Sabtu, 09 Desember 2023

Boredom and Drugery are evil ...!

Namanya Yosef, dia adalah vendor dari perusahaan asal Jerman. Pada awalnya kukira dia seorang yang kurang bersahabat. Setelah aku sempatkan untuk bertanya kepadanya tentang mekanisme mesin yang dia perbaiki, ternyata dia adalah orang yang ramah dan dia mau membagi ilmunya. Dia sama seperti Eurogan, yang aku jumpai saat Commisioning dulu. Mereka itu orang yang ahli yang mau untuk membagi ilmunya. 

Belum lama ini Anwar datang kepadaku. Kontraknya sudah berakhir, dan dia tidak mau untuk memperjangnya lagi, dia musti kembali ke negrinya
Lain halnya dengan Birender dan Papu, mereka masih bertahan untuk dua tahun kedepan. 
Selamat jalan Anwar, Sharvan dan Kumar. Terima kasih banyak atas supportnya selama ini. 

***
"Boredom and Drudgery are Evil ... !"
Aku masih ingat, kalimat itu  adalah salah satu point dalam bukunya Eric S Raymond. Di sekitar tahun 2007 kubacai buku itu atas rekomendasi salah satu tokoh yang aku kagumi. 
Ada banyak hal tergores di hati dan pikiranku beberapa waktu ini. Namun aku begitu malas untuk menuliskannya. Itu tak bisa dibiarkan, malas itu sangatlah buruk. 
Aku coba untuk tidak malas sebisaku. Aku coba untuk menulis kembali sebisaku. 

***

Setelah sekian lama, Paman Harun akhirnya kembali ke Sohar. Begitu bertemu dengan saya. Dia langsung menghampiri saya dan memeluk saya. 
Ketika dia menemani ibunya, seolah memang menunggu anaknya datang, Alloh pun mengambilnya. Kemudian dia katakan : 
"Sekarang saya seorang diri, tidak ada yang ketika saya telepon akan menanyakan, bagaimana kabarmu, sudah makan atau belum...tidak ada lagi"
"Istri saya tidak pernah bertanya seperti itu, dia tidak perduli apakah saya sakit, atau tidak enak badan. Ketika saya kirimkan uang bulanan tepat waktu dia tidak banyak bertanya. 
Ketika uang bulanan itu terlambat dia tanyakan kenapa terlambat, tapi dia tidak terlampu perduli denganku.
Oooh bapak sudah tidak ada, juga ibuku. Alangkah sepinya hidupku kini...!

Dan aku tidak bisa berkata kata. Aku hanya mendengarkan apa yang dia ceritakan sambil menyruput teh karak dihadapanku. 

***
Untuk kesekian kalinya aku berdebat tentang nilai mata uang rupiah. Masih dengan orang Banggali. Kali ini dengan Mahmood. Ketika dia bandingkan mata uang rupiah dengan daka. Komentarnya terlampau merendahkan rupiah dan juga merendahkan bangsaku. 
Aku pun sedikit tersengat, rasa cinta tanah airku muncul seketika. 
Kami sedikit berdebat dengan suara yang agak keras. Meski pada akhirnya aku paksa untuk berganti topik. Kupikir tidak ada baiknya untuk diteruskan. 

***
Paman Salim sekarang sudah punya Whatsapp. Aku tidak tahu apakah kedepannya whatsapp akan mengubah pikirannya. 
Sejauh yang aku tahu, ada hal yang menarik dari pandangannya soal kehidupan. 
waktu itu aku ingin mentraktirnya teh karak atau ngopi sambil ngobrol. Dia menolaknya. Katanya dia tidak suka minum teh karak apalagi kopi. Hidupnya begitu simpel dan sederhana. Pokoknya pagi hari dia bekerja, jam sepuluh untuk beristirahat sampai lepas ashar. Sehabis ashar bekerja lagi sampai menjelang maghrib. Begitu selesai sholat isya dia segera tidur. 
Kalau dia minum teh atau kopi itu akan menyulitkannya untuk tidur. 
Alasannya yang lain kenapa harus membeli teh karak yang satu gelasnya seharga 100 baisa. Padahal kalau dibelikan teh satu bungkus, bisa dia minum hingga berbulan bulan lamanya. 

Ambisi hidupnya tidak neko-neko. Begitu pragmatis. Aku suka ngobrol dengan orang begini, meski tidak sepenuhnya setuju dengan pandangan kehidupannya, tapi aku merasakan suatu kenyaman yang tidak bisa kukatakan. 

Minggu, 10 Desember 2023
Liwa, Oman
Simon Dinomo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar