Minggu, 21 September 2025

Water heater, Mas Bengkel dan Kyai Alap-alap

Untuk yang kesekian kalinya aku berterima kasih kepada Tuhan Semesta Alam, kemudian tempat kerjaku. Tempat kerjaku yang pertama, yang kedua, yang ketiga dan yang keempat. Dari keempat-empatnya aku dapatkan banyak sekali ilmu
Sekitar dua tahun yang lalu aku pasang water heater berbasis gas di tempat bapak dan ibuku. Tiba-tiba water heater itu tidak bisa panas. Muncul alarm ODS di display. Kemudian alarm yang muncul selalu E1. Yang berarti furnace gagal, tidak ada api. 

Secara mekanisme, bila flow air cukup. Feedback dari sensor flow akan menjadi command untuk membuka valve gas. Feedback valve gas terbuka, akan menjadi command untuk start igniter. Dalam kondisi normal tentu saja furnace akan menyala. Yang diyakinkan dengan flame scanner. Bila flame scanner aktif dan membaca ada api, furnace akan menyala terus. 
Dalam timer tertentu bila flame scanner gagal mendeteksi adanya api. Feedback ini akan menjadi command untuk menutup valve gas. Yang berarti furnace gagal dan tidak menyala. 

Apa yang aku tuliskan itu bisa saja keliru. Tapi semuanya itu mengalir secara alamiah, setelah aku mengoperasikan dari hari ke hari. Mendengar suaranya, melihat display'nya. Dan meraba-raba sequence yang berjalan. Tanpa membaca buku panduan dari vendor.  Mirip - mirip utility boiler dan furnace. Itulah hebatnya pengalaman. 

Benar saja. Water heater itu akhirnya aku bongkar bersama ayahandaku, aku coba analisa , kemungkinan besar penyebabnya adalah flame scanner yang gagal dalam membaca adanya api. 
Aku cari kira-kira mana komponen flame scanner tersebut. Aku persihkan karbon hitam yang menutupi ujung tip'nya. 
Alhamdulillah, setelah itu flame detector berhasil membaca api dengan baik.Water heaternya kembali normal. 
Itulah nikmatnya pengalaman. 

***
Dalam sebulan ini aku berulang kali aku pergi ke bengkel. Tidak selalu karena Kyai Alap-alap sedang ada masalah atau trouble. Kadang kala biayanya tidaklah sedikit. Ini salah satu hobiku. Biaya itu tidak terlalu aku pedulikan. Apa salahnya mengeluarkan biaya untuk hobi yang ingin aku tekuni. Semoga Alloh ta'ala senantiasa memberiku kemampuan finansial yang lebih. 
Memelihara mobil tua merupakan kenikmatan tersendiri. 
Seni dalam mengobservasi, seni dalam mitigasi dan berpikir untuk mencari trouble shooting terbaik. 
Kadang kala analisisku gagal. Biaya yang aku keluarkan sia-sia belaka. Memberikan pressure di kepalaku.  Kendala yang lain adalah aku tidak punya tenaga yang memadai. Pengalamanku memberikan akses yang cukup memadai untuk menganalisa. Tapi untuk memperbaiki tenaga-ku tidaklah cukup untuk menghandle seorang diri. Kupaksa diriku untuk tidak menyerah, cari lagi solusinya dan teruslah mencoba. Sampai masalah itu terselesaikan. 
Aku senang bukan main. 

***
Matur nuwun Gusti.... Matur nuwun mas bengkel.... Matur nuwun Kyai Alap-Alap....Matur nuwun Water Heater. 

Minggu, 21 Septermber 2025
Prambanan, Klaten
Simon Dinomo

Selasa, 02 September 2025

Kekuatan Kapital.... !

Jumpa lagi di jurnal tak berfaedah blog-ku. 
Ada beberapa kejadian akhir-akhir ini. 
Setelah perjalanan panjang selama kurang lebih 24 jam, sampailah kembali aku di tempat ibundaku dan ayahandaku berada. 
Diberitakan kekacauan terjadi di beberapa tempat. Entah bagaimana akhirnya dan seperti apa hasilnya. Biarlah waktu yang menjawabnya. 

***
Pertama kali aku layangkan complain untuk menukar kembali barang yang sudah aku beli di toko online. Setibanya di rumah barang tersebut pecah.
Aku ingin tahu seperti apa respon serta solusi apa yang mereka tawarkan. 
Di luar dugaanku, service dan respon mereka begitu impressive. 
Setelah memberikan beberapa eviden. Penukaran barang dan pengembalian uang tersebut diproses. Saat ini masih in progress. 
Aku kagum pada mentalitas bisnis yang mereka terapkan. 
Mereka tidak lepas dari tanggung jawab. 

****
Jauh hari aku sudah membuat semacam mapping planning untuk liburanku kali ini. 
Aku tunda sementara waktu dikarenakan beberapa hal. 
Salah satunya, Kyai Alap-alap ada masalah di radiatornya. 
Ada semacam rembes di radiator tersebut. 
Dari hasil observasi, aku bawalah di bengkel terdekat. 
Kepala radiatornya ternyata hanya terbuat dari plastik. Seiring berjalan umur kendaraan, plastik tersebut sudah mengalami pelapukan dan timbul rembes. 
Digantilah dengan plastik lagi, dan tentu saja spare part duplikat saja yang aku pakai. Mengingat harganya yang lebih terjangkau. Mudah-mudahan bisa awet dan barakoh. 

***
Memelihara mobil tua adalah hobi baruku. Observasi, eksekusi, pencarian solusi, perbaikan ke bengkel,  pencariaan spare part, masalah yang belum ketemu. Semuanya mengasyik-kan. 
Sesuai planing-ku Kyai Alap-alap aku check up kaki-kakinya. 
Dugaanku tidaklah meleset terlalu jauh. Karet mounting banyak yang sudah sobek. 
Perbaikan sudah dilakukan, dan sekarang Kyai Alap-alap sudah lebih dari cukup dari sisi kenyamanan. Karena memang ekpektasiku juga tidak terlalu berlebihan. 
Yang terpenting bisa untuk mobilitas yang fungsional. 

***
Dari kejauhan di malam hari. Puncak pegunungan kidul dipenuhi oleh cahaya. 
Terang berbinar-binar. Dari sana orang memandangi pemandangan di bawah. 
Pemandangan dari bawah ke arah puncak itu tak kalah indahnya. 
Itulah kekuatan kapital. 
Tempat yang dahulu ketika kami daki sampai ke puncak tidak ada air disana. Kini sudah disulap menjadi tempat healing yang hingar bingar. 
Sekali lagi itulah kekuatan kapital. 

Sebuah literasi yang pernah kubaca menyebutkan. 
Ketika kekuasaan raja terakhir di bangsaku tunduk pada VOC. Dengan kekuatan kapital yang mereka miliki. Mereka berkata : 
"Lihatlah tuan-tuan sekalian. Orang-orang mengatakan bahwanya raja tuan-tuan itu sebagai suami dari ratu samudra. Seolah-olah ingin melegitimasi bahwasanya kekuasaannya meliputi daratan dan lautan. 
Tapi apa ? Tidak-kah tuan-tuan lihat, siapa yang menguasai lautan saat ini ? 
Kamilah penguasanya dengan meriam-meriam yang kami miliki". 

Kurang ajar memang, tapi apa mau dikata pemenang boleh berbuat apa saja. 
Dan pihak yang kalah musti menerima. 
Sekali lagi itulah dahsyatnya kekuatan kapital. 

Selasa, 02 September 2025
Prambanan, Klaten
Simon Dinomo