Kamis, 10 Maret 2011

wayang....


Tiada henti nenek moyang-ku, para pendahuluku mengelu-elukan tokoh – tokoh mahabarata dan ramayana. Yang  secara keseluruhan orang menyebutnya **wayang**. Kalau tidak silahkan tanya embahku, atau embahmu sendiri tentu akan sangat fasihnya bercerita dari awal hingga akhir. Tentang si arjuna alias raden permadi... para pandawa, kresno, semar, .. . yang cantik tentu si rara ireng alias sembodro istri arjuna itu lho... tokoh jahat tentu si kurawa, kalau tidak ya .. siapa itu si pencuri sinta... ah iya rahwana.
Kemudian jangan tanya soal berapa berminatnya soal sejarah mataram, joyoboyo, serat centini ... serat kalatido.... negarakertagama, arjunawiwaha.
Suatu waktu aku dikomentari begini ini :
“Ah kau... kau boleh saja mempelajari yang demikian itu, perikehidupan jaman feodal bangsamu itu. Tapi apa cukup begitu. Kan kau orang Islam ... masak iya ... kau kenal mahabarata, serta ramayana dengan baiknya. Bahkan kau jadikan hasil karya sastra di zaman feodal itu sebagai acuan perikehidupanmu. Adalah baik kau tahu itu semua. Kau bisa belajar tentang bangsamu, kau bisa mengenal manusianya, yang tak lain adalah saudara-saudaramu sendiri.  Tapi....“

“Rupanya ... aku kena kritik nih.”
Aku sedikit menimpali.

“Syukur deh .. kalo nyadar aku sedang mengkritik.”
“Ya begitu itu... masak iya kamu ndak ingin mengenal ... tentang ***bidayah wan nihayah, kitab-kitab tarikh-nya Ibnu Ishak, Ibnu Hisyam. Padahal justru mereka itulah yang lebih layak untuk dijadikan acuan kehidupan. Bukannya si arjuna, atau tokoh – tokoh wayang lainnya”.

“Oh... jadi begitu maksudmu. Asal jangan kau sebut Ibnu Khaldun saja ya.. kepalaku pusing membaca karyanya. Mungkin kapasitas otak-ku kesulitan untuk mencerna tulisannya itu. He... 3x.”

“Oh iya .. aku sebenarnya benci mengakui ini... tapi aku rasa kau memang benar”.

*Jum'at, 10 Maret 2011
Serdang, serang , banten
By : Bintang-kelana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar