Jumat, 11 Februari 2011

tentang Syi'ah.....

Fatimah binti Rasululloh sangat disegani lantaran kedudukannya. Setelah Rasululloh wafat Fatimah pernah mendatangi Abu Bakar untuk menuntut sebidang tanah milik Rasululloh SAW di Fadak dan jatah beliau di Khaibar. Namun hal itu ditolak oleh Abu Bakar. Abu Bakar berkata :
Aku mendengar Rasululloh SAW bersabda :
“Kami para Nabi tidak mewariskan , dan apa pun yang kami tinggalkan adalah sedekah.”

Kemudian Abu Bakar melanjutkan perkataannya : “Demi Alloh , aku tidak akan meninggalkan suatu perkara yang aku lihat Rasululloh SAW mengerjakannya kecuali akan aku lakukan pula”. Sejak saat itu Fatimah memboikotnya dan tidak berbicara dengannya hingga ia wafat.

Karena kedudukan Fatimah , banyak golongan yang mengikutinya dalam hal pemboikotan terhadap Abu Bakar. Mereka tidak mau mengakui Abu Bakar sebagai pewaris kepemimpinan Rasululloh tanpa tahu sebab jelasnya mengapa Fatimah memboikot Abu Bakar.
Mereka golongan yang turut memboikot itu adalah Syi'ah Rafidhah.
Yang masih eksis hingga kini.
Dalam kasus ini kaum Syi'ah Rafidhah banyak berbicara atas dasar kebodohan sambil mengada-ada perkara yang mereka tidak ketahui,mereka sibuk turut campur dalam hal-hal yang tidak layak mereka campuri.

Padahal dikisahkan pula ketika Fatimah sakit, Abu Bakar datang menemuinya meminta kepadanya agar diberi izin masuk. Ali berkata kepadanya, “Wahai Fatimah, Abu Bakar datang minta izin agar diizinkan masuk ? “ Fatimah bertanya , “Apakah engkau ingin agar aku memberikan izin baginya ? “ Ali berkata “ya”.

Maka Abu Bakar masuk dan berusaha meminta maaf padanya sambil berkata, “Demi Alloh, tidaklah aku tinggalkan seluruh rumahku, hartaku, keluargaku dan kerabatku kecuali hanya mencari ridho Alloh , ridho RasulNya dan ridha kalian wahai ahli bait.” Abu Bakar masih terus menerus membujuk hingga akhirnya Fatimah rela dan memaafkannnya.

Para ulama menjelaskan ketidak tahuan mereka atas kemarahan Fatimah terhadap Abu Bakar. Jika dikatakan ia marah karena Abu Bakar telah menahan harta warisan yang ditinggalkan ayahnya, maka bukankah Abu Bakar memiliki alasan yang tepat atas tindakannya itu yang langsung diriwayatkannya dari ayahnya, “Kami tidak mewariskan dan apa yang kami tinggalkan adalah sedekah”.
Sementara Fatimah adalah orang yang tunduk terhadap ketentuan nash Syar'i yang tidak ia ketahui sebelumnya. Tidak layak kita anggap Fatimah curiga dengan Hadits yang dibawakan Abu Bakar ash-Shiddiq ra, mustahil hal itu terjadi padanya. Apalagi hadits ini diterima oleh Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdul Muthalib, Abdurahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abu Hurairah, Aisyah ra.
Walaupun hanya Abu Bakar seorang yang meriwayatkan hadits itu , wajib bagi seluruh kaum Muslimin di atas muka bumi ini menerima dan mematuhinya.

Jika kemarahan Fatimah disebabkan tuntutannya agar Abu Bakar menyerahkan pengelolaan tanah yang dianggap sedekah dan bukan warisannya itu kepada Ali, maka Abu Bakar juga memiliki alasan tersendiri bahwa sebagai pengganti Rasululloh SAW, maka wajib baginya mengurus apa-apa yang diurus oleh Rasululloh sebelumnya dan menangani seluruh yang ditangani Rasululloh. Oleh karena itulah ia berkata “ Demi Alloh , aku tidak akan meninggalkan suatu perkara yang dilakukan oleh Rasululloh semasa hidup beliau kecuali akan aku lakukan pula!” Oleh karena itulah Fatimah memboikotnya dan tidak berbicara dengannya hingga ia wafat.

Pemboikotan ini membuka pintu kerusakan yang besar bagi kelompok Syi'ah Rafidhah dan kejahilan yang panjang. Karena itu pula mereka banyak membuat permasalahan yang tidak berkesudahan. Anda saja mereka mengetahui perkara yang sebenarnya, pastilah mereka akan mengakui keutamaan Abu Bakar dan menerima alasannya. Namun mereka tetap saja menjadi kelompok yang hina dan kotor, selalu berpegang kepada perkara yang masih samar-samar dan meninggalkan perkara-perkara yang sudah jelas , yang sudah disepakati oleh para ulama Islam, baik dari kalangan sahabat, tabi'in maupun para ulama dari generasi setelah mereka di setiap zaman dan tempat. 

*by : bintang-kelana
Referensi : Kitab Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir.... sumonggo dilihat sendiri jika ndak yakin...^0^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar