Selasa, 24 Juli 2012

Mati listrik .... membawa berkah


“Mak … pet...!”
Waktu itu hari sudah malam. Laut berkilau-kilau terkena cahaya rembulan seperti cermin raksasa. Segala mesin masih berderik-derik dengan berisik. Seketika saja lampu-lampu pada mati. Berisik mesin terdiam sebagai jangkerik didekati orang. Cerobong pembakaran menyemburkan api tinggi sekali, seolah-oleh menjadi obor raksasa yang menerangi segalanya. Sewaktu aku kecil dulu bila ada penerangan yang seperti ini di malam hari, keluarlah kami untuk bermain 'jamuran'. Di halaman-halaman rumah kami, sambil bernyanyi-nyanyi riang gembira.
Kobaran api ini bisa dilihat sekian kilometer jauhnya darir PT. T. Sekilas pandang saja orang-orang bisa menebak, “Oh... itu PT. T, sedang colaps, sekarat....!”
…....
Setengah jam yang lalu, adalah jam-jam sepi kerjaan. Sehubungan dengan sholat dan makan. Sambil leyeh-leyeh di meja makan, kami mengobrol tentang turnamen PES.
“Brother Arsenal punya jagoan baru, kemarin baru beli Giroud dari perancis...”
'City itu mental juara memang mengagumkan....'
'''Wah … saya pakai Juve saja, sudah sejak kecil saya sangat senang pada Juventus. Dulu ada Pavel Nedved...'''
“”Kutinggalkan inter brother, kupilih PSG … dream team yang baru, Ibra baru saja masuk bersama Tiago Silva...””
“Wah tampaknya.... Bayer Muenchen harus beli bek handal ini, tengah sudah ok, striker ok, cuma tinggal bek-nya saja yang kurang jos..”
'Wis lah kite pake Barcelona … wae..'
''Ha ..saya terus pakai apa, yo wes kite Madrid yo ore pape...''.
Pokoknya ramai sekali. Kebetulan seluruh keluarga The Goat Family belum ada yang punya istri. Kalo sersan mayornya sudah semua. Ada kenikmatan tersendiri jadi seorang bujangan, kami bisa main PES sesuka hati, kadang-kadang turnamen sampai larut malam, bahkan sampai pagi. Wong bujangan je.... !
…...
Mati-nya lampu adalah suatu terompet peperangan akan adanya serangan mendadak yang sangat berbahaya. Dibayarnya kami dengan mahal. Emmm sik...sik...semi mahal sajalah, adalah untuk bersiap-siap menghabisi serangan – serangan mendadak seperti ini. Bila kami kalah ketiga buto reaktor bisa murko lagi. Dan itu menjadi urusan yang panjang dan sangat melelehkan. Tak ada lagi obrolan, meja makan langsung sepi. Larilah semua ke plant, untuk segera membunuh reaksi.
Ditemani obor saya tidak main jamuran, di temani obor kini saya harus berperang. Karena kewajiban saya, karena tanggung jawab sebagai prajurit infantri yang dibayar semi mahal.
…..
Besar sekali artinya bagi para pemegang kapital. Kematian ketiga buto reaktor adalah kematian sumber kapital yang mereka tumpuk-tumpuk. Meski mereka punya kekuatan dengan dana-nya yang besar, mereka tak bisa berbuat apa-apa. Mungsuhnya adalah pemerintah, mereka kalah kekuatan dengan pemerintah. Mau menuntut juga percuma. Kekuatan PLN di atas angin. Diamlah para pemegang kapital itu sembari sambil sedikit menggerutu.
Mereka adalah orang-orang terpelajar, sebentar saja akan segera mengerti keadaan, segera mengerti bagaimana agar sumber kapital itu tetap berjaya, juga agar tetap bisa menghidupi kami-kami ini dengan gaji bulanan yang semi mahal itu. Oh alangkah hebatnya mereka , sehebat Nederlend yang bisa memberlakukan tanam paksa, kerja rodi. Sehebat jepang yang bisa memberlakukan romusha di negeri ini. Negri yang kaya, yang seperti surga. Tapi bukan untuk manusia-nya. Yang tetap sama seperti dahulu. Biar bagaimana kehidupan harus tetap berjalan.
….
Pelanggaran itu adalah suatu hal yang biasa. Manusia itu kan suatu kali juga ada khilafnya begitu kok. Kemakluman dari semua pihak itu mbok harus selalu jadi suatu kebijakan. Contoh saja listrik mati kemarin anggap saja sebagai kekhilafan dari penyedia sumber listrik. Wong sebenarnya sama sekali tidak ada niat untuk berbuat begitu. Berbuat yang bisa merugikan banyak pihak. Mohon kebijaksanaannya.
Nah sekarang kalau giliran plant yang sedang khilaf mbok biar saja, mohon kebijaksanaannya. Itu lho dari salah satu corong pembuangan itu kok menyemburkan debu-debu putih yang tebal. Sama sekali tidak ada nita untuk menyemburkan debu ke lingkungan seperti itu. Suer deh. .... !
Brother mpeep katakan tentang semburan debu itu sampai seperti naga. We... ini pelanggaran tenan wong itu mencemari bumi, mencemari lingkungan, negri-ku sendiri, lingkunganku sendiri. Haning bisa apa lagi kami ini, nanti kalau benar-benar dimatikan kami ndak dapat bonus je. Lagi pula suara kami tidak ada harganya. Jadi mohon kemaklumannya saja. Mohon kebijaksanaannya. Kan wajar sekali-kali khilaf.
…...
"Oh... kematian listrik yang membawa berkah !"
'Lho kok bisa brother suro ? '
Yaitu tadi salah satu-nya. Mbok ndak usah ribut, biar saja agak nyembur sedikit. Sekali waktu khilaf itu kan wajar.
Brother, ngomong-ngomong karena listrik mati. Sementara ini master batch ngisinya ndak terlalu banyak. Bulan puasa je, opo ora hebat brother....?
“Iyo brother suro....hebat...hebat...hebat tenan. Alhamdulillah”.


Rabu, 25 Juli 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Surapati  

Kamis, 19 Juli 2012

Gara-gara bos....mau berkunjung....


Pada suatu kala para brother-ku menyapu lantai dari pojok sampai ke pojok yang lain. Sik...sik...sik, kok rasanya ada yang kurang pas. Itu kata “pada suatu kala” itu kan biasanya dipakai untuk menceritakan sebuah dongeng. Tidaklah sesuatu itu dinamakan dongeng melainkan hanya imaginasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tak dapat juga ditentukan kapan waktu-nya terjadi, termasuk tempat terjadinya. Maka dongeng – dongeng itu biasanya dimulai dengan kata-kata itu. Misal, pada suatu hari di negri antah barantah.
Lha ini bukan kisah dongeng, ini adalah suatu kisah nyata tentang budaya bangsa-ku sendiri.  Jadi mari saya perbaiki awal dari cerita-ku ini.
.....
Waktu masuk shift malem awal bulan Juli, terlihatlah para brother-ku sedang memegangi sapu dan pengki.  Menyusupi setiap lorong diantara pipa dan kompresor, menyelinap dari sudut ke sudut yang lain. Terus begitu sampai lantai menjadi kinclong. Tidak ketinggalan aku juga ikut. Wong kewajiban je.
Kau tahu sebabnya ?
Itu lho, wong katanya si bos mau datang berkunjung je ...! Semua harus terlihat bersih, kinclong, excelent, dan excited.
Opo ora hebat ?
....
Kalau diri dilirik sama pak bos, kalau diri dekat sama pak bos, kalo pak bos sudah manggut-manggut ... lha rak semua-nya jadi mudah tho. Wong bos je. Bos itu punya kekuatan untuk berbuat. Dana-nya banyak je, jika tersedia banyak dana kekuatannya itu tinggal di order saja.
Maka-ne sangat perlu sekali untuk punya muka di depan bos.  Rak yo ngono tho ?
Itu lho seperti  orang pacaran, rak kalau mau apel motor sudah harus dicuci, baju ditrika sangat rapi, parfum-nya pakai parfum perancis. Merk-nya... mmmm...nganu ... apa..itu...
Wah biar mikir saya tetep tidak tahu brother. Maklum saya ndak pernah pakai.
Soalnya demi nama je, pokoknya nama itu “uber alles” (di atas segala-galanya).
....
Maka tidak perlu kaget, atau sok-sokan kalau secara faktual para petinggi negara itu atau para petinggi yang lain-lainnya biar penghasilannya sudah berpuluh juta, tetap saja banyak hutang. Malahan terpaksa harus korupsi. Lha ini rak sangat ilmiah sekali. Ini saya cerita-i :
Nek wong cilik mangan sama tempe saja rak sudah cukup tho, kendaraan cukup sebangsa kyai legowo prasojo saja rak wis cukup tho, begitu pun tidak akan merusak nama-nya. Wong nama-nya saja sudah cilik kok, dikata-katain cilik juga tidak bakalan tersinggung. Haning coba kalo mereka yang tinggi-tinggi tadi. Pendatapannya yang banyak habis buat mempertahankan nama. Bila ada wong cilik yang punya agak mewah, dia harus lebih mewah. Wong petinggi je. Makan sama tempe, we lha muka-nya mau ditaruh di mana ?
Ada acara ya harus yang wah ... wong petinggi je. Terus mobilnya harus yang suaranya halus, itu suaranya yang bunyi-nya...”Tleser...tleser...tleser...gleyor...gleyor”. Sampai tidak ketahuan kalau ada mobil yang mendekat. Wong saking alusnya suaranya je.
Sebenarnya juga tidak ingin korupsi, ning ya mau gimana lagi... kehidupan harus tetap berjalan je.
....
Itu adalah budaya bangsa-ku sejak dahulu. Yang suka-nya pada segala bentuk keseakanan, bukan berpikir secara apa adanya tapi berpikir pada apa yang seharusnya di hadapan orang lain. Pandangan orang lain terhadap diri-nya itulah yang diagung-agungkan. Lha tidak salah kan kalau kita nama-i “KESEAKANAN”. Padahal yang seharusnya itu berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain.
Dan aku tertawa mentertawakan diriku sendiri, mentertawakan bangsa-ku. Bangsa yang sakit, bangsa yang gila hormat. Nek manusia tidak gila hormat, apa ya ada .. itu kan lumrah(*pent: bahasa jawa = wajar) namanya.
.....
Kebetulan waktu itu saya satu divisi bersama brother mpep. Sambil terus menggoyang-goyang sapu kami mengobrol :
“Brother suro... kita ini bersih-bersih karena bos mau datang katanya. Ha terus apa ya kita ini juga akan dilirik sama bos-bos itu tho brother ? Apa bos-bos itu tahu jasa kita dalam menyapu ini begitu lho ? Terus apa bos-bos itu akan dekat sama kita, akan mengayomi kita ? “
We... lha sudah tentu tahu brother. Ha kalau bukan kita, siapa lagi yang mau menyapu coba ?
“Eh... yang bener brother, kalau bos seneng... segalanya jadi mudah, kalau bos sudah manggut-manggut... lha itu barangkali mau ngasih bonus gedhe brother....”
Wah... dirimu semakin cerdas brother.
“Kalo begitu, ayo kita sapu sampai bersih brother...biar kelihatan mengkilat, kinclong. Biar pak bos.. manggut-manggut. Biar dapat bonus gedhe. Opo ora hebat kalau jadi bos itu brother.... wong mau datang saja pakai disambut yang meriah begini ? “
Iyo...brother ...hebat...hebat...hebat tenan jadi bos itu.


Kamis, 19 Juli 2012
GSI Blok B.5, No.10
Surapati

Kamis, 12 Juli 2012

Tukeran nasi padang....


Siapa yang tidak kenal dengan nasi padang. … ?
Hampir di seluruh pulau jawa bisa ditemui warung padang itu. Pokoknya sudah pating tlecek dimana-mana. Brend merk dari warung padang menjadi suatu daya tarik tersendiri untuk didatangi pelanggan. Wong rasanya memang sangat “nyuss” sekali je. Nasi yang diguyur kuah-kuah beraneka rupa itu, diberikan satu sendok sambel ijo, lalu daun ketela yang seger menyusul untuk melengkapi menu sajian. Tinggal pilih lauknya pakai apa, ayam bakar, ayam goreng, kikil, ikan bakar, pindang, etc, etc, etc.
…...
Makan nasi box nampaknya cukup membosankan. Mekipun lauk-nya enak-enak juga. Malah sudah seperti menu-nya para elite. Diantara ayam goreng, cumi, aneka telor, aneka ikan, pindang, daging, udang, sate. Nek bangsanya tahu, sayur, tempe, terus mendoan, lalapan … mmm... itu adalah properti pelengkap yang sudah harus ada. Wong memang disetting paling tidak biar mendekati menu empat sehat lima sempurna kok. Ha nek ndak begitu, we ha .. itu team chatering bisa langsung diputus kontraknya. Bila gizinya kurang, pekerja – pekerja kelas kambing seperti kami ini, ha bisa kena typus nantinya. Wong dengan menu yang mendekati empat sehat lima sempurna itu saja masih banyak yang masuk rumah sakit je, ya karena berkenalan dengan salmonela typosa itu.
Rak lain bener tho dengan menu-nya wong cilik. Nek saya pulang ke Prambanan itu saja paling-paling makannya sama tempe goreng, tahu goreng, atau sama kerupuk saja. Dengan sayurnya yang mengambil di kebun ya daun singkong, ya pakai pepaya, ya pakai nangka muda, ya daun pepaya...wis semuanya ada di kebun sendiri dan kebun tetangga. Biar begitu nuansanya itu lho.... wong di kampung sendiri je.
Apa masih tidak percaya nek menu makan di PT “T” itu tergolong elite, sangat jauh dari menu-nya wong cilik. Opo ora hebat brother ?
Ning anehnya para brother-ku itu masih merasa bosan juga. Buktinya mereka masih sering suka tuker sama nasi padang itu. Menu-nya keluarga lain yang sama-sama jadi pekerja kelas kambing. The Goat family bekerja itu tak sendiri, ada banyak keluarga yang menyokongnya. Salah satu dari keluarga yang lain itu memberi menu untuk para pekerjanya dengan nasi padang.
Walaupun sudah kondang akan kemak'nyus'-annya ning mereka ternyata juga mengalami hal yang sama seperti para brother-ku. Wal hasil karena sama-sama mengalami kebosanan. Tukar-menukar menu menjadi salah satu fenomena di PT. T.
We.. jadi yang enak-enak itu selamanya juga belum tentu membuat betah. Kok ya sodara 'kebosanan' itu lho datangnya kok ndak pilah pilih.
…..
Nuansa perkembangan sosial politik di PT. T kok nampaknya makin panas saja. Itu lho, kok sepertinya makin lama pemegang kapital itu semakin tak memanusia-kan manusia. Apa malah cendikia bangsaku sendiri yang berlaku begitu..... Mmmm setidaknya ini tidak perlu saya bahas lebih, nanti banyak yang tersinggung.
Aku teringat waktu jepang datang ke Indonesia, yang begitu hormat sama Soekarno...
“Mr. Soe... kami tidak bisa menghandle rakyat bangsamu..tolong-lah kami, bantulah kendalikan mereka.”
Ya...akan saya bantu...asal kalian jangan memperlakukan mereka dengan buruk, asal kalian juga mau menghormati mereka, asal kalian tidak sewenang-wenang kepada mereka. Jika ini dilanggar aku tak akan pernah mau bekerja sama dengan tuan.
“Baik...baik ...Mr. Soe kami berjanji...”
Sepertinya itu hanya berlaku dulu saja, dan juga untuk seorang Soekarno saja. Sekarang para petinggi itu …. …. … . Aku tak menyalahkan mereka. Belum tentu juga aku bisa lebih baik dari mereka. Ini soal kemanusiaan, ini soal keyakinan hati. Sesuatu hal yang setiap pribadi berhak untuk menentukan untuk dirinya sendiri.
….
Tadi itu wong yang enak-enak saja bisa membuat manusia itu menjadi bosan. Apalagi bila ketemu yang tidak enak. Sodara kebosanan itu kok semakin meraja lela. Dalam hati brother-brother-ku mulai bermunculan pemikiran yang sama.
“Seperti-nya di sini bukan lagi tempat yang cocok bagi-ku. Kita tak dihargai sebagai manusia. ”
Mungkin perasaan itu akan terus tertumpuk. Sesuatu yang tertumpuk itu bila tidak direlease akan menimbulkan pressure yang berlebih. Tentu saja berakhir pada sebuah ledakan.
Kekompak-kan para brother-ku menjadi suatu release alami yang mengobati segalanya. Saat kebosanan datang menyapa, lain hari ia hilang seiring canda tawa kami sekeluarga.
….
Kebosanan bukan suatu hal yang bisa lenyap begitu saja. Meski beberapa kali terobati, ia tetap datang dan datang lagi. Makanya pada suatu waktu, saat saya ngobrol dengan brother-brother-ku.
“Wah brother suro... sekarang saya mau tukeran nasi padang. Terus nanti saya mau nyari tukeran yang lain juga...”
Eh... kok kayak teka-teki saja lho. Gek tukeran apa itu brother ?
“Ha itu saya itu baru menunggu … informasi barangkali ada tempat tuker yang lain. Burouge, Caqco, Cafco, Sabic, Kayan, … ato apalah begitu brother. Biar kerja-ku makin mak 'nyusss', seperti ini lho … nasi padang yang baru saja tukeran ini.
Opo ora hebat brother ? “
Elok tenan brother. Hebat...hebat...hebat tenan.
…..
Aku pun juga turut berpikir, mungkin ada baiknya saya nyari tempat tukeran juga. Yang seenak nasi padang itu.


Kamis, 12 Juli 2012
GSI, Blok B.5, No.10
Surapati

Senin, 09 Juli 2012

Naliko buto... Murka....


Reaktor kami itu sangat gede sekali. Wong diameternya kira-kira 6 meter, tingginya bisa mencapai 30 meter. Itu belum ditambah dengan puncaknya yang menggembung seperti pentol korek. Dengan reaktor ini bisa menghasilkan produk yang bisa mencapai 20 ton per jam. Opo ora hebat ?
20 ton lho, itu juga masih perjam.
Berarti yang justeru harus kita pikir-pikir itu reaktor kan bisa memakan bahan baku sebanyak yang diproduksi. Wong katanya dalam neraca masa berat yang masuk sama dengan berat yang keluar.
Coba kita pikir bareng-bareng. Apa tidak rakus sekali itu reaktor. Di dalam perutnya dia bisa makan sampai 20 ton perjam. Kita saja paling-paling cuma 2 piring sudah pol mentok tok....tok. Sudah kemlekeren, ndak bisa ngapa-ngapain. Cuma gulang guling sambil memegangin perut.
…..
Kalau dalam pewayangan suatu makhluk yang rakus, alias tamak itu dinamakan “BUTO”. Karena reaktor kami itu sama rakusnya berarti dia itu adalah salah satu dari buto. Bila di indonesiakan buto itu kurang lebihnya ya seperti raksasa. Ning ini tetap kurang bener. Ha wong Kresna itu juga bisa bertiwikrama je, berubah menjadi raksasa yang gedhe banget. Ning raksasa ini tidak jahat, malah membela yang benar. Wong sejatine si Kresna je, mongsok Kresna jadi jahat... ya ndak ada dalam kamus pewayangan dong.
Jadi jelas kurang benar kalau buto itu disamakan dengan raksasa. Kita sepakati saja mungkin bahasa indonesia yang terlalu miskin. Hingga tak bisa dipakai untuk membedakan antara buto dengan raksasa.
Dianggap saja bahwa buto dan raksasa itu sodara begitu sajalah.
….
Baru – baru ini si buto reaktor sedang murka. Memuntahkan isi perutnya yang tinggi banget, tur juga buanyak banget. Gonjang – ganjing semua kalau buto baru murka.
Terlebih si mbak. Wong dia jadi harus begadang beberapa hari di pabrik. Mbak-ku yang ayu jadi kuyu sekali wajahnya. Memang cukup berat bila orang harus bekerja pada malam hari yang disetting untuk beristirahat. Tidur bisa diganti seharian memang, tapi tetap saja kok rasanya sedikit lain di badan. Apalagi kalau sudah beberapa hari. Kalau tidurnya kagol begitu kok bawaannya emosi saja. Kadang kala saya sendiri kalau tiga hari kerja malam begitu, buku yang saya sediakan untuk saya baca malah saya sepak pakai kaki. Soalnya hati saya kok seperti menyuruh ayo...baca, kamu harus membaca.
Ning terus saya jawab, “Baca...baca... gundulmu amoh itu ! Apa tidak tahu apa, saya ini masih ngantuk. Minggir sana....!”
Sudah barang tentu menghadapi buto yang sedang murka itu sangat berat. Apalagi untuk mbak-ku.
Nek dalam cerita pewayangan yang bisa mengalahkan si buto itu ya kang mas Arjuno begitu. Buto cakil memang sangat pethakilan tingkah dan polahnya. Ning kalau kang mas Arjuno sudah mengeluarkan panah pasopati, atau keris pulanggeni. We...lha dalah ini sudah seperti ksatria baja hitam yang mengeluarkan pedang matahari. Wassalam, buta cakil pun menemui akhir hayatnya. Masuk dalam kotak di samping pak dalang.
Mungkin juga kalau disamping si mbak sudah ada kang mas arjuno, jangankan hanya satu buto reaktor. Ha wes tho... walaupun tiga buto sekaligus... mak wush bablas angine. Wong mbakyu-ku itu hebat tenan je.
Ning si mbak itu ya...ndak usah khawatir. Wong dimana – mana woro sembodro ya justeru yang akan dicari-cari sama kang mas arjuno. Kan tinggal menunggu waktu saja. Ndak perlu bimbang-bimbang segala. Tinggal yes or no, saja. He... 3x.
….
Perintah itu kira-kira mengatakan tidak diperbolehkannya adanya suatu delay. Berbicara soal untung, jika ditanyakan kepadamu “kamu mau keuntungan berapa ? Satu juta, dua juta, sepuluh juta ?”
Nek saya jawab cukup hanya dengan sepuluh juta saja berarti saya tidak punya bakat untuk menjadi orang kaya. Harusnya itu ya, saya ingin untung yang sebanyak-banyaknya. Tak terbatas.
Nah … kalau sudah begini, bukannya ini juga kategori rakus. Yang tamak bukannya tadi kita kategorikan sebagai buto. Weh lah kok banyak sekali buto. Ini buto lagi murka, yang ini kok ikut-ikutan murka.
…..
Untuk memenuhi kerakusan para buto, dibentuk-lah team khusus yang menangani kemurkaan buto reaktor. Dari keluarga kami terakhir kali yang terpilih adalah brother Mpeep, brother Omi, dan brother Basyir. Selama 12 jam mereka harus ditanam di area pabrik.
“Weh … selamat brother. Kalian adalah orang-orang terpilih.”
'Iya .. ini brother suro, itung-itung buat latihan.'
“Lho... latihan apa brother ? “
'Ha.. ya itu, kan di arab sana ada juga yang system kerja-nya 12 jam-an. Opo ora hebat brother suro ? “
“Iyo... iyo...hebat...hebat...tenan brother”.
Itu terakhir kali aku berbincang-bincang dengan brother-brotherku.
….
Implikasi dari suatu perubahan system itu tentu meliputi banyak segi. Salah satunya tentang nasi box. Karena ada dua macam team, tentu saja persedian jumlah nasi box extra lebihnya. Regulasinya kalau seperempat jam menjelang pulang, ada persedian nasi box yang masih ada, itu boleh kami makan. Yang artinya itu menjadi punya umum, siapa pun boleh memakannya.
Akhir – akhir ini jumlah box sisa itu kok kadang-kadang banyak banget. Maklum berhubung kami ini anak kontrakan, yang dapurnya di warteg-warteg sama warung padang. Ini kesempatan yang sangat kami nanti-nantikan.
“Elho ini kok ayamnya ada banyak, tak ambilin semua brother ...buat di rumah...”
'Yo wes ambil saja ayam-nya... saya mau ambil jeruk-nya...'
Aku kerupuknya ya... semua-nya saya ambil...
….
Tiba – tiba saja semua-nya jadi serakah. Lho bukannya tadi serakah itu sifatnya si buto ? Lha kok ini aku, dan para brother-ku kok juga jadi buto semua.
Eh .. gek ini gimana. Kok semua jadi buto....

Senin, 09 Juli 2012
GSI, Blok B. 5, No. 10
Surapati

Jumat, 06 Juli 2012

Konklusi sesat ... oleh naluri kemanusiaan.


Di gurun pasir sahara, anak-anak mengemis bukan meminta uang...di pinggir jalan itu, sambil mengulurkan tangannya mereka berkata :
"Pak minta air, minta air..."
Setitik air lebih berarti dari segalanya di gurun sahara. Setitik air yang menjadikan rumput hijau tumbuh di padang gersang.
....
Suatu hari ada budak dari orang moor, yang dibawa ke perancis oleh seorang pilot. Ia bercerita tentang pertunjukan musik dimana perempuan-perempuan telanjang menari pada taman bunga. Taman hijau seperti itu tak pernah disaksikannya di sahara. Mereka mengagumi air terjun. Suatu kemurahan yang tak ditemukannya di Padang sahara. Naluri intuitifnya sebagai manusia membawanya pada sebuah pandangan sesat :
"Di Perancis air mengalir berhambur sejak ribuan tahun, kenapa Sahara tidak.... sungguh Tuhan tidak adil"
"Kau tahu ? Tuhan adalah orang Perancis... ia lebih murah hati kepada orang Perancis jika dibandingkan Tuhan orang Moor kepada orang moor"
.....
Demikian exupery menceritakan yang terekam di otak-ku. Ini bukan suatu masalah untuk engkau tuduh-tuduhkan. Ini adalah suatu sifat kemanusiaan yang wajar. Tak ada yang bisa menyelamatkan kecuali tangan Tuhan itu sendiri. Siapa yang bisa menjamin keselamatan diri dari pikiran-pikiran sesat ?

Jum'at, 06 Juli 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Sihmanto

Rabu, 04 Juli 2012

Mie-Su (Indoemie-susu) + Kopi hitam cap Kupu-Kupu ... dan perekonomian kerakyatan


Dari hasil keputusan sidang pleno bulanan. Ning yang tak mesti tiap bulan ada itu. Ha piye wong kadang-kadang satu bulan malah bisa dua sampai tiga kali je. Malahan kadang libur kalau plant baru banyak kerjaan. Kalau dirata-rata ya sidang pleno bulanan itu yang paling pas.
Yang memutuskan bahwa :
The Goat family hendak membangun tatanan ekonomi mandiri. Melalui peninjauan yang begitu brilian seiring dengan semakin digemarinya mie instan sebagai suplemen and nutrisi tenaga yang praktis, ekonomis dan terjangkau-is itu.
Maka dibentuk-lah suatu badan perdagangan mie instan. Ini perlu untuk meningkatkan uang khas keluarga besar “The Goat Family” dan jajarannya.
…..
Waktu sidang itu kebetulan saya baru cuti, jadi saya sendiri tidak menghadiri rapat pembentukan itu. Eh kok tahu-tahu begitu saya masuk, keluarga besar kami sudah mem-bakul. Weh … opo ora hebat ?
Bisa dikatakan sidang bulanan kami itu termasuk istimewa sekali. Dilihat dari namanya saja, rapat ini tentu rapat besar. Wong namanya juga “Pleno” kok. Jadi harus dihadiri seluruh anggota keluarga. Termasuk semua sersan mayor dan bapak-bapak kolonel.
Terus biasanya suguhannya itu lho, yang tidak main-main. Martabak hoki... yang notabene jenis martