Kutulis ini dalam kondisi hati yang
bahagia.
Alhamdulillahi aladzi bini'matihi tatimmu ash shalihaah...tsumma alhamdulillah...tsumma alhamdulillah.
Alhamdulillahi aladzi bini'matihi tatimmu ash shalihaah...tsumma alhamdulillah...tsumma alhamdulillah.
Seumuranku begini getaran-getaran
berkecamuk saja bila sudah membicarakan soal lawan jenisnya. Aku jadi
sering memandangi gambar. Rasa senang melingkupi hatiku bila aku
memandangnya. Aku sangat berterima kasih sekali. Cinta kasih yang
diberikan kepadaku seakan tanpa batas. Padahal aku sering mengacuhkan
bahkan kadang-kadang lupa sepenuhnya. Begitu pun masih saja di balas
dengan cinta. Rasanya aku ingin melupakan segala-galanya. Apa saja
ingin aku berikan, ingin aku tukar dengan keridhoan dari Dia yang
memberiku rasa bahagia. Sebagai wujud terima kasihku.
Aku tidak tahu bagaimana nanti jadinya,
aku diizinkan merasakan bahagia begini saja aku berterima kasih
betul. Apalagi... ya apalagi …
Ah kawan.... aku bahagia.
Alhamdulillah 'ala kulli hall.
Ah kawan.... aku bahagia.
Alhamdulillah 'ala kulli hall.
**
Di suatu sore seperti sudah dijadwalkan
dalam schedule kerja. Aku bertemu dengan “mister”. Memang tiap
hari kami ketemu sih wong satu rumah. Tapi yang ini agak lain. Kami
bertemu di pabrik untuk saling lapor melaporkan pekerjaan. Saya mau
pulang dan mister baru datang.
Seperti biasanya mister berjalan dengan gayanya yang khas, masih mencangklong tas hitam , terus menghampiri semua personel group saya. Setelah disalami semua mojok saja di meja komputer sebelah selatan ruangan. Sambil duduk di atas meja si mister mendengarkan cerita saya dengan khidmat. Kemudian pas saya mau pulang :
“Ee... mas...mas... tadi saya sudah memasak-kan nasi. Jangan lupa dimakan ya...!”
Seperti biasanya mister berjalan dengan gayanya yang khas, masih mencangklong tas hitam , terus menghampiri semua personel group saya. Setelah disalami semua mojok saja di meja komputer sebelah selatan ruangan. Sambil duduk di atas meja si mister mendengarkan cerita saya dengan khidmat. Kemudian pas saya mau pulang :
“Ee... mas...mas... tadi saya sudah memasak-kan nasi. Jangan lupa dimakan ya...!”
Wah betul lho... rasanya itu mak nyess.
Baik betul teman-teman saya itu terhadapku. Dasarnya memang sangat
lapar je... terus begitu mendengar nasi sudah siap … saya
membayangkan memberi sphared. Yaitu irisan daging yang dibakar.
Mak nyus sekali rasanya. Mat nikmat
betul... Alhamdulillah 'ala kulli hall.
**
“Wah... mas tiga bulan saya disini
saya sudah tambah kurus sekarang mas...”
Si mister dengan tiba-tiba mengomentari
badannya sendiri. Sambil mengelus-elus perutnya yang sekarang semakin
langsing itu.
Bagaimana ya... sebenarnya sih soal
kelangsingan si mister itu tidak penting-penting amat untuk dianggap
serius. Ning roman mukanya itu, kok sepertinya menyimpan udang di
balik pikiran.
'Ha rak bagus tho mister … jadi tambah handsem alias nggantheng begitu...
'Ha rak bagus tho mister … jadi tambah handsem alias nggantheng begitu...
Ning kok muka-nya itu lho kok kayak
hati tersayat sembilu saja lho...'
“Eh kamu itu tidak tahu kok mas...
bagaimana saya itu tidak kurus. Saya itu menahan rindu sama anak dan
istri saya. Rasanya saya itu pengen segera pulang. Rasanya saya
pengen pindah kerja saja di Abu Dhabi, biar bisa pulang sebulan
sekali. Rindu mas... menyayat hatiku”
Mag deg... seperti ada sesuatu yang
mengganjal di tenggorakan saya mendengar keluhan mister begitu. Saya
terbawa oleh rasa sentimentil saya sendiri. Memang rindu itu …. mmm
…. mmm....
