Rabu, 27 Juni 2012

Radio pun bisa berbohong....


Kebohongan adalah suatu kata benda. Kosa kata yang bila ditinjau secara moral maupun agama termasuk dalam kategori tidak terpuji. Ning kadang kala justeru kita jumpai malah kita sendiri pelakunya. Kok sepertinya berbohong itu mat...nikmat betul rasanya.
….
Waktu itu sedang masuk shift siang, nah satu lagi dalam tataran keluarga goat family ada Mr. Han, yang dia itu lebih banyak bersama ketiga sersan mayor. Beliau senang melucu. Kadang kala melucunya pun dengan kebohongan.
Saat sudah jam-jam nasi box datang, ning padahal nasinya belum datang. Ini menjadi kesempatan yang sangat empuk bagi beliau.
“Bebek goreng …. ati …. sop buntut”
Maksudnya beliau itu menawarkan pada seluruh staf anggota “The goat family”. Karena pekerjaan kami yang dilapangan dan kesibukan yang tidak mesti, biasanya pada nitip untuk menuliskan nasi box dengan lauk yang disukai. Barangkali saja ada yang berminat.
Jajaran menu yang setiap hari berubah, meski memang sudah tersedia draft list menunya, Mr. Han kukira tak menghafalnya. Dan memang ini diniatkan untuk bercanda. Ning dengan kebohongan. Yang penting kan bikin geeerrrr....suasana keluarga.
Berhubung diberikan sebuah stimulus, dan memang perut sudah keroncongan … ada juga salah seorang diantara kami yang tertipu. Radio pun langsung bersuara nyaring.
“Mr. Han... minta tolong ...saya dituliskan sop buntut”
Atau ada yang lain lagi yang memesan menu lainnya sesuai dengan selera.
Jawabannya tentu saja, hanya tawa yang cekikikan, wong nasinya memang belum ada je, apa yang mau ditulis. Berulang kali ini terjadi, memang bercanda itu suatu sisi menghilangkan penat dan kebosanan. Plus kepercayaan kami pun semakin berkurang dan semakin menghilang kepada Mr. Han. Lama-lama tak ada juga yang kena tipu.
…..
Suatu kali kok kebetulan plant sedang anteng-anteng saja. Kegesitan brother Erbe, Fahmi, dan Indra. Sudah cukup mengatasi kerjaan-kerjaan normal. Matahari baru saja mau angslup, tapi masih terlihat di langit selat sunda. Pemandangan sunset begini memang indah dilihat dari selat sunda. Posisinya yang pas berhadapan langsung dengan sang surya itu. Yang warnanya orange kemerah-merahan, kadang – kadang dengan awan yang bergerombol-gerombol. Waktu maghrib hampir tiba. Nasi box pun telah siap sedia. Saya sendiri baru didapuk, untuk menggantikan salah satu sersan mayor yang mau makan terlebih dulu. Jadi saya nunggu nengkrus di depan komputer dengan empat monitor itu. Ha kok tiba-tiba ada bunyi suara yang menggemparkan lho....suaranya itu keras sekali :
“Mak nguing...nguing...nguing...nguing.....nguing....”
Wah lha ini ada alarm kebakaran je.... berarti pasukan tanggap darurat densus 55 harus segera bergerak. Wong ada alarm kebakaran je... opo ora gawat itu ? Petrokimia je ….
Jauh di seberang ruangan sana, brother Adnan dan brother Basyir sedang duduk khidmat mau membuka nasi box. Brother Zur waktu itu sedang training jadi tak bersama kami.
Tentu saja panggilan kewajiban harus segera dilaksanakan, nasi box ditinggal, monitor itu pun tak tinggal lari setelah sersan mayornya datang. Densus 55 pun bergerak cepat. Ha piye 55 ribu je.... opo ora hebat ?
Ha kok jebulnya... alarm-nya palsu lho. Ning rapopo wong wes kewajiban kok. Harus siap, harus sigap. 55 ribu je.
Mendekati pulang kami sekeluarga sedang leyeh-leyeh di meja laporan. Ha kok suara alarm kebakaran itu bunyi lagi.
“Mak brabat... pasukan 55 segera lari menuju lokasi”
Lagi-lagi kok ya cuma alarm palsu saja lho. Kok sekarang alarm juga semakin seneng membuat kebohongan. Barangkali ingin turut meramaikan suasana, ingin membuat suasana geeeer begitu.

…..
Menjelang subuh, aku berjalan bersama brother adnan menuju Control room. Pekerjaan yang diperintahkan sudah beres. Jam-nya untuk shalat shubuh hampir tiba.
“Wah radio-nya ini lho … wong tadi saya ambil baterai-nya masih tiga baris. Ha ini kok belum ada sejam sudah langsung angslep... mak tulit..tulit..tulit...begini.”
Elho ha itu berarti radio-nya sudah suka berbohong brother.
“Iya ini radio saja sekarang kok ya sudah pandai berbohong. Apa radio yang jujur juga semakin langka apa ya...”
'Ha … mungkin saja.. ha... 3x'
Kami pun tertawa, suasana pun jadi geeeerrr karena kebohongan radio. Terus ini siapa yang mengajari coba ha alarm, terus radio saja kok sekarang sudah banyak yang suka berbohong lho....
Apa lagi kita … kita yang membangun lingkungan itu sendiri. Ning ora popo … ha yang penting kan, pikiran tidak bunek, suasana jadi geeerrr njur tidak monoton.
Opo ora hebat....

Kamis, 28 Juni 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Surapati

Selasa, 19 Juni 2012

Demi kelancaran proses....


Jalan itu beraspal mulus, dengan got besar di kanan kirinya. Umurnya sudah mencapi 20-an tahun, tapi masih tetap layak pakai. Di kedua sisinya ada got besar, yang tidak berair kecuali jika hujan lebat saja. Memang ada yang ada airnya tapi itu hanya di kubangan – kubangan persimpangan saja. Kadang kala banyak ikan mujairnya dari yang anakan sampai induknya yang gede-gede, berenang – renang kemudian akan mengumpet bila didengar orang datang.
Dan jalan beraspal itu sangat lengang,waktu itu jam menunjuk-kan pukul lima sore. Sekitar setengah jam yang lalu seorang pemuda dengan seragamnya yang serba putih, melewati jalan itu. Pada kedua tangannya tergantung sampel yang dikemas dalam plastik. Sampel-sampel itu bergelantungan dan bergenteyongan.
Disebelah got itu ada beberapa area lahan kosong, dahulu pada lahan itu banyak ditumbuhi rumput-rumput yang buahnya punya duri seperti jarum. Apabila dilewati buah-buah rumput yang berduri itu akan menempel pada kain celana dan kaos kaki. Durinya yang tajam terasa cleklit-clekit pada kulit.
Sekarang rerumputan yang demikian sudah tidak ada, kalau pun ada paling hanya beberapa gelintir saja. Kerikil – kerikil kecil mendominasi hingga tampak makin bersih dan rapi.
Semua itu dilakukan demi kelancaran proses. Wong katanya rumput itu berbahaya, bahan yang mudah terbakar bila ada api.
…..
Kali ini sekelompok orang dengan pakaiannya yang biru-biru melewati jalan yang beraspal itu. Membawa kunci aneka ukuran. Terus berbelok ke selatan menyusuri tangga demi tangga menuju ke lantai 12. Kadang-kadang dengan nafasnya yang sudah “Hosh...hosh...hosh...” mereka berhenti di persimpangan tangga, mengambil ancang-ancang nafas baru.
“Pabrik genting tiga jam lagi sudah harus selesai, jika tidak pabrik mati....”
Pesan itu membuat team berbaju biru semakin tergopoh-gopoh. Salah seorang brother-ku menemani mereka. Untuk turut membantu bila diperlukan.
Kok.... ya langit itu cepat berganti tadi yang masih terang bercahaya, ha kok sekarang sudah merah. Si matahari itu lho, kok ya tahu...tahu angslup, begitu.
Eh... kok ya maghrib sudah tiba. Haning pekerjaan belum selesai....
“Wah ndak istirahat dulu pak ...”
Si brother-ku menyelethuk.
“Ndak ada team pengganti mas, pokoknya kita lanjut sampai selesai...”
Wuih...edan bener – bener pasukan yang bertanggung jawab. Haning shalatnya gimana ? Eh ..hawong mungsuhnya sama tanggung jawab je, shalat ya nanti dulu kok. Tapi shalat itu kan juga suatu kewajiban. Eh pokoknya ya ...tanggung jawab dulu kok.
Lho...lho...lho..ra terus pokoknya tho....?
…..
Aku segera menggantikan brotherku, supaya dia juga bisa segera shalat. Ha masalah makan gampang, yang penting tanggung jawab dulu. Eh … kok tiba-tiba maghrib pun berlalu, jam menunjuk-kan setengah delapan malam.
Tepat sebelum tiga jam berlalu pekerjaan itu pun selesai. Dengan pengorbanan shalat maghrib yang keteteran. Weh team yang elok tenan, dengan muka yang kucel-kucel kulihat team biru itu menuruni tangga demi tangga.
Di bawah kami berkumpul … sedikit menggosip.
“Tadi itu kok katanya cuma 3 jam saja ya..toleransinya... kalo diitung-itung rasanya empat sampi lima jam masih bisa lho ”.
Eh... kok masih nanya lho, ha itu kan namanya strategi... kalo ndak gitu, nanti kalo waktunya molor..ha bener-bener mati no pabriknya. Piye tho ?
“Wo jadi demi kelancaran proses yo...”
Ha..iyo brother.
…..
Mulai saat itu kami hampir satu keluarga mengetahui, bahwa demi kelancaran proses berbohong itu dibolehkan bahkan dianjurkan. Ha wong demi kelancaran proses kok. Tugas kita kan menyelamatkan proses.
…...
Pada malam berikutnya, beberapa brother-ku kok muka-nya agak nyluntrut, lusuh sekali begitu.
“Brother ...gek kamu itu kenapa ? “
Nganu brother suro....saya itu ngantuk sekali, hawong baru habis ujian. Trus tadi ada acara kok ya banyak banget. Jadi ngantuk bin cuapek tenan aku brother.
“Ha yo uwis...tidur saja dulu, ning ngasih tahu mau tidur dimana nanti kalo ada kerjaan kita bangunkan.”
Eh...kok tidur tho brother, ha wong tidur selama jam kerja itu ndak boleh begitu kok.
“Lho...ha ini demi kelancaran proses je, coba kalau kamu ngantuk begitu, kamu naik tangga terus njlungup. Atau kamu salah operasikan alat, ha rak itu namanya membahayakan proses tho..?”
Mmmm...ya..ya...ya.... ok … ok
Demi kelancaran proses......

Rabu, 20 Juni 2012
Prambanan, Jawa Tengah
Surapati

Minggu, 17 Juni 2012

Kebudayaan feodal....


Apakah kau akan menyalahkan aku ? Apabila seorang yang asosial ini tak menyukai sesuatu yang berkerumun-kerumun begini. Juga apakah suatu kesalahan jika aku menyukai pandanga-pandangan Gorki maupun pram dan juga Soekarno yang begitu menentang feodal. Dimana letak kesalahan feodal itu. Kukira dari yang kurasai saat ini system ini hanya terdiri dari dinding kepura-pura-an, dinding kepalsuan yang sangat tebal.
Orang yang lebih tua memang harus dihormati. Dan memang sudah menjadi adat bangsaku setiap pernghormatan itu harus sampai setinggi langit. Seperti penghormatan terhadap raja atau nabi. Cara-ku menghormati mereka yang hanya sekedarnya mungkin akan disalahkan.
“Nak...dimana kau sekolah, dimana adatmu sebagai orang timur. Dasar anak tak tahu adat.”
Kukira kalimat itu salah mari aku terangkan kepadamu :
“Nak kenapa kau perlakukan aku sebagai manusia biasa saja...Kenapa tak kau hormati aku seperti kau menghormati raja atau dewa-dewa ? “
Dan jawabanku :
“Pakdhe... karena kau manusia biasa seperti-ku”.
Bukankah Islam diterima di negri ini lantaran sifat egaliternya ?
Ai... dimana yang egaliter itu , tenggelam dalam budaya ketimuran. Budaya leluhur yang berbudi luhur....ai...ai...

Tertawalah...ini hanya pandangan seekor cacing jelata yang hanya bisa meranyap-rayap. Meski begitu biar ia terus menggeliat-liat menyampaikan suatu perlawanan yang bisa ia lakukan.

….
Merokok... icon kejantanan...
Pada forum seperti ini asap rokok seolah beterbangan dengan bebas. Dan memang dibebaskan dan disediakan.
“Rokok mas ? “ Berulang kali mungkin akan kau terima tawaran demi tawaran.
Rokok adalah amunisi bagi yang krisis kepribadian, krisis kejantanan. Tanpa rokok berarti lelaki tidak berkepribadian dan tidak jantan.
Ai...ai....

Prambanan, Surakarta
Minggu, 16 Juni 2012
Surapati

Rabu, 13 Juni 2012

Aglome ... si sontoloyo....!


Kasihanlah sesuatu yang dinamakan aglome itu. Semua membencinya, termasuk “The Goat Family”. Yang itu artinya aku juga turut membenci. Bahkan kedatangannya pun tak diharapkan sama sekali.
Bentuknya beraneka macam, ada yang lempengan-lempengan putih, ada yang bulat kecil-kecil seperti popcorn, ada juga yang bulat padat seperti batu granit halus sekali. Tetap saja ia dibenci.
Bukan tanpa alasan kenapa semua benci dengan aglome. Memang dia itu sangat menyebalkan.
Kalau dia hanya datang seorang demi seorang itu tak mengapa. Tapi realitanya kadang kala si aglome itu sangat supel sekali. Saking supelnya dia punya banyak sekali kawan. Nah kedatangan aglome dengan kawan-kawannya itu lebih tepatnya bukan suatu kunjungan melainkan sebuah serangan. Ha piye kadang kala mencapati titik 1 ton per jam-nya. Apa tidak hebat ?
Atas dasar ini jangan pernah namai anak-anakmu dengan nama misal saja “Aglome Subagyo”. Kan nama lain masih banyak. Abdurahman atau abdulloh begitu kok yang paling yahud.
He.... 3x.
…..
Serangan aglome menyisakan banyak cerita. Untukmu akan kupaparkan beberapa yang kira-kira
begini :
Suatu malam kami satu keluarga terkapar semua menghadapi serangan aglome. Waktu itu kira-kira jam setengah satu malam. Hanya beberapa brother-ku saja yang masih bertahan. Sedang aku sendiri turut terkapar, ada yang di atas jumbo, di atas pallet, di greeting got, juga ada di atas lantai belaka.
Kok rasanya mak lesssss.... langsung tertidur pulas.
Sang kolonel tahu, hampir semua anak buahnya terkapar. Maka beliau turut menghadapi serangan aglome yang waktu itu kembali dengan terompet perang.
Weh edan, Mr. Nggamping memang bukanlah seorang tiran, juga bukan seorang feodal, beliau sangat bijaksana. Brother-ku yang masih bertahan membangunkan kami.
Sreeet...sreet...sreet... naluri prajurit kami bekerja secara otomatis. Mongsok kolonel sudah berlaga je, prajurit santai-santai....we lha tidak tanggung jawab itu namanya. Senjata langsung segera dipegang. Sapu ijuk, pengki, begel baja kira-kira 25 meter panjang, dan gada besi aneka rupa. Pokoknya bisa untuk memukul. Walhasil bekas dari aneka peperangan itu masih bisa dilihat sampai sekarang.
Ha pipa yang penyok-penyok itu sebagai saksi peperangan demi peperangan yang kami menangkan.
…...
Aglome memang sontoloyo. Bikin rusuh dunia wong cilik saja. Lha segala bentuk permasalahan itu yang paling sensisif ya wong cilik. Wong cilik itu rumusnya dari dulu yang tetep sama....”Sing legowo, sing prasojo, sing nerimo...”.
Lho.... itu sodara aglome kembali menyerang, pipa jadi tersumbat.
Sogrok....sogrok...sogrok....
Wuuuuuushh......
Brulllll....bruk...bruk...bruk....
Setengah ton aglome berserakan di lantai....
Sret...sret..sret...sapu segera bergerak lincah. Sampai lantai bersih kembali. Selang setengah jam lagi, datang serangan lagi...setengah ton pula harus dibersihkan. Begitu seterusnya sampai 8 jam kedepan.
…..
Tak ada apresiasi tersendiri dari jajaran para priayi untuk setiap kemenangan terhadap serangan aglome. Berjibakunya para prajurit terhadap aglome dianggap sebagai suatu hal yang remeh.
Ha … cuma sapu menyapu saja kok, tukang ini dan tukang itu juga bisa, apanya yang istimewa.
Memang benar juga …. ning 8 jam lho, kan ya butuh mentalitas. Tapi apa sih pentingnya mentalitas ?Pernah suatu waktu kami dengar …
“Kerja modal semangat doang … ya tak ada gunanya … harus pakai otak....!!!”
Bagi-ku sendiri … boleh orang punya otak seencer kuah soto...tapi kalau tak punya semangat....”Ah go to hell....!!!!” Itu bagiku sendiri, tentu saja aku yang tak punya otak, yang hanya punya semangat saja. Entah bagaimana pandangan brother-brotherku yang lain aku tak tahu.
Bagi para priayi yang penting kapital jalan terus. Muka tetap terjaga.
Nah...brother kalau mau rebutan muka, aglome bukanlah suatu yang tepat dijadikan sebagai momen. Carilah yang lain. Yang kira-kira lebih menjanjikan agar “muka”-mu lebih terlihat.
Ai... cari muka ? Muka kok dicari....!
Elho … piye tho...Muka je... coba kalau orang ndak punya muka gek piye cobo....
Bagiku sendiri tak terlalu penting … muka-ku di depan para priayi itu bagaimana, apa yang bisa kulakukan untuk memenuhi kewajiban akan kulakukan. Ning ya kadang – kadang turut mencari juga dimana si muka ngumpet-nya....ha wong muka je... kayak tidak tahu saja....
….
Kalau sudah menyerang begitu, kami wong cilik tak bisa apa-apa, kurang punya authority untuk menghabisi markas komando aglome. Ya hanya bertarung dan terus bertarung saja sebagai sesama prajurit. Wong aglome itu juga punya prajurit je.
Analisa brilian dari si mbak-lah yang teramat sakti, setidaknya ketiga sersan mayor kami dengan tangan-tangannya yang berkekuatan itu. Yang bisa menghabisi seluruh pasukan inti aglome dalam beberapa jam saja.
Eh.... perihal mbak-ku itu mungkin belum aku ceritakan kepadamu. Dia itu seorang yang ayu dan sangat trengginas. Selebihnya aku ….....

…..
Brother indra, erbe, dan fahmi...setiap hari bertugas melacak gerakan underground dari aglome.
Radio adalah alat komunikasi utama kami sekeluarga, jangan bosan jika aku tuliskan perbincangan kami di radio. Berikut ini hasil pelacakan ketiga brother-ku yang melapor pada sersan mayor kami.
Brother indra :
“Mr. Slow...masuk...masuk....!”
Suk...masuk...
“Aglome di mesin 1 300 gram per jam”.
…..
Brother erbe :
“Mr. fast...masuk...masuk...!”
suk … masuk...
“Aglome di mesin 2 enol, alias tidak ada”.
…..
Alhamdulillah 'alla kulli hal... masih aman brother. Selang beberapa lama giliran brother fahmi
melapor :
“Mr. J … masuk...masuk...!”
suk ...masuk...
“Roll bag penuh, sampai luber-luber.... line ngeblock....!!!”
….
We..lha dalah... ini gimana, wong kemarin baru saja ditandangani untuk genjatan senjata, tak ada perang sampai habis lebaran je... kok tiba-tiba bikin manuver begini.
Memang sontoloyo si aglome itu....
“Mbak.... iki piye....!!!!!!”


Rabu, 13 Juni 2012
GSI, Blok B. 5, No. 10
Surapati

Kamis, 07 Juni 2012

Teman ngisi master batch....


Dua hari ini kok saya itu ketemu terus sama master batch.
Dusil ...dusil...dusil... evernox.....evernox.....
Ha ketemu kok ya master batch begitu ya...mbok yang lain.... semacam nganu begitu.
“Eh kok senengannya nganu lho, gek nganu itu apa ?”
Nganu itu ya …. nganu.. pokonya ya nganu. Tidak ada kata yang lebih pas terdengar. Itu lho semacam yang bikin geeeerrrr.
“Wo es ….berarti, wong ketemu sama es saja kok lho senengnya sebegitunya..”
Weeee.... yo wes es yo tidak apa-apa. Dadi nganu itu ketemu sama es....
…...
Bener master batch itu mara'i roso, bisa buat fitnes kata teman-teman. Tapi kalau tiap hari ?
“Wong namanya fitnes kok, semakin sering kan berarti semakin bagus.”
Nyak...rupamu …. ! Nek ini ngapusi tenan. Master batch je.... kok tiap hari. Alasan ya boleh, ning nek katanya setiap hari ndak apa-apa. We lho kalau ini tentu bohong belaka. ha... 3x.
“Yo ...wes kalau gitu tak ganti. Wong namanya sudah kewajiban je. Kewajiban lho...ojo lali.”
Kewajiban ? ...hmmm...ya...yaa...ya... kewajiban.
…..
Ada yang istimewa saat mengisi master batch. Temanku ngisi master batch itu mempunya karakter yang hampir sama denganku. Seorang A-sosial, introvert, melankolik yang sempurna.
Orangnya kecil dan begitu pendiam. Ning sekarang sudah pinter ndagel, dengan aneka canda. Biar badannya kecil, ning roso tenan. Ha piye kadang-kadang  semua additive itu diprepare sendirian lho. Rak urik (*curang) tho ini namanya. SR formula lho ..
Mongsok additive yang total bisa 1,5-an ton itu diprepare sendirian. Opo ora hebat ?
Padahal sudah saya wanti-wanti
“Brother … kalau prepare additive jangan bersatu. Berdua saja. Nanti melet-melet lho...”
Ning kok tetep ngeyel, jian brother-ku yang ini gek mau-nya itu bagaimana... he...3x.
Saya itu merasa sangat bersalah, saya itu justeru sangat menderita. Ketika aku harus bersimaharaja lela, sedang brother-brotherku yang lain harus berbanting-banting.
Memang saya itu ndak terlalu kompeten untuk menjadi seorang leader. Tapi tetap saja saya diminta jadi leader karena pangkat paling betah saya di PT “T” itu.
Adalah saya ini seburuk-buruk leader jika aku hanya ber-enak-enakan sedang mereka yang dibawah ke-lead-an ku itu berjibaku tak kira-kira. Duh sungguh penderitaan tersendiri.
Tapi kok rasanya mereka kayaknya ndak mau kalau saya itu harus turut berjibaku begitu.
“Wes nanti sample kita bagi saja brother, biar saya ngambil yang jam pertama.”
Wah ndak usah....biar saya ambil saja. Brother suro stand by saja di tempat.
“Lho kenapa ? “
Ya ndak kenapa-napa.
“Wah lha ini berarti namanya budaya feodal... merasa hina pada atasan, harus merunduk-runduk pada atasan, nggih sendiko dawuh. Apa pun itu pokoke taat dan patuh sama atasan. Ini harus dibuang. Saya itu menderita kalo disuruh diam, sedang kulihat kalian berjibaku begitu. Wes sini biar jam pertama sample tak ambil. Ingat budaya feodal harus dibuang.”
Mendengar penjelasanku yang kedengarannya sangat intelek itu, brotherku hanya manggut – manggut saja. Padahal dalam tubuhku sendiri budaya feodal masih bercokol, masih dalam tahap penghapusan.

….
Suatu sore menjelang berangkat shift malam. Aku mengobrol dengan bapak tukang parkir Dunkin Donat cilegon.
“Berangkat mas ? “
He'eh pak....masuk malem.
“Kerjanya berat tho mas ? “
Ya... semua dikerjakan pak, mulai nyapu-nyapu, bersih-bersih, angkat junjung.
“Berapa paling berat yang harus dipikul tiap hari mas ? “
Ya paling beratnya 25 kg tiap bag tapi ada banyak pak, kadang bisa sampai 60 bag.
“Halah wong kayak begitu saja kok ya berat tho mas...hawong saya itu dulu pernah mengangkut karung semen satu truk sendirian lho.... itu cuma 25 kilo saja lho, kok ngeluhnya sudah ngaruworo (*bhs jawa : mengeluh keterlaluan). “
…...
Mulai saat itu aku tak terlalu menganggap master itu berat. Hanya 25 kg per bag. Ah ...it's easy.
Tiba-tiba terdengar suara diradio....
“Brother suro...coming...coming....”
Coming brother …
“Hari ini kita ngisi tiga … SR dua formula, ditambah 5301 AA, ngisinya mepet semua menjelang subuh...”
Oh...ok... It's easy brother.....
Waktu ngisi...kepala lier-lier menahan kantuk. Di belakang dua tumpuk additive masih menunggu.
Nafas sudah mulai tersengal-sengal, sambil terus membatin...
Dusil...dusil...dusil....

Jum'at, 08 Juni 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Surapati