Selasa, 04 Juni 2013

Aku bahagia....

Kutulis ini dalam kondisi hati yang bahagia.
Alhamdulillahi aladzi bini'matihi tatimmu ash shalihaah...tsumma alhamdulillah...tsumma alhamdulillah.

Seumuranku begini getaran-getaran berkecamuk saja bila sudah membicarakan soal lawan jenisnya. Aku jadi sering memandangi gambar. Rasa senang melingkupi hatiku bila aku memandangnya. Aku sangat berterima kasih sekali. Cinta kasih yang diberikan kepadaku seakan tanpa batas. Padahal aku sering mengacuhkan bahkan kadang-kadang lupa sepenuhnya. Begitu pun masih saja di balas dengan cinta. Rasanya aku ingin melupakan segala-galanya. Apa saja ingin aku berikan, ingin aku tukar dengan keridhoan dari Dia yang memberiku rasa bahagia. Sebagai wujud terima kasihku.

Aku tidak tahu bagaimana nanti jadinya, aku diizinkan merasakan bahagia begini saja aku berterima kasih betul. Apalagi... ya apalagi …
Ah kawan.... aku bahagia.
Alhamdulillah 'ala kulli hall.

**
Di suatu sore seperti sudah dijadwalkan dalam schedule kerja. Aku bertemu dengan “mister”. Memang tiap hari kami ketemu sih wong satu rumah. Tapi yang ini agak lain. Kami bertemu di pabrik untuk saling lapor melaporkan pekerjaan. Saya mau pulang dan mister baru datang.
Seperti biasanya mister berjalan dengan gayanya yang khas, masih mencangklong tas hitam , terus menghampiri semua personel group saya. Setelah disalami semua mojok saja di meja komputer sebelah selatan ruangan. Sambil duduk di atas meja si mister mendengarkan cerita saya dengan khidmat. Kemudian pas saya mau pulang :

“Ee... mas...mas... tadi saya sudah memasak-kan nasi. Jangan lupa dimakan ya...!”
Wah betul lho... rasanya itu mak nyess. Baik betul teman-teman saya itu terhadapku. Dasarnya memang sangat lapar je... terus begitu mendengar nasi sudah siap … saya membayangkan memberi sphared. Yaitu irisan daging yang dibakar.
Mak nyus sekali rasanya. Mat nikmat betul... Alhamdulillah 'ala kulli hall.

**
“Wah... mas tiga bulan saya disini saya sudah tambah kurus sekarang mas...”
Si mister dengan tiba-tiba mengomentari badannya sendiri. Sambil mengelus-elus perutnya yang sekarang semakin langsing itu.
Bagaimana ya... sebenarnya sih soal kelangsingan si mister itu tidak penting-penting amat untuk dianggap serius. Ning roman mukanya itu, kok sepertinya menyimpan udang di balik pikiran.
'Ha rak bagus tho mister … jadi tambah handsem alias nggantheng begitu...
Ning kok muka-nya itu lho kok kayak hati tersayat sembilu saja lho...'
“Eh kamu itu tidak tahu kok mas... bagaimana saya itu tidak kurus. Saya itu menahan rindu sama anak dan istri saya. Rasanya saya itu pengen segera pulang. Rasanya saya pengen pindah kerja saja di Abu Dhabi, biar bisa pulang sebulan sekali. Rindu mas... menyayat hatiku”

Mag deg... seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorakan saya mendengar keluhan mister begitu. Saya terbawa oleh rasa sentimentil saya sendiri. Memang rindu itu …. mmm …. mmm....
Aku juga dilimpahi rasa rindu, tapi rindu-ku itu sangat menentramkan hatiku. Aku bahagia lagi. Aku berterima kasih pada yang memberiku rasa rindu ini.
Semakin rindu aku pada Dia yang memberiku rasa rindu, rindu yang membahagiakan hatiku.
Alhamdulillahi 'ala kulli hall.
**
Masakan telur dadar buatan mister sungguh sangat istimewa. Saya pernah melihat bagaimana beliau membuatnya. Tetap saja hasil masakan saya masih kalah dengan buatan mister. Untuk masalah telur dadar mister-lah yang paling ladzid menurut ukuran lidah saya, bahkan melebihi sang master chief di keluarga baru kami.
Saya sering dibuatkan masakan oleh para bapak dan sodara saya. Pernah sedikit saya bercerita tentang mereka pada “Kawanku satu group, satu apartement”.
Saya ini yang paling buruk dalam masak memasak. Para bapak, sodara saya … kok makin hari makin mahir saja, dan saya kecipratan menikmati kemahiran masak memasak itu.
Alhamdulillahi 'ala kulli hall.

**
Hampir 9 tahun lamanya kendaraan itu menyertai saya. Terhitung sejak tahun 2003 yang lalu. Dalam menemani saya jarang sekali kok sampai rewel. Dia mengantarkan saya kemana saya pergi.
Suaranya masih terngiang-ngiang saja, ngangeni betul.
Pabila diselah atau di stater begitu :
“Greng.... ewer...ewer...ewer...ewer....”
Saya bahagia dikarunia kendaraan ini. Aku namai dia “Kyai Legowo Prasojo”. Namanya indah betul untuk saya dengar mengingatkan saya untuk ridho. Ridho punya kendaraan yang sebagai ini, ridho pada apa saja yang saya terima. Pernah bapak-bapak di GSI dahulu sampai tertawa mendengar nama yang saya berikan pada kendaraan saya itu.
“Wah kalau begitu … Kyai Pasrah dong....!”
Sambil cekikikan beliau meledek saya dan kendaraan saya.

Sekarang Kyai Legowo Prasojo itu sudah dijual oleh yang punya. Kemarin itu saya cuma diberi hak memakai saja. Mudah-mudahan nanti saya dikarunia kendaraan yang juga menentramkan hati saya. Yang membahagiakan hati saya. Saya tak peduli dengan punya orang, ini punya saya … dan saya bahagia. Begitu saja... ning tetep namanya akan saya sematkan seperti dahulu. Itu juga ada latar belakangnya. Misal mau saya namai Kyai Ridho begitu kok kurang nyaman di dengar.
Yang lainnya lagi, nuansa jawa-nya biar ndak ilang. Mamak saya biar tidak banyak mengomentari saya :
“Lhe jangan lupa lho... kamu itu orang jawa lho lhe... coba lihat dirimu itu sekarang basa jawa saja sudah belepotan begitu … “
Memang saya akui juga, soal bahasa jawa yang bertingkat-tingkat itu saya sudah kikuk benar sekarang ini. Sebenarnya juga … apa yang bisa saya peroleh dari bahasa jawa, tak ada literasi yang ditulis dengan bahasa jawa. Kalau pun ada sangat terbatas sekali. Tetapi tak dapat juga saya pungkiri untuk menelaah lebih dalam, untuk mengerti masyarakatnya harusnya saya tetap harus tahu dan mengerti bahasa jawa. Untuk dapat menyampaikan, untuk dapat mengerti, untuk dapat merumuskan masalah.
Maka nama Kyai Legowo Prasojo itu mempunyai nilai ganda. Itu hanya soal nama, apalah artinya sebuah nama.
Aku bahagia … Alhamdulillah 'ala kulli hall.


Rabu, 05 Juni 2013
Jubail, Saudi Arabia
Sihmanto bin Tukiman bin Pairo Dinomo

(Si'Mon Dinomo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar