Kamis, 31 Januari 2013

Kesaksianku atas Perang Sodara di tanah yang kucintai...


Pabila keluarga sudah kehilangan saling pengertiannya. Masalah harus segera dirumuskan. Bila tidak ia akan terus menjalar sepetak demi sepetak keretakan yang semakin membesar. Jujur saya katakan keluarga yang sudah begitu seperti neraka saja. Hanya kepalsuan saja di sekelilingnya. Lebih menyedihkan lagi tatkala aku hanya bisa diam, tak mampu berbuat apa-apa.
Yang demikian itu sudah aku alami, dan aku rasakan.

Sekarang biarlah aku berbuat sesuatu untuk memperbaiki sebuah keluarga. Memang sangat disayangkan tak banyak yang bisa kulakuan, tapi biar kucoba untuk berbuat.

**
Aku beri tahu kau tentang ufuk … !
Bila diri menatap ke arah barat selat sunda, entah dari lantai 4 train, dari tangki ethylene, atau cukup di lantai dasar saja. Akan kau lihat suatu garis lurus tempat bertemunya laut dengan dinding langit. Itulah yang namanya ufuk. Dari sana setiap yang terlihat mempunyai makna ganda. Suatu titik yang terlihat beberapa saat kemudian bisa saja menghilang. Bisa juga titik itu akan berkembang semakin membesar, dan akhirnya tampak sebagai kapal yang megah di depan mata.
Saat baru terlihat suatu titik di ufuk, perlu dinilai secara adil. Ditimbang-timbang dulu agar tak salah dalam mengenali apa yang kita lihat itu.
Begitulah dalam segala sesuatu perlu keadilan dalam pikiran di dalam ufuk pikir kita.
Ketidakadilan ufuk berfikir akan membuat kabur pandangan, sehingga salah dalam menentukan mana kawan dan mana lawan. Bila ini terjadi jangan harap kau bisa unggul di medang perang. Wong musuhnya saja tidak tahu... bagaimana bisa menang. Bisa jadi temen sendiri dikira musuh. Justeru musuh-lah yang menjadi diuntungkan.
Itu soal teori perang, yang tak kuketahui secara rinci. Di dunia ini banyak hal memang harus diketahui... Sangat kusayangkan aku ini banyak tidak tahu-nya. Aku ini seorang yang tak terpelajar.

Untuk mereka yang memegang kekuasaan telah kutuliskan pada masa dahulu, seperti tertera di bawah ini :
http://bintang-kelana.blogspot.com/2012/10/penguasa-yang-kolonial.html

Untuk mereka yang mengaku berpahamkan saling peduli, berjiwa sosial tinggi, pun telah kutuliskan pada masa dahulu, silahkan lihat link di bawah ini :
http://bintang-kelana.blogspot.com/2012/02/egoisme-jiwa-yang-jahat.html

Kiranya masing-masing kita harus memperbaiki diri. Memang musuh itu ada banyak, ada musuh yang dari dalam (dalam diri dan dalam lingkungan-orang munafik-orang muka dua), ada musuh yang dari luar, dan ada musuh yang tak kelihatan (syaiton). Namun yang paling harus kita kalahkan adalah musuh dalam diri terlebih dahulu. Mari sama-sama kita berusaha untuk membuktikan bahwa budaya kita memang sudah lebih tinggi.
Musuh yang dari dalam itu jauh lebih berbahaya daripada musuh yang dari luar.

Kamis, 31 Januari 2013
GSI Blok B. 18, No. 3
Serdang, Serang, Banten
Si'Mon Dinomo

Jumat, 11 Januari 2013

Di Titan .... aku dengar..... !


Sepanjang-panjangnya jalan, masih lebih panjang kerongkongan manusia.
Jawa... ! Lagi – lagi jawa, falsafahnya banyak betul. Kadang terpikir olehku bahwa bangsa jawa itu begitu luar biasa. Luar biasa dalam falsafahnya. Apalagi dalam sambung menyambungkan informasi. Entah masih desas-desus atau sudah sampai pada fakta, pokoknya langsung tersiar saja ke segala penjuru.
Inilah jawa bila kau belum tahu.... !

Nah dari sebagian yang aku dengar itu, salah satunya mencakup ruang lingkupnya yang internasional. Ha bagaimana tidak, kan dunia sekarang ini gonjang-ganjing dimana-mana. Banyak para pemimpin bangsa yang digulingkan, di Libya.....Suriah.
Semangatnya sampai kesini, Lho...lho apa ini ora hebat ?
Ning ingat...ini judulnya desas-desus. Sebagai orang terpelajar harus bisa membedakan mana fakta dan mana desas-desus. Terlebih lagi bila harus menyikapi.

Sewaktu saya bacai karya-nya Gorki. Nah bila daku kutipkan kira-kira beginilah :
“......
Kami kaum sosialis. Artinya, kami menentang kekayaan perseorangan, yang menyebabkan orang terenggut satu sama lain dan yang menciptakan adanya pertentangan-pertentangan kepentingan yang tak kenal damai. Kekayaan perseorangan ini berjuang semakin lama semakin kuat dan mencoba sepenuh tenaga untuk menyembunyikan permusuhan ini dan karena itulah seluruh dunia menjadi busuk. Akhlak seluruh rakyat menjadi rusak, dirusak-kan oleh kebohongan dan kepura-puraan dan kejahatan. Kami berpendirian, masyarakat yang mementingkan kemulian perseorangan adalah bertentangan dengan perikemanusiaan dan memusuhi kepentingan kami. Dan, kami tak dapat menerima kepalsuan. Kami pun tak dapat menerima sistem moral yang berkepala dua ini. Kami akan lenyapkan sinisme dan kekejaman sikapnya terhadap perseorangan. Kami ingin berkelahi dan akan berkelahi menentang setiap bentuk perbudakan, baik badani maupun rohani, berbudakan yang dipaksakan kepada perseorangan dalam masyarakat semacam ini. Menentang setiap maksud hendak menghancurkan kemanusiaan atas nama ketamakan yang serakah. Kami adalah kaum buruh, orang-orang yang bekerja menciptakan segala benda, mulai dari mainan anak-anak sampai mesin-mesin raksasa. Namun, kami inilah orang-orang yang paling terampas haknya untuk mempertahankan derajat kemanusiaan kami. Setiap orang mana pun mampu mempergunakan kami untuk kepentingan dirinya sendiri. Sekarang, kami bermaksud hendak melangkah selangkah lagi ke depan ke arah kemerdekaan, kemerdekaan yang dapat memungkinkan kami mengambil kekuasaan di atas tangan kami sendiri. Semboyan-semboyan kami sederhana saja :
Hancurkan milik perseorangan , segala alat produksi harus di tangan rakyat, kerja adalah saham dari setiap orang.
Dari semboyan-semboyan ini sidang pengadilan dapat mengerti dengan jelas-jelas bahwa kami bukanlah perusuh !”
…....”

Begitulah kira-kira kalau daku kutipkan. Para terpelajarlah yang kemudian membuat banyak desas-desus. Menghembuskan semboyan-semboyan itu. Diskusi – diskusi bertebaran, pamflet-pamflet memenuhi jalan-jalan. Akhirnya revolusi yang disulut itu meledak dengan segera.
“Dor...dor...dor.....!”
Tembak menembak pun tak bisa dihindarkan lagi. Rusia menjadi lahan pembantaian, sesama sodaranya.

Aku tak berharap hal serupa terjadi di sini. Pertumpahan darah sesama sodara, biarlah terjadi hanya di pewayangan saja. Apa tidak repot nantinya siapa yang harus aku bela coba ?

Kalau aku tidak ikut , disangkanya aku ini pengkhianat. Lha rak repot tho.... !
Hal itu daku dengar di Titan, di dunia ini ada seribu hal yang namanya Titan. Sama banyaknya tempat yang namanya Titan. Jika tidak kau temui ia ada di alam fiksi. Alamnya dongeng, nah ini karena aku kan orang jawa juga. Perlu kau ketahui orang jawa juga pendongeng yang hebat. Wong sudah jelas pendiri Candi Prambanan itu siapa ? Malah aku tahunya bondong bondowoso, Sekarang kapan Si Bandung Bondowoso itu lahir, tanggal berapa, dimana tempatnya. Bila ternyata kau tak menemukannya itulah yang namanya dongeng.

Dari yang kudengar itu, harapanku agar supaya pertumpahan darah sesama sodara tak terjadi di negri antah barantah itu. Bukannya aku tak mau membenarkan semboyan indah itu. Bagaimana akhir kesudahan dari semboyan-semboyan yang begitu, aku juga sudah banyak membacai-nya.
Sebaik-baik kemenangan adalah kemenangan yang diperolah tanpa pertempuran. Barang siapa mengenal dan mengetahui sesuatu yang bernama iblis perang, tentu dia akan tahu bahwa lebih baik menghindar darinya.

Bagaimana pun inilah jawa, yang sudah sejak kecil dijejali dengan cerita Maharabarata. Kan klimaks tertinggi cerita itu tak lain dari itu juga, yaitu mandi darah sesama sodara. Orang kenal sebagai Baratayuda. Tinggal orang milih mana ada yang jadi sengkuni, ada yang jadi Bisma, ada yang jadi Kresno, pandawa, atau kurawa. Kita telah sama-sama mengetahuinya.


Sabtu, 12 Januari 2013
GSI Blok B.18, No. 3
Serdang, Serang, Banten
Si'Mon Dinomo