Sabtu, 18 Oktober 2025

Miss Tumolo ....!

Ada sebuah kedai kelontong kecil di Cina Market.
Warung itu menyediakan tahu, tauge, tahu plempung, sayur-sayuran segar, frozen food, dan aneka cemilan. Yang punya adalah seorang wanita Cina.
Perlu diketahui tahu adalah makanan yang berharga untuk kami para imigran. Eh....TKI. Eh...Diaspora. Eh apa pun itulah. 
Dikarenakan harganya yang murah dan juga bergizi dan juga pas di lidah orang Indonesia. Harganya 500 baisa. Kira-kira dua puluh ribu rupiah per biji. 
Saya sering berkunjung di kedai itu. 
Suatu waktu saat saya berkunjung, kebetulan tahu tidak tersedia. 
Saya pun bertanya kepada pemilik kedai. 
"When Tofu available Miss ?"
"Maybe tumulo...!" Jawabnya datar. 
Keesokan harinya saya pun datang kembali untuk mendapatkan tahu favorit saya. 
"Still not available today ?"
"Yes. Maybe tumolo....!" 
Semenjak saat itu saya sebut kedai itu sebagai "Kedai Miss Tumolo".

Selang beberapa lama. Miss Tumolo punya karyawan. 
Saya sampai bertanya nomer whatsapp karyawannya itu. Untuk mempermudah akses informasi keberadaan tahu. 
"Hello brother... today have tofu or no have ?"
Saya bertanya mengikuti pola grammer mereka. 
"No have...!"
"When have ?"
"Maybe tomorrow ?"
"Welhadalah......! Tumolo....?"
Saya manggut manggut. Hebat betul Miss Tumolo bahkan sampai karyawannya saja begitu fasih tentang metode dagangnya. 
Setelah saya pikir-pikir Metode dagang Miss Tumolo itu sangat brilian. 
Bagaimana tidak, ia tidak mencederai citra dirinya sebagai pedagang. Saya tidak bisa mengklasifikan tindakannya itu sebagai suatu bentuk kebohongan. Kan memang hanya mengatakan besok. 
Ntah besok dua hari lagi, tiga hari lagi, seminggu lagi. 

Kata orang pembeli adalah raja. Ketika saya masih berjualan sendal dahulu kala. Bilamana saya mengikuti metode dagangnya Miss Tumolo. Pembeli saya akan lari ke penjual yang lain. 
Lumrah saja hal demikian itu, saya pun harus maklum. Karena pembeli adalah raja. 

Selaku pembeli meskipun saya ini adalah raja. Raja yang harus kecewa beberapa kali. Tetap saja saya selalu setia mengunjungi kedai Miss tumolo. Akan tetapi melalui sebuah kontemplasi yang pajang, saya tidak terlalu kecewa lagi. 
Soalnya ini tentang tahu, makanan favorit kami. Dan adanya cuma di kedai ini. Di kedainya Miss Tumolo. 

Pada kesempatan kontemplasi saya yang kesekian kalinya. Saya mencoba mengambil kesimpulan. 
Ini itu sebenarnya yang hebat penjualnya atau kebodohan saya sebagai pembeli yang katanya adalah raja. Apakah judul cerita saya ini lebih baik saya tulis begini : 
"Penjual yang hebat dan Raja yang bodoh"
Apapun itu, saya berterima kasih. Karena di tempat yang jauh ini saya masih bisa menikmati tahu. 

Matur nuwun gusti. Matur nuwun Miss Tumolo. 

Jum'at, 17 Oktober 2025
Sohar, Oman
Simon Dinomo