Aku juga dilimpahi rasa rindu, tapi
rindu-ku itu sangat menentramkan hatiku. Aku bahagia lagi. Aku
berterima kasih pada yang memberiku rasa rindu ini.
Semakin rindu aku pada Dia yang
memberiku rasa rindu, rindu yang membahagiakan hatiku.
Alhamdulillahi 'ala kulli hall.
**
Masakan telur dadar buatan mister
sungguh sangat istimewa. Saya pernah melihat bagaimana beliau
membuatnya. Tetap saja hasil masakan saya masih kalah dengan buatan
mister. Untuk masalah telur dadar mister-lah yang paling ladzid
menurut ukuran lidah saya, bahkan melebihi sang master chief di
keluarga baru kami.
Saya sering dibuatkan masakan oleh para bapak dan sodara saya. Pernah sedikit saya bercerita tentang mereka pada “Kawanku satu group, satu apartement”.
Saya sering dibuatkan masakan oleh para bapak dan sodara saya. Pernah sedikit saya bercerita tentang mereka pada “Kawanku satu group, satu apartement”.
Saya ini yang paling buruk dalam masak
memasak. Para bapak, sodara saya … kok makin hari makin mahir saja,
dan saya kecipratan menikmati kemahiran masak memasak itu.
Alhamdulillahi 'ala kulli hall.
**
Hampir 9 tahun lamanya kendaraan itu
menyertai saya. Terhitung sejak tahun 2003 yang lalu. Dalam menemani
saya jarang sekali kok sampai rewel. Dia mengantarkan saya kemana
saya pergi.
Suaranya masih terngiang-ngiang saja,
ngangeni betul.
Pabila diselah atau di stater begitu
:
“Greng.... ewer...ewer...ewer...ewer....”
“Greng.... ewer...ewer...ewer...ewer....”
Saya bahagia dikarunia kendaraan ini.
Aku namai dia “Kyai Legowo Prasojo”. Namanya indah betul untuk
saya dengar mengingatkan saya untuk ridho. Ridho punya kendaraan yang
sebagai ini, ridho pada apa saja yang saya terima. Pernah bapak-bapak
di GSI dahulu sampai tertawa mendengar nama yang saya berikan pada
kendaraan saya itu.
“Wah kalau begitu … Kyai Pasrah
dong....!”
Sambil cekikikan beliau meledek saya dan kendaraan saya.
Sambil cekikikan beliau meledek saya dan kendaraan saya.
Sekarang Kyai Legowo Prasojo itu sudah
dijual oleh yang punya. Kemarin itu saya cuma diberi hak memakai
saja. Mudah-mudahan nanti saya dikarunia kendaraan yang juga
menentramkan hati saya. Yang membahagiakan hati saya. Saya tak peduli
dengan punya orang, ini punya saya … dan saya bahagia. Begitu
saja... ning tetep namanya akan saya sematkan seperti dahulu. Itu
juga ada latar belakangnya. Misal mau saya namai Kyai Ridho begitu
kok kurang nyaman di dengar.
Yang lainnya lagi, nuansa jawa-nya
biar ndak ilang. Mamak saya biar tidak banyak mengomentari saya :
“Lhe jangan lupa lho... kamu itu
orang jawa lho lhe... coba lihat dirimu itu sekarang basa jawa saja
sudah belepotan begitu … “
Memang saya akui juga, soal bahasa jawa
yang bertingkat-tingkat itu saya sudah kikuk benar sekarang ini.
Sebenarnya juga … apa yang bisa saya peroleh dari bahasa jawa, tak
ada literasi yang ditulis dengan bahasa jawa. Kalau pun ada sangat
terbatas sekali. Tetapi tak dapat juga saya pungkiri untuk menelaah
lebih dalam, untuk mengerti masyarakatnya harusnya saya tetap harus
tahu dan mengerti bahasa jawa. Untuk dapat menyampaikan, untuk dapat
mengerti, untuk dapat merumuskan masalah.
Maka nama Kyai Legowo Prasojo itu
mempunyai nilai ganda. Itu hanya soal nama, apalah artinya sebuah
nama.
Aku bahagia … Alhamdulillah 'ala
kulli hall.
Rabu, 05 Juni 2013
Jubail, Saudi Arabia
Sihmanto bin Tukiman bin Pairo Dinomo
(Si'Mon Dinomo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar