Begitulah beliau mengutarakan filosofinya dalam bertani.
Alhamdulillah, saya dapat ngelmu beberapa SKS. Yang padat dan berisi.
Lebih jauh beliau sampaikan. Harga sayur sudah menjadi ciri khasnya sejak dulu akan selalu naik turun. Sayur yang berbasis kayu semisal cabai dan terong. Memiliki umur masa tanam yang panjang. Seandainya bulan pertama panen harganya baru jatuh, masih ada potensi bulan-bulan berikutnya harganya bangkit lagi.
"Lha bila pada masanya stok modal saya agak banyak. Sesekali saya juga akan menanam sayuran rambatan. Ciri khas sayur rambatan itu umurnya pendek, dalam masa 10 kali panen maksimal sudah habis. Bila harga sedang jatuh. Habislah sudah, bisa jadi tidak ada keuntungan yang tersisa. Malah bisa sampai minus, rugi tak kira-kira"
"Di sepanjang galengan saya tanami singkong, setelah 6 bulanan saya paneni rutin sedikit demi sedikit"
"Welho ndak ditebasne mawon pakdhe ?"
"Galengan itu adalah perbatasan dengan lahan sebelah-sebelahnya. Musti saya pastikan dulu semuanya sudah mencicipi dan merasakan. Kalau perlu sampai emoh-emoh. Lha nanti baru saya jual. Kalau masih mau nggodok dan nggoreng. Yaa tidak saya jual. Biasanya begitu lheeee....."
"Rata-rata kalau saya total dari penjualan singkong sekali masa tanam untuk galengan muter itu mencapai 2 jutaan"
"Keputusan sepulur ekor itu untuk mempermudah segala aspek baik dalam pencarian pakan atau penanganan. Melihat perkembangan kambing-kambing itu cukup menyenangkan hati"
"Saya juga tidak pernah mau berpusing-pusing untuk menjual kambing - kambing itu. Jarang saya jual di rumah. Saya lebih memilih untuk menjual di pasar.
Semua saya pasrahkan ke kolega saya. Ketika sudah terjual, dia akan laporan.
Setelah itu tinggal saya tanyakan ...Lha terus ongkosnya berapa ? Lalu saya berikan ongkos itu. Selesai masalah".
"Dan sejauh ini alhamdulillah, saya tidak merasa kekurangan suatu apa, Dan bahagianya tidak karuan"
***
Umurnya yang hampir dua puluh tahun itu, tidak bisa dibohongi. Lampu-lampu LED'nya banyak yang mati. Akhirnya saya coba bongkar bongkar sendiri, kemudian saya ganti sendiri bersama ayahanda.
Ketika beberapa lampu itu menyala kembali rasanya seneng bukan main.
Memang dipikir-pikir hobi baru saya ini menyenangkan sekali.
Biar kata manfaatnya minum setidaknya tidak bermaksiat kepada Tuhan Pencipta Langit dan Bumi.
Alhamdulillah.
Perlahan sedikit-demi sedikit lampu-lampu intrumentasi dari Kyai Alap-alap berfungsi kembali.
Moga-moga suatu waktu nanti saya pun bisa mengikuti jejak filosinya pakdhe dalam bertani.
Filosofi pakdhe dan Ngopeni Kyai Alap-alap. Wah hebat tenan .....!
Selasa, 25 Maret 2025
Simon Dinomo