Jumat, 14 April 2023

Mutawa....Simon Dinomo !

Teman-temanku memanggilku Simon. Karena mereka ingin memperolok-olok diriku. 
Simon adalah sebuah julukan, sebenarnya mereka ingin mengataiku Si-Monyet atau Si-Monkey. Itulah sebenarnya yang ingin mereka katakan. Mereka memang suka mengolok-olok. Kalau bisa mengolok-olok temannya mereka merasa senang.
Literasiku aku desain sebagai realisme yang jenaka.
Itulah aliran literasi yang ingin aku hadirkan dalam tulisanku. 
Untuk kebutuhan itu aku membutuhkan branding. Brandingku itu adalah Simon Dinomo.
Sedang Dinomo adalah nama dari leluhurku, nama dari simbah-simbahku. 
Julukan itu sudah lama sekali diberikan oleh kawan-kawanku. 
Ketika saya merantau ke jazirah ngarabia saya punya julukan baru. 

"Mutawa... kaifa hal ...!" begitulah tetangga saya menyapa saya. 
Tampang saya memang menyilaukan banyak orang. 
Suatu waktu ketika kawan-kawan saya berkunjung ke kedainya paman harun. Beliau kemudian berkomentar : 
"Wah kamu temennya mutawa dari indonesia itu ya ? "
Kawan saya melaporkan kepada saya. 
Welhooo... kok mutawa lagi, dimana mana saya ini dikira mutawa. 

Demikianlah kudapati julukan baru sebagai seorang mutawa. 

Dengan julukan Si-Mon orang bermaksud untuk mengolok-olok saya. Tapi tidak membuat saya minder, malah membuat saya tambah bermartabat. 
Kebalikan dari itu, julukan mutawa, adalah julukan yang bermartabat, tapi membuat saya minder dan takut. 

Suatu kali Ali bin Abi Thalib pernah berkata : 
"Telah menimpakan kebinasaan pada diriku 2 golongan orang, yakni seorang alim yang fajir dan seorang ahli ibadah yang jahil".

Semua berjalan sebagai suatu konsesus yang tidak bisa aku hindarkan. Pandangan manusia itu tidak ada harganya. Semoga pandangan Illahi Rabbi terhadap diri saya sama baiknya atau lebih baik lagi. 
Bila saat ini orang orang menjuluki saya sebagai seorang mutawa, sedang saya belum pantas, semoga kelak Alloh pantaskan saya untuk menjadi mutawa beneran. 
Bila saat ini saya tidak paham Dien semoga Alloh pahamkan kepada saya Dien. 

Kalau kedua julukan itu digabungkan maka akan menjadi : 
"Mutawa...Simon Dinomo...!"
Opo ora hebat ?

Sabtu, 15 April 2023
Liwa, Sohar
Si-Mon Dinomo

Jumat, 07 April 2023

Potong Rambut ….”Mbois !”.

Potong rambut adalah rutinitas bulanan saya. Bilamana rambut saya sudah berumur satu bulan saya rasai kepala saya pusing di bagian tengkuk. Ini sudah berlangsung selama 5 tahunan lebih. Dan sebagaimana biasanya saya datangi tukang cukur langgangan saya. 

Rata-rata tukang cukur akan senang ketika mencukur rambut saya. Lha wong gampang dan tidak neko-neko. Lha kok kali ini yang service orangnya berbeda dari biasanya. Setelah saya komunikasikan model yang saya inginkan, yang tentu saja menggunakan bahasa tarsan. Dimulailah prosesi pencukuran itu. 

“Dik…sodik…. Nomer dua cukur rata. Ok dik, dicopy apa nggak ? “

“Ok Mon… dicopy”

Kurang dari lima menit, cukur rambut pun selesai. Kali ini saya ditawari untuk mencukur brewok saya sekalian. Suatu hal yang biasanya saya cukur sendiri. Kali ini saya mengiyakan, biar rezekinya sodaranya tambah banyak. Meski begitu firasat saya kok tidak enak. Dan benar saja, secara tiba-tiba lha kok jenggot saya ikutan dipotong. 

 “Wuoooh…jian dik…sodik, katanya tadi kamu sudah paham hanya brewok saja. Lha kok jenggot saya kamu potong juga. Piye tho dik…sodik ?”

“Hush mengko disik. Itu lho coba kamu lihat di kaca, rak tambah mbois tho kamu sekarang ?”

“Mboismu itu dik…sodik”.

Setelah prosesi potong rambut, brewok dan jenggot sekalian itu. Ternyata masih dilanjut lagi dengan prosesi pijat kepala. Kepala saya kemudian diusek-usek, trus dikeplaki, trus sedikit digebuki. Habis itu tangan saya dipuntir-puntir kemudian diakhiri dengan diusek-useknya lagi kepala saya. Pijat kepala itu berlangsung 2-3 menit saja. Akhirnya saya kena charga 3 service yaitu potong rambut, potong brewok dan pijat kepala. Memang agak kriminil sebenarnya lha wong saya tidak ditawari terlebih dahulu dan saya tidak request lho ! Tahu-tahu sudah langsung diusek-usek dan dikeplaki, kemudian disuruh bayar. Wis biar saja mudah-mudahan tercatat sebagai sedekah saya. Lha wong bulan ramadhan jeee.

Begitu saya sampai di rumah saya lihati lagi jenggot saya, yang saya eman-eman, yang saya biarkan bertahun tahun lha kok dipotong ki lhoo. 

“Mbak , .. Mrene…!”
Saya panggil si mbak anak sulung saya. 
“Piye coba lihat abi-mu sudah tambah mbois apa tidak ?”
“Mbois itu apa bi….?”
“Welhadalah…..!”

Majis, Sohar, Oman
08 April 2023
Simon Dinomo