Sambil bersandar pada tulang pintu geser bisa kulihat para brother-ku yang asyik masyuk itu.
Mereka katakan kepadaku :
'Begini brother 'Mon .. tema kita kali ini adalah menurut brother Fahm, mencari wanita sekarang susah sekali. Itu maksudnya ya kekasih hati, sang calon istri begitu lho.
Ha rak aneh tho itu namanya, wong orangnya handsem, tur (*jawa : juga ) terpelajar je. Masak kalah sama brother Mpeep, dengan sekali jurus kenalan pun langsung didapat. Itu soalnya hasil berguru bersama master asmara. Cukup dengan uang seribu rupiah bisa menggaet kenalan baru di alun-alun serang. Opo ora hebat ? '
'Ya kalau tidak … itu belajar dari brother CT saja. Sampai – sampai dia itu sudah capek bergonta-ganti saja saking banyaknya.'
Saya masih terbengong – bengong,
sedikit terkesima dengan tema yang ada. Ditengah pengunyahan saya
terhadap sajian yang sudah saya ramu, saya turut mesam-mesem
menyaksikan percakapan para brotherku. Terus tangan mencaplok nasi
lagi, terus sesuap lagi, terus sesuap lagi...wong laper je. Malam itu
saya kebagian mengisi master batch tiga formula je.
Dalam kondisi tangan yang masih aktif hendak mencaplok-kan sisa nasi di piring, saya pun turut berbicara.
'Jadi bagaimana barangkali ada yang punya adik perempuan ? '
Dalam kondisi tangan yang masih aktif hendak mencaplok-kan sisa nasi di piring, saya pun turut berbicara.
'Jadi bagaimana barangkali ada yang punya adik perempuan ? '
Brother Empeep langsung ketawa. Yang
lain ikutan nyeletuk...
“Adik saya masih SMP je, apa mau menunggu sampe gedhe...?” Kemudian terdengar tertawa lagi.
Pintu geser kembali bergerak. Kali ini masuklah Mr. Fast salah satu sersan mayor kami. Makin lengkaplah peserta diskusi terbuka itu.
“Mencari wanita itu soal hati je … “
'Biar kata soal hati, kan lebih baik kalau barangkali punya kenalan ya..diperkenalkan saja. Biar lebih syar'i. Ndak perlu banyak bunga, banyak janji apalagi banyak tipuan. Kan itu yang ada saat orang-orang berpacaran'.
“Adik saya masih SMP je, apa mau menunggu sampe gedhe...?” Kemudian terdengar tertawa lagi.
Pintu geser kembali bergerak. Kali ini masuklah Mr. Fast salah satu sersan mayor kami. Makin lengkaplah peserta diskusi terbuka itu.
“Mencari wanita itu soal hati je … “
'Biar kata soal hati, kan lebih baik kalau barangkali punya kenalan ya..diperkenalkan saja. Biar lebih syar'i. Ndak perlu banyak bunga, banyak janji apalagi banyak tipuan. Kan itu yang ada saat orang-orang berpacaran'.
“Nganu saja... itu saya ada kenalan
gadis yang baru magang di Puskesmas. Coba saja kalau mau....”
'Lha ini dia.... ini baru membantu, ini baru solusi. Bukan seperti tadi ...yang katanya berguru pada si anu, berguru pada si itu. Ai apa namanya itu ? Membantu pun tidak, menyakita ...iya. Sama sekali tak menyelesaikan masalah.'
Saya langsung memencet radio di depan saya dengan tangan kiri. Tangan kanan masih berkelana di atas piring mengumpulkan sisa-sisa nasi yang tinggal beberapa gelintir saja.
'Kijang satu memanggil brother Fahm....'
“Masuk mas...'Mon....silahkan masuk...”
'Nganu... apa itu....nanti langsung saja mengontact Mr. Fast ….'
Radio terdiam tak terdengar jawaban. Sedang perbincangan di dalam masih terus berlanjut. Semakin hingar bingar.
####
Kebisingan suara mesin menemani langkah-ku menuju gudang aditive. Dua kali pengisian lagi yang masih menunggu-ku. Aku berjalan sambil membawa uneg-uneg di pikiran. Apa yang baru saja kami perbincangkan itu. Di pojok kiri atas Reaktor dua, rembulan terlihat bulat sekali. Bercahyakan terang, memberi keindahan tersendiri malam itu.
“Lelaki berhak memilih yang baik-baik, para wanita juga berhak untuk menolak. Kemudian memilih yang baru, yang sesuai dengan apa yang dia kehendaki.
Tak tahu-nya apa yang dipilihnya itu adalah seorang bajingan. Apa yang dikira baik itu, apa yang diangan-angankan seindah surga itu ternyata hanyalah bunga-bunga di pikiran. Yang jauh dari kenyataan. Kadang-kadang yang dikira buruk itu malah yang menyimpan sejuta kebaikan. Itu kadang-kadang saja. Sesuatu yang susah untuk dipastikan dengan akal apalagi hanya dengan perasaan. Begitulah kehidupan. Dan semua itu tak terlihat, hanya bisa dirasa oleh yang punya rasa sendiri-sendiri.
'Lha ini dia.... ini baru membantu, ini baru solusi. Bukan seperti tadi ...yang katanya berguru pada si anu, berguru pada si itu. Ai apa namanya itu ? Membantu pun tidak, menyakita ...iya. Sama sekali tak menyelesaikan masalah.'
Saya langsung memencet radio di depan saya dengan tangan kiri. Tangan kanan masih berkelana di atas piring mengumpulkan sisa-sisa nasi yang tinggal beberapa gelintir saja.
'Kijang satu memanggil brother Fahm....'
“Masuk mas...'Mon....silahkan masuk...”
'Nganu... apa itu....nanti langsung saja mengontact Mr. Fast ….'
Radio terdiam tak terdengar jawaban. Sedang perbincangan di dalam masih terus berlanjut. Semakin hingar bingar.
####
Kebisingan suara mesin menemani langkah-ku menuju gudang aditive. Dua kali pengisian lagi yang masih menunggu-ku. Aku berjalan sambil membawa uneg-uneg di pikiran. Apa yang baru saja kami perbincangkan itu. Di pojok kiri atas Reaktor dua, rembulan terlihat bulat sekali. Bercahyakan terang, memberi keindahan tersendiri malam itu.
“Lelaki berhak memilih yang baik-baik, para wanita juga berhak untuk menolak. Kemudian memilih yang baru, yang sesuai dengan apa yang dia kehendaki.
Tak tahu-nya apa yang dipilihnya itu adalah seorang bajingan. Apa yang dikira baik itu, apa yang diangan-angankan seindah surga itu ternyata hanyalah bunga-bunga di pikiran. Yang jauh dari kenyataan. Kadang-kadang yang dikira buruk itu malah yang menyimpan sejuta kebaikan. Itu kadang-kadang saja. Sesuatu yang susah untuk dipastikan dengan akal apalagi hanya dengan perasaan. Begitulah kehidupan. Dan semua itu tak terlihat, hanya bisa dirasa oleh yang punya rasa sendiri-sendiri.
Syukur adalah suatu harga mati untuk
sebuah takdir …. “
Sabtu, 01 September 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Si'Mon Dinomo
Sabtu, 01 September 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Si'Mon Dinomo