Sabtu, 18 Januari 2025

Poin penting dari buku 'Sebuah seni bersikap bodo amat' karya mark manson


  • Kebahagiaan datang dari keberhasilan untuk memecahkan masalah. Kata kuncinya di sini adalah " memecahkan ". Jika anda berusaha menghindari masalah anda atau merasa seakan-akan tidak punya maslah apa pun, anda akan membuat diri anda sengsara. 

    Jika anda merasa kalau anda memiliki masalah yang tidak dapat anda selesaikan, sama halnya anda membuat diri sendiri sengsara. Bumbu rahasianya ada dalam kata memecahkan masalah, dan bukan pada : punya atau tidak punya masalah. 

    Contoh gambaran yang lain : 
    "saya hanya jatuh cinta pada kemenangan dan bukan perjuangan"
    "saya hanya suka membayangkan puncak gunung tapi saya tidak suka mendaki gunung itu"

  • Halaman 105 : 
    "...sejatinya, kadang hidup menyebalkan dan hal paling sehat untuk dilakukan adalah mengakuinya..."

  • Halaman 107 : 
    "...Seperti pernah disampaikan Freud, " Suatu hari, ketika kita mengingat masa lalu, tahun - tahun yang penuh jerih payah akan berubah menjadi tahun-tahun yang paling indah".

  • Halaman 110 : 
    Dave mustaine berhasil mencapai ketenaran dan nama besar namun dia masih merasa sebagai sebuah kegagalan. Ini terjadi karena dia mengadopsi nilai yang buruk berdasarkan beberapa perbandingan yang tidak masuk akal terhadap kesuksesan orang lain. Nilai ini memberinya masalah-masalah buruk seperti "Saya harus bisa menjual 150 juta kopi lagi, maka semuanya akan sempurna". 
    dan "Tur berikutnya harus di stadion" masalah-masalah yang dalam benaknya harus dipecahkan agar bisa bahagia. Tidak heran dia sama sekali tidak bahagia. 
    Sebaliknya, Pete Best. Meskipun depresi dan kelimpungan setelah didepak dari Beatles, semakin beranjak dewasa, dia belajar untuk membuat ulang prioritas atas nilai-nilai yang dianutnya. Karena ini,Best tumbuh menjadi pria yang sehat dan bahagia, dengan kehidupan yang sederhana, dan keluarga yang luar biasa, suatu hal yang ironisnya, berusaha diraih atau dipertahankan 4 anggota Beatles dekade demi dekade lamanya. 

  • Halaman 121 : 
    Kita selalu menjatuhkan pilihan, entah kita sadari atau tidak. 
    Saya pernah mengenal seorang pria  yang mengaku bahwa alasan di balik tidak ada seorang wanita pun yang mau diajak berkencan adalah karena dia terlalu pendek. 
    Dan dia tersiksa karena pandangannya itu. 
    Padahal masih banyak lagi pandangan yang lain, semisal : 
    Saya cuma ingin mengencani wanita yang menyukai saya apa adanya. 
    Mungkin dapat menjadi awal yang baik-ukuran yang menilai kejujuran dan penerimaan. 

  • Halaman 133 : 
    "Saya tidak memilih kehidupan yang seperti ini, saya tidak memilih kondisi yang sangat mengerikan ini. Namun saya harus memilih bagaimana untuk menghadapinya, saya harus memilih bagaimana saya bisa hidup dengan keadaan ini". 

  • Halaman 136 : 
    Tren menjadi korban di era media sosial. 
    Orang-orang pun menjadi kecanduan, merasa dirinya tak henti-hentinya diserang karena ini memberi kenikmatan, menjadi pihak yang dibenarkan, dan secara moral menjadi superior, itu terasa enak. 

  • Halaman 157 : 
    Hukum kebalikan : Semakin anda ingin mendapat kepastian akan sesuatu, anda akan semakin merasa tidak pasti dan tidak aman. 
    Sebaliknya : semakin anda menerima sepenuhnya ketidakpastian dan ketidaktahuan akan aneka hal, anda akan semakin merasa nyaman karena tahu persis apa yang tidak anda ketahui. 

  • Halaman 158 : 
    Hukum Parkinson : "pekerjaan merentang mengisi alokasi waktu yang tersedia untuk menuntaskannya". 
    Hukum murphy : "Hal buruk yang mungkin terjadi, akan sungguh terjadi". 
    Hukum manson (Manson's law of avoidance) : 
    "Semakin banyak bahaya yang mengancam identitas anda, semakin anda berusaha menghindarinya". 
    Hukum manson berlaku untuk hal yang baik dan buruk dalam kehidupan. 
    Contohnya : 
    Memiliki penghasilan jutaan dolar dapat mengancam identitas anda, setara dengan kehilangan semua uang anda. Menjadi seorang bintang rock yang terkenal bisa mengancam identitas anda, setara dengan kehilangan pekerjaan anda. 

