Rabu, 21 Februari 2024

Catatan kehidupan ..."Mental Inlander".

"Sodara Simon, besok tanggal 29 bulan ini. Saya akan terbang ke negara saya. Saya dapat cuti selama dua bulan. Hadiah buat saya mana, Mon ?"
Begitulah kira-kira Si Papu mengutarakan uneg-unegnya kepada saya. 
Kontrak kerja yang sedang dia jalani berdurasi selama dua tahun. Setelah itu dia akan dikasih cuti dua bulan lamanya. 
Bulan ini dia akan menjalani cuti liburannya. 

Saya sangat terbantu sekali oleh mereka. Yang kalau boleh saya sebut mereka itu adalah pasukan punokawan kami. Mereka menghandle hampir 50 % dari tugas kami. 
Hanya saja, kalau sampai diminta sebuah hadiah. Hati saya menolak untuk memberi. 
Saya coba tanyakan apa salahnya memberi. Tapi ada semacam ganjalan. Segala sesuatu haruslah diposisikan secara profesional. 
Tapi apabila mereka tidak meminta, apakah saya punya inisiatif untuk memberi ? Selama ini adakah sesuatu yang aku berikan kepada mereka ? 
Baaah sambeeer gledek. Kenapa pula musti saya pusingkan. 

Ketika itu Birender, sedang bertugas bersih - bersih di area silo. Saat itu mereka sedang beristirahat. Melihat saya datang, mereka bangkit dari duduk-duduknya. Saya beri isyarat : 
"Lanjutkanlah, tidak perlu sungkan. Istirahatlah dulu bila masih capek"
Memang terkadang bahasa yang kami gunakan adalah bahasa isyarat. Bahasa inggris mereka tidak terlalu nyambung, bahasa arab aku yang tak terlalu paham, bahasa negara mereka sama sekali aku tak paham. 
Meski begitu kami masih bisa mengerti satu sama lain. 

Ketika Birender tahu, saya hendak mengerjakan sesuatu. Dia bilang kesaya : 
"Biar aku yang mengerjakan...!"
Saya jawab seketika : 
"Tidak usah, Ini adalah tugas saya. Dan kamu sudah bekerja keras".

Angan-anganku melambung jauh sekali. Kulihat di depan mata kepalaku sebuah mental inlander. 
Sedang aku saat ini berkesempatan untuk menikmati kenyamanan atas sebuah ke-kolonialan. 
Dahulu kala aku pernah diposisi itu dengan mental inlander itu.
Bedanya adalah, hmm... kiranya tidak perlu aku tuliskan. Aku teringat pesan mamak saya. 

Menjadi kolonial itu sodara , begitu nikmat sekali. 
Tapi sodara menurut salah satu tokoh idola saya, 
"Segala yang kolonial adalah iblis. Satu hal yang perlu kau ingat adalah. Jangan pernah bersekutu".
Dan satu lagi yang juga masih aku ingat betul. 
"Manusia tanpa prinsip adalah manusia tengik setengik-tengiknya".

Roda kehidupan terus berjalan dengan sebagian menikmati kekolonialan dan bagian yang lain merasai pedihnya ketertindasan. Dan aku ? Oh ... kuangkatlah tanganku ini selalu, memohon petunjukNya Tuhan Pemilik Langit dan Bumi. Agar selamat dunia dan akherat.

Rabu, 21 Feberuari 2024
Liwa, Oman
Simon Dinomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar