Minggu, 12 Februari 2023

Saudara Jauh yang bikin anyel


Sudah beberapa hari ini angin musim dingin bertiup dengan lebih kencang. Meskipun sudah jaketan lama-lama badan saya nggreges juga rasanya. Tapi meski begitu musim dingin itu adalah masa bermain keluar bersama si mbak dan si adek. Libur kerja kemarin hampir selama 6 hari full, saya habiskan untuk bersepada bersama kedua anak perempuan saya itu. 
Setiap kali ke taman bermain, hampir selalu bertemu dengan bapak penjaga. Yang juga selalu dengan ramah menyapa kami bertiga. Malah terkadang anak-anak saya dikasih ciki dan gordon.

Dari perjumpaan saya dengan bapak penjaga taman itu. Yang sampai saat ini belum saya tanyakan namanya, ada obrolan yang menarik untuk saya tuliskan. 

Awalnya waktu itu dia bertanya kepada saya. Soal gaji saya. Yang tentu saja, saya jawab secara diplomatis. Wis pokoknya urusan gaji, alhamdulillah. 
Kemudian dia malah menceritakan dirinya sendiri. Yang ceritanya itu kira-kira seperti ini : 

"Saya digaji 200 oman real. Tempat tinggal sudah disediakan. Kami mengurus taman ini bertiga. Saya sudah berada di sini 3 tahun. Rencana saya setelah tahun ke 5, saya mau balik ke Bangladesh. Kumpul bersama keluarga saya, menikmati hidup."

Yang tentu saja, semuanya saya dengarkan dengan seksama. Sambil manggut-manggut. 
Dia melanjutkan ceritanya dengan sebuah pertanyaan. Suatu pertanyaan yang sudah sangat sering ditanyakan kepada saya, oleh banyak orang yang berbeda. Mungkin hal itu sangat penting bagi mereka, kemudian untuk dibanding-bandingkan dengan apa yang mereka miliki.

"Kamu berasal dari negara mana ? " demikian pertanyaannya. 
"Saya dari Indonesia" jawab saya singkat. 
"Satu oman Real itu kalo di Indonesia berapa banyak ? " 
"Kira - kira setara 40.000 rupiah ...!"
"Wuoh.... wuedan 40.000 ? Banyak sekali, berarti kamu langsung jadi orang kaya ? "

Wooooo....gundulmu itu, batin saya. 
Kemudian dia mengambil sebuah kesimpulan, bahwasanya Indonesia adalah negara miskin dan terbelakang. Yang berarti Bangladesh itu lebih baik dari Indonesia. Lha wong mata uang mereka lebih perkasa kok, yang mana satu oman Real itu setara 273 taka (*mata uang bangladesh). 

Beuuuh... samber gledek....! Batin saya lagi. 
Tapi apa mau dikata memang secara faktanya seperti itu. Dalam kacamata orang awam, kesimpulan yang begitu juga bisa dimaklumi. 
Lha wong 1 Oman Real setara 273 daka je. Sedang bila dirupiahkan sebesar 40.000 rupiah suatu gap yang sangat jauh. 
Sambil manggut-manggut saya menyahuti kesimpulan sepihak yang dia sampaikan. 
Kemudian saya jelaskan lagi. 

"Jadi begini...dik...sodik (*sodik : teman). Yooo nggak begitu juga. 
Meski kelihatannya gap'nya besar. Tapi nilainya itu ya sama saja. 
1 botol aqua di oman seharga 100 baisa.
Di indonesia barang yang sama harganya 4.000 rupiah. 
Jadi biar kelihatannya jumlahnya banyak, tapi secara nilai yaa podo wae... ngono lho dik...sodik." 

"Kamu mudeng apa ndak dik...?" saya balik bertanya. 
"Nyaaaak.... biar bagaimana Bangladesh berarti lebih baik dari Indonesia."
"Woooo wong gemblung... wis sak karepmu dik...sodik..."
Dengan sedikit anyel, saya akhiri percakapan yang sudah untuk sekian kali saya alami, dengan banyak orang yang berbeda. 
Biar bagaimana bapak penjaga taman itu, yang orang banggali itu adalah orang baik, biar kata bikin anyel tapi tetap saudara. Saudara yang jauh.... Jauuuuhhhh sekaliiiii. 

Liwa, Sohar, Oman
12 Februari 2023
Simon Dinomo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar