Sabtu, 15 April 2017

IBRAHIM IYAS ABDURRAHMAN

Umurmu tak sampai 4 kali umur jagung. Banyak manusia bercerita tentang nikmatnya sate. Kau tak pernah merasai itu semua. Betapa hamparan bumi ini menyimpang keindahan di tempat tempatnya yang tinggi, atau di hamparan rerumputan, atau di pantai pantainya. Semua keelokan itu juga tak pernah engkau lihat.
Hampir setengah dari umurmu yang kau rasai adalah rasa sakit yang aku sendiri pun belum tentu mampu untuk menanggungnya. Betapa berat perjuanganmu nak.
Biarlah nak, biarlah itu semua tak kau rasai. Tuhan pemilik buwana ini telah memilihmu, perjuanganmu telah berakhir nak. Bergemberilah engkau di sisi Rabbul ‘alamin. Dia sudah menjanjikan kenikmatan abadi untukmu.

Namamu adalah nama yang indah nak. Aku dan ibumu sudah mengusahakan nama terbaik untukmu. Tak ada yang lebih baik dalam pikiranku dan ibumu selain itu.
Tahukah engkau siapa itu Ibrahim ? Dia adalah khalillulloh (Kekasih Alloh) bapaknya para Nabi. Dialah yang Alloh karuniai ajaran yang hanif. Dialah yang Alloh perintahkan kepada manusia untuk berdoa atasnya dalam setiap sholatnya. 



Tahukah engkau siapa itu Iyas ? Dia adalah salah satu dari tabi’in yang Alloh karuniakan kecerdasan. Kecerdasan yang Alloh berkahi.

Tahukah engkau siapa itu Abdurrahman ? Itu adalah nama yang Rasululloh sebut sebagai nama yang terbaik di muka bumi ini.

Sedang namamu nak, adalah gabungan dari semuanya itu. IBRAHIM IYAS ABDURRAHMAN…! Bukankah namamu ini sangat indah nak ? Meski sekarang namamu hanyalah tinggal nama. Tiadalah mengapa nak, apa pun yang harus kita terima asal Alloh ridho kepada kita, biarlah kita terima. Sisa kehidupanku dan ibumu juga harus terus kami lalui. 

Belum lama aku bisa menggendongmu nak, belum lama aku melihatmu bisa mengguling gulingkan badanmu. Tak sempat aku menuntunmu mengajarimu berjalan. Tugasku sebagai ayahmu apakah sudah kutunaikan dengan baik? Sudah aku usahakan semampuku nak.
Semoga Alloh pertemukan dan kumpulkan kita kembali di surgaNya kelak nak. Di negri yang abadi yang tidak ada lagi rasa sakit, sebagaimana yang engkau rasai di dunia ini. Di sana aku dan ibumu bisa menuntunmu, bisa bermain bersamamu. Bisa mencicipi kelezatan makanan makanan terlezat. Juga bisa melihat segala bentuk keindahan yang diingini manusia.

Bedeng Hartono, Sabtu, 15 April 2017

Si’Mon Dinomo