  • Halaman 175 :
    Menghindari kegagalan adalah sesuatu yang kita pelajari nantinya dalam kehidupan kita. Saya yakin itu banyak disumbang oleh sistem pendidikan kita, yang menilai dengan ketat berdasarkan kinerja dan menghukum mereka yang tidak menunjuk-kan performa yang baik. Sumbangan lain datang dari orang tua yang gemar memaksa dan doyan mengkritik, yang tidak membiarkan anak-anak mereka mengalami kegagalan yang cukup banyak, dan malah menghukum mereka karena mencoba apa pun yang baru atau tidak seharusnya. Dan kemudian peran media massa yang semuanya secara konstan mengekspos kita dengan kesuksesan demi kesuksesan atau kemashyuran , namun tidak menampilkan ribuan jam praktik yang monoton dan membosankan yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan tersebut. 
    Pada titik tertentu, sebagian besar dari kita berhasil meraih suatu posisi yang mengkondisikan kita untuk takut gagal, untuk menghindari dari kegagalan secara naluriah, dan hanya terpaku pada apa  yang ada di depan kita atau hanya pada bidang yang sudah kita kuasai. 
    Ini membatasi dan menghambat kita. Kita hanya bisa benar-benar sukses kalau kita ada suatu bidang yang memungkinkan kita untuk rela gagal. Jika kita tidak bersedia untuk gagal, kita pun tidak bersedia untuk sukses. 
    Ketakutan untuk gagal, kebanyakan datang dari salah pilih nilai-nilai yang buruk. Contohnya, jika saya mengukur diri saya dengan standar " Membuat siapa pun yang saya temui menyukai saya" saya akan menjadi cemar, karena kegagalan 100 persen ditentukan oleh tindakan orang lain, bukan tindakan saya sendiri. Saya tidak memiliki kendali, karena penghargaan diri saya ada belas kasih penilaian orang lain. 
    Hal lainnya, jika saya ingin mengadopsi ukuran "Memperbaiki kehidupan sosial saya", saya dapat menghidupi nilai yaitu "menjalin hubungan baik dengan orang lain" entah apa pun tanggapan orang lain terhadap saya. Penilaian diri saya berdasar pada perilaku dan kebahagiaan saya sendiri. 

  • Halaman 179 : 
    Dabrowski berpendapat bahwa rasa takut dan kecemasan serta kesedihan tidak selalu menjadi kondisi mental yang tidak diinginkan atau tidak membantu, melainkan, itu sering mewakili derita yang selayaknya kita butuhkan demi perkembangan jiwa kita. Dan menyangkal luka itu sama dengan menyankal potensi kita sendiri. Seperti halnya seseorang yang mengalami rasa sakit fisik untuk membentuk tulang dan otot yang lebih kuat, seseorang harus mengalami sakit emosional untuk mengembangkan ketangguhan emosional yang lebih besar, rasa percaya diri yang lebih kuat, belas kasih yang lebih meningkat, dan secara umum hidup yang lebih bahagia. 
    Anda boleh menyebut ini "pengalaman ambang batas" atau "mengalami sebuah krisis eksistensial". Namun saya lebih suka menyebutnya "menembus badai". Pilih saja yang cocok untuk anda. 

    Contoh : 
    Ada seorang gadis yang orang tuanya imigran, susah payah menyekolahkan anaknya di fakulkas kedokteran. Tapi anak itu tidak ingin menghabiskan seluruh hidupnya sebagai dokter. ia ingin berhenti kuliah. Namun dia merasa terjebak sehingga pada akhirnya dia mengirimiku email dan menanyakan "Bagaimana saya berhenti dari sekolah kedokteran ?"

    Atau seorang mahasiswa yang jatuh cinta kepada dosennya. Ia menanyakan "Bagaimana caranya agar ia mau diajak kencan ?" 
    Atau seorang ibu tunggal, yang ingin anaknya mandiri. Ia menanyakan "Bagaimana cara meminta mereka pindah ?"

    Masalahnya disini adalah rasa sakit . Mengisi berkas pengunduran diri dari sekolah kedokteran jelas merupakan langkah tepat sasaran, sedang melukai hati orang tua anda adalah perkara lain. Mengajak dosen untuk berkencan, risiko menerima rasa malu yang mendalam dan penolakan terasa jauh lebih rumit. Meminta seseorang untuk keluar dari rumah anda adalah sebuah keputusan yang jelas, perasaan bahwa anda menelantarkan anak sendiri akan lain sama sekali. 

    Belajarlah untuk menahan rasa sakit yang telah anda pilih. Ketika memilih sebuah nilai baru, anda memilih untuk memasuk-kan bentuk rasa sakit yang baru ke dalam hidup anda. Rasakan. Nikmati. Terima dengan tangan terbuka. Kemudian, lakukanlah. 

  • Jika kita mengikuti prinsip "lakukan sesuatu", kegagalan terasa tidak penting. Kita merasa bebas untuk gagal, dan kegagalan itulah yang menggerakkan kita ke depan.


Minggu, 18 Januari 2025
Liwa, Oman
Simon Dinomo






Tidak ada komentar:

Posting Komentar