Minggu, 25 Mei 2025

Tuku Lemah ....!

Suatu kali di sebuah sesi training soft skill. Ada sebuah permainan. Kami dibagi menjadi 3 kelompok. 
Ada tiga babak. Yang mendapat nilai terbanyak merekalah yang menang. 
Opsinya setiap babak begitu sederhana. Kira-kira begini : 

Babak 1 : 
  • Opsi  :
    • Group A dapat poin 100, group lain (B,C)dapat nilai 50. 
    • Semua group (A,B,C) dapat poin 50
    • Group A dapat poin 100, group B dapat nilai 50, group C dapat nilai 0
Setelah tiga babak dihitunglah poin masing-masing group. Satu group dengan nilai terendah tersingkir. 
Dua group melaju ke babak berikutnya dengan skema yang sama. 
Sampai akhirnya tinggalah satu group yang berhasil membinasakan group-group yang lain. 

***
Aku sendiri sudah lupa, aku berada di group yang menang atau yang kalah. Setelah itu sang trainer memberikan penjelasan yang sangat berkesan bagiku. 

"Mohon maaf pak. Inilah sifat asli bangsa kita. Bertahun-tahun dalam  saya mainkan game ini. Rata-rata pola dan pilihannya hampir sama. Padahal pak, di game ini tidak ada yang memperolah uang, atau profit. Ini hanyalah sebuah game. 
Tapi yang ada di bawah sadar kita adalah bagaimana menjadi yang nomer satu, bagaimana menjadi yang terbaik, dan group group yang lain musti dibinasakan. 
Bayangkan pak, bila dalam realita yang sesungguhnya yang memang disana ada uang atau profit yang real. Betapa kerasnya saling tikam antar group.

Kami mainkan game ini di Cina, Pak. Satu babak saja game sudah selesai. Karena semua group memilih opsi yang sama. Yaitu semua group (A, B, C) dapat poin 50. 
Diulang beberapa kali sekalipun pilihan semua groupnya tetap sama. 
Bukan saya membangga-banggakan Cina, pak. Tapi begitulah adanya dalam pengalaman kami bertahun-tahun lamanya. Prioritas mereka bagaimana caranya agar semuanya bisa survive. Bukan untuk saling bunuh antara group satu dengan group lainnya. 

Hanya sekedar sharing saja pak"
. Begitulah kira-kira yang disampaikan bapak trainer yang menghujam di hatiku. 
Kala itu sekitar tahun 2017.

****
Menurutmu sodara, apakah benar begitu ? 
Kalau pun benar begitu,  Sebagai manusia biasa seandainya sering keliru, itu ya wajar-wajar saja. 
Live must go on. 
Justeru yang utama, Mari kita benahi apa yang keliru selama ini. Semoga Tuhan Pencipta Langit dan Bumi memberikan ampunan dan petunjukNya. 

Hutannya di babad, kawasannya di babad dan sodara-sodaranya sendiri di babad. Untuk menjadi penguasa tunggal. Apakah begitu juga maksud dari catatan historis babad tanah jawa ?
Lah di Jepang era dulu sepertinya juga mengalami pola pola seperti itu. Setidaknya itu yang kuingat dari buku TAIKO karangan Eiji Yosikhawa. 

Weeeh.... angan-anganku sudah mulai mokal-mokal. Nampaknya aku kebanyakan kopi, sehingga sulit tidur dan mulai ngawur. 

Wis mbuh-lah,  sik penting kerjo sik temenan, mugo-mugo iso nggo tuku lemah sik okeh, mugo-mugo diparingi rezeki sik melimpah tur berkah. 
Weh...weh...weh...
Tuku lemah ? 
Sik okeh ? 
"Nggih Gusti ... yen diparingi kathah kulo nggih purun. Nyuwun sik berkah nggih Gusti. Mbenjang menawi panggihan kalian panjenengan. Panjengen kemutan maringi lemah okeh. Trus panjengan tanglet. Lha pas niku panjenengan ridho kalian ngguya-ngguyu. 
"Wis aku wis ngerti...aku ora sido takok. Aku wis ridho...!"

Al-Quran 50:34

ٱدْخُلُوهَا بِسَلَٰمٍۖ ذَٰلِكَ يَوْمُ ٱلْخُلُودِ 

"Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi.”


Welhadalah..... saestu kulo ngarep-ngarep kados ngoten Gusti. Dulur dulur kulo nyuwun panjengan paringi yang sama. 


Minggu, 25 Mei 2025
Sohar, Oman
Simon Dinomo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar