Selasa, 16 April 2024

Anggoro kasih dan cerita sepintas lalu....

Bagaimana tidak ilmu kontemporer baik itu tulisan Florence Littauer atau bahkan Psikoanalisa Sigmund Freud menjelaskan hal yang sama. 
Match dengan hitung-hitungan leluhurku tentang Anggoro kasih. 

Bukan maksudku untuk mengagung-agungkan leluhurku sendiri. Kehebatan mereka dalam hitung-hitungan diakui oleh logika dan pikiranku.  
Seperempat abad lebih aku hidup di dunia ini, dari data statistik yang aku jalani dalam perikehidupanku hitung-hitungan leluhurku itu match. 

Logika dan pikiranku membenarkan, tapi tidak aku izinkan hati dan keyakinanku untuk turut membenarkan. Begitulah kujalani hari-hari dalam kehidupanku soal Anggoro kasih.

***
Hari hujan, hamparan tanah pasir menjadi terlihat eksotis. Sore hari, langit kemerahan tatkala senja. Paman Salim melambaikan tangannya. Aku dan si Mbak sedang berjalan-jalan menikmati indahnya sore. 
Kami ngobrol beberapa saat. 
Adzan pun berkumandang, paman Salim segera berjalan menuju ke masjid. 
Semoga Alloh memuliakanmu paman. 

Aku mengenal Suman sebagai orang yang baik. Paman salim pula yang mengenalkan saya pada Suman. Melalui cerita-ceritanya aku tahu banyak hal. Sesuatu yang tidak terbaca di permukaan. Sesuatu yang selalu tersembunyi dan disembunyi-sembunyi-kan. Sesuatu yang diseakan-kan. Dia bercerita pula tentang putrinya yang usianya hampir sama dengan si mbak. Dia tunjuk-kan photo putrinya. Juga beberapa hal tentang keluarganya. 
Seperti biasanya saya pun manggut-manggut mengiyakan saat mendengarnya bercerita. Suatu ketika dia katakan kepadaku : 
"Aku dengar dari kawan-kawanku ada orang indonesia di kawasan ini yang sangat baik"
Untuk kemudian dia coba meminta tolong kepadaku. 
'Bah ...! Samber gledek ... kataku dalam hati'

Logika dan pikiranku mencoba memahami, dan tentu saja paham apa yang terjadi. Aku ingat kembali soal Anggoro kasih. Dan kehidupan terus berjalan. 

***
Paman Yang Baik sering aku jumpai di masjid. Dia punya istri orang Indonesia. Tentu saja istrinya yang kedua. Lebaran ini dia terbang ke indonesia untuk mengunjungi istri dan anaknya. Sebuah edaran dari sekolah dia tunjuk-kan kepada saya dari HP-nya. Untuk memastikan waktu liburan anaknya. 
Dia bilang kalau anaknya tidak liburan, percuma bagi dia untuk berkunjung. 
Saat ini mungkin dia masih bercengkerama dengan anak dan istrinya di sebuah rumah besar dengan banyak AC. Yang juga sering dia ceritakan. 
Dan seperti biasa saya mengangguk-angguk mendengarkan ceritanya. 

***


Liwa, Oman
24 Maret 2024
Simon Dinomo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar