niatnya baik, untuk menyemangati ? “
Puuh...!!!! Dia kira kita ini tak sekolah kawan, yang begitu tololnya dapat dikelabui.
Jika kata-kata mereka dikatakan membantu, tak ubahnya seperti membangunkan tidurmu dengan jari kaki di muka-mu. Memang benar, kita dibangunkan... sudikah hatimu jika muka-mu itu dibangunkan dengan jari kaki ?
….
Mungkin mereka berharta, mungkin mereka kuasa. Apalah artinya jika kebanggaannya itu hanya karena menginjak-injak pundak kehormatan sesamanya. Tak akan pernah mereka berhenti. Jika berhenti artinya mereka mati, tak punya kehormatan lagi. Adakah manusia yang tak ingin terhormat ? Mangsa demi mangsa akan terus dicari. Yang begini ini kunamai “tak tahu diri”.


Jum'at , 27 April 2012
Sihmanto


Selasa, 24 April 2012

Untuk semua yang boleh kusebut *Mbak*....


Saat kulitmu masih kuning melangsat, masih kencang tanpa keriput. Itulah masa jaya-jaya-nya bagimu hingga kau namai dirimu cantik. Sesuatu yang dinama-i kecantikan, yaitu sesuatu yang membuat dirimu berbangga-bangga itu tidak lama, mungkin kau tak menyukai saat diriku menuliskan ini, sayangnya ini benar sodari.
Barisan pemuda seperti-ku akan dengan mudah mengobralkan kata cinta pada setiap diri yang berhiaskan kecantikan. Apakah yang begini tidak ilmiah ? Tak terlalu sulit untuk menyimpulkan hal yang begini kukira.

Akankah kecantikan-mu itu akan menjadi arca abadi di dalam hati suami-mu. Ataukah hanya sebingkai lukisan pensil dalam buku gambar yang bisa dihapus kemudian dilukisi lagi gambar yang lain-nya ? Itu tergantung dirimu sendiri.
Setiap hari kau bercermin, setiap kali kau timang-timang ukuran kecantikan yang masih tertinggal di dirimu. Sudah barang tentu kau akan merasai keriput demi keriput mulai tampak nyata dalam cermin itu. Jika keriputmu itu sudah semakin banyak-nya, apakah masih kau sebut dirimu itu cantik ?
Tapi kau masih bisa menjadi arca yang terpahat abadi di hati suami-mu. Seharusnya secara teori bagi kaum-mu, (*lihat tafsir ibnu katsir An Nisa; 34) sudah menjadi keharusan kau itu tampil menarik di depan suami-mu. Selayaknya kau kerahkan segala daya dan upaya untuk tampil semenarik mungkin di rumahmu sendiri.

Jika kau berlaku sebaliknya, jika kau tampil semenarik mungkin ketika hendak keluar, atau ketika hendak kondangan misalnya. Apakah kau salahkan seandainya suami-mu menyeleweng, mencari suatu keindahan yang masih kuning langsat sebagai kau dulu ? Apakah itu tidak ilmiah juga namanya jika suami-mu melakukan itu ? Maka kukira kau pun harus memperhatikan betul-betul hal ini.
Jangan sampai seperti yang kulihat dalam kehidupan dekat-ku, yang mana aku tak bisa memihak pada salah satunya.

Setiap wanita tentu ingin menjadi arca yang terpahat abadi di hati suaminya, yang tak kan pernah terhapuskan. Tapi ingat-ingatlah teori-teori ilmiah tadi.

Selasa, 24 April 2012
GSI Blok B. 5, No. 10
Sihmanto