Sabtu, 02 Agustus 2025

Buah ketapang ... !

Buah ketapang tidaklah asing bagi saya dan kawan-kawan kecil saya. Di Wetan desa dan kidul desa saya masih ada banyak pohonnya kala itu. Pohonnya pun besar-besar. Sering kami cari buah ketapangnya yang sudah kering, kemudian kami kepruki dengan batu. Kami ambil kacang kecil yang ada di dalamnya. Bentuknya seperti kacang almond hanya saja lebih kecil. Rasanya begitu gurih segurih kacang mete. 

Saraid adalah tea boy yang sangat multitalenta. Kemampuannya dalam bergaul di atas rata-rata. Dia bisa membaur dengan baik dalam kesehariannya. Memperbaiki sepeda, memasak, bersih-bersih semua dilakukannya dengan baik. Kawan-kawan sangat akrab sekali dengannya. Kadang kala dia disia-siakan juga oleh kami ini. Kadang hanya sedikit kadang agak keterlaluan. Meski dengan niat hanya bercanda. Bila kita ini dalam posisi yang lemah, atau minim harta, sudah umum dimana mana kita diperlakukan seperti itu. Tatanan yang dilakukan manusia meski perintah Tuhan pencipta manusia tidak begitu. 
Manusia boleh saja keliru tapi TuhanNya manusia ampunannya jauh lebih besar dan lebih banyak. 
Saraid tetap Saraid, ia tetap bergembira menjalani hari-harinya. Semoga Alloh memudahkan dan memberikan keberkahan kepadanya. 

Baru saja di sebuah shift malam dia menawari saya buah-buahan berwarna hijau dan merah yang masih segar. Dia bilang : 
"Saya dapat banyak badam hari ini. Apa kamu mau mencoba buah badam ?" Katanya pada saya. 
Dia keluarkan buah-buahan dari sakunya. Hampir sepuluhan biji banyaknya. 
"Buah apa itu ?" tanya saya. 
"Kamu tidak tahu ? 
Di Bangladesh namanya buah badam. Buah ini enak sekali. Khasiatnya banyak. 
Cara makannya bisa kamu makan bagian luarnya kemudian isinya kamu pecah di dalamnya ada kacang. Seperti kamu makan kuaci."


Dia ambil buah yang masih berwarna hijau. Dicuci sebentar kemudian dia makan seperti orang makan buah jambi biji. 
"Kremus....kremus...kremus...!"
Setelah tahu isi buah tersebut setelah dipecah. Saya baru ngeh, bahwa buah yang dimaksud itu adalah buah ketapang. 
Tapi saya tetap diam saja. 
Saya katakan pun dia tidak akan mudeng dengan ketapang. 

Dia terus bercerita. Di tempat kerja kita ada dua pohon. Satunya di dekat product warehouse yang lainnya di dekat bangunan admin yang lama. Saya sering memetiknya, kalo pas lewat disana. 
"Cobalah... siapa tahu kamu suka" Dia menawarkan kepada saya untuk kesekian kalinya. 
"Tidak... terima kasih banyak". Saya sudah kenyang. 
Saraid adalah kawan yang baik. 
Matur nuwun Gusti, panjenengan maringi seorang kawan yang baik. 


Sabtu, 02 Agustus 2025
Liwa, Oman
Simon Dinomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar