Rabu, 13 Juni 2012

Aglome ... si sontoloyo....!


Kasihanlah sesuatu yang dinamakan aglome itu. Semua membencinya, termasuk “The Goat Family”. Yang itu artinya aku juga turut membenci. Bahkan kedatangannya pun tak diharapkan sama sekali.
Bentuknya beraneka macam, ada yang lempengan-lempengan putih, ada yang bulat kecil-kecil seperti popcorn, ada juga yang bulat padat seperti batu granit halus sekali. Tetap saja ia dibenci.
Bukan tanpa alasan kenapa semua benci dengan aglome. Memang dia itu sangat menyebalkan.
Kalau dia hanya datang seorang demi seorang itu tak mengapa. Tapi realitanya kadang kala si aglome itu sangat supel sekali. Saking supelnya dia punya banyak sekali kawan. Nah kedatangan aglome dengan kawan-kawannya itu lebih tepatnya bukan suatu kunjungan melainkan sebuah serangan. Ha piye kadang kala mencapati titik 1 ton per jam-nya. Apa tidak hebat ?
Atas dasar ini jangan pernah namai anak-anakmu dengan nama misal saja “Aglome Subagyo”. Kan nama lain masih banyak. Abdurahman atau abdulloh begitu kok yang paling yahud.
He.... 3x.
…..
Serangan aglome menyisakan banyak cerita. Untukmu akan kupaparkan beberapa yang kira-kira
begini :
Suatu malam kami satu keluarga terkapar semua menghadapi serangan aglome. Waktu itu kira-kira jam setengah satu malam. Hanya beberapa brother-ku saja yang masih bertahan. Sedang aku sendiri turut terkapar, ada yang di atas jumbo, di atas pallet, di greeting got, juga ada di atas lantai belaka.
Kok rasanya mak lesssss.... langsung tertidur pulas.
Sang kolonel tahu, hampir semua anak buahnya terkapar. Maka beliau turut menghadapi serangan aglome yang waktu itu kembali dengan terompet perang.
Weh edan, Mr. Nggamping memang bukanlah seorang tiran, juga bukan seorang feodal, beliau sangat bijaksana. Brother-ku yang masih bertahan membangunkan kami.
Sreeet...sreet...sreet... naluri prajurit kami bekerja secara otomatis. Mongsok kolonel sudah berlaga je, prajurit santai-santai....we lha tidak tanggung jawab itu namanya. Senjata langsung segera dipegang. Sapu ijuk, pengki, begel baja kira-kira 25 meter panjang, dan gada besi aneka rupa. Pokoknya bisa untuk memukul. Walhasil bekas dari aneka peperangan itu masih bisa dilihat sampai sekarang.
Ha pipa yang penyok-penyok itu sebagai saksi peperangan demi peperangan yang kami menangkan.
…...
Aglome memang sontoloyo. Bikin rusuh dunia wong cilik saja. Lha segala bentuk permasalahan itu yang paling sensisif ya wong cilik. Wong cilik itu rumusnya dari dulu yang tetep sama....”Sing legowo, sing prasojo, sing nerimo...”.
Lho.... itu sodara aglome kembali menyerang, pipa jadi tersumbat.
Sogrok....sogrok...sogrok....
Wuuuuuushh......
Brulllll....bruk...bruk...bruk....
Setengah ton aglome berserakan di lantai....
Sret...sret..sret...sapu segera bergerak lincah. Sampai lantai bersih kembali. Selang setengah jam lagi, datang serangan lagi...setengah ton pula harus dibersihkan. Begitu seterusnya sampai 8 jam kedepan.
…..
Tak ada apresiasi tersendiri dari jajaran para priayi untuk setiap kemenangan terhadap serangan aglome. Berjibakunya para prajurit terhadap aglome dianggap sebagai suatu hal yang remeh.
Ha … cuma sapu menyapu saja kok, tukang ini dan tukang itu juga bisa, apanya yang istimewa.
Memang benar juga …. ning 8 jam lho, kan ya butuh mentalitas. Tapi apa sih pentingnya mentalitas ?Pernah suatu waktu kami dengar …
“Kerja modal semangat doang … ya tak ada gunanya … harus pakai otak....!!!”
Bagi-ku sendiri … boleh orang punya otak seencer kuah soto...tapi kalau tak punya semangat....”Ah go to hell....!!!!” Itu bagiku sendiri, tentu saja aku yang tak punya otak, yang hanya punya semangat saja. Entah bagaimana pandangan brother-brotherku yang lain aku tak tahu.
Bagi para priayi yang penting kapital jalan terus. Muka tetap terjaga.
Nah...brother kalau mau rebutan muka, aglome bukanlah suatu yang tepat dijadikan sebagai momen. Carilah yang lain. Yang kira-kira lebih menjanjikan agar “muka”-mu lebih terlihat.
Ai... cari muka ? Muka kok dicari....!
Elho … piye tho...Muka je... coba kalau orang ndak punya muka gek piye cobo....
Bagiku sendiri tak terlalu penting … muka-ku di depan para priayi itu bagaimana, apa yang bisa kulakukan untuk memenuhi kewajiban akan kulakukan. Ning ya kadang – kadang turut mencari juga dimana si muka ngumpet-nya....ha wong muka je... kayak tidak tahu saja....
….
Kalau sudah menyerang begitu, kami wong cilik tak bisa apa-apa, kurang punya authority untuk menghabisi markas komando aglome. Ya hanya bertarung dan terus bertarung saja sebagai sesama prajurit. Wong aglome itu juga punya prajurit je.
Analisa brilian dari si mbak-lah yang teramat sakti, setidaknya ketiga sersan mayor kami dengan tangan-tangannya yang berkekuatan itu. Yang bisa menghabisi seluruh pasukan inti aglome dalam beberapa jam saja.
Eh.... perihal mbak-ku itu mungkin belum aku ceritakan kepadamu. Dia itu seorang yang ayu dan sangat trengginas. Selebihnya aku ….....

…..
Brother indra, erbe, dan fahmi...setiap hari bertugas melacak gerakan underground dari aglome.
Radio adalah alat komunikasi utama kami sekeluarga, jangan bosan jika aku tuliskan perbincangan kami di radio. Berikut ini hasil pelacakan ketiga brother-ku yang melapor pada sersan mayor kami.
Brother indra :
“Mr. Slow...masuk...masuk....!”
Suk...masuk...
“Aglome di mesin 1 300 gram per jam”.
…..
Brother erbe :
“Mr. fast...masuk...masuk...!”
suk … masuk...
“Aglome di mesin 2 enol, alias tidak ada”.
…..
Alhamdulillah 'alla kulli hal... masih aman brother. Selang beberapa lama giliran brother fahmi
melapor :
“Mr. J … masuk...masuk...!”
suk ...masuk...
“Roll bag penuh, sampai luber-luber.... line ngeblock....!!!”
….
We..lha dalah... ini gimana, wong kemarin baru saja ditandangani untuk genjatan senjata, tak ada perang sampai habis lebaran je... kok tiba-tiba bikin manuver begini.
Memang sontoloyo si aglome itu....
“Mbak.... iki piye....!!!!!!”


Rabu, 13 Juni 2012
GSI, Blok B. 5, No. 10
Surapati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar