Selasa, 02 Agustus 2011

Pokoknya...

Bila anak kecil sudah menjejag-jegag-kan kakinya, merengek-rengek, sambil mata berkaca-kaca mau menangis seolah - olah jadi senjata ampuh untuk melunak-kan hati bapak ibunya demi terpenuhi keinginannya. Sambil kemudian berkata : "Pokoknya .... pokoknya ... pokoknya..."
Ini berarti aku harus belalar mulai dari sekarang barang kali kelak jika aku punya anak, pun juga akan menggunakan senjata yang sama.
"Lha kalo sudah pokoknya... " gimana musti dihadapi coba.

Tidak sepantasnya kata-kata begitu kok sampe keluar dari seorang terpelajar dalam sebuah diskusi. Alasan itu harus logis dan tentu saja berdasar. Sangat "ora elok" apa ya... didengar pun kok rasanya agak janggal, jika sampai turut berkata "Pokoknya ya begini...."
Nah lho kok pokoknya lagi.

Tapi justru terkadang, aku sendiri juga mengatakan hal yang sama. Saat pikiran sudah mentok, demi mempertahankan sebuah argumentasi, nah ya itu tadi kalo sudah mentok...tok...tok. Akhirnya juga mengeluarkan jurus yang sama.
"Wes pokoknya begitu-lah".

Kan iya pokoknya lagi. Ya ndak bisa gitu, harus belajar untuk mengemuka-kan dasar, tidak hanya asal. Kan katanya terpelajar.
"Pokoknya.... pokoknya... pokoknya...!"
"Emmmm.... apa itu  ? "

****

Serdang, Serang , Banten
Rabu, 03 Agustus 2011
Bintang kelana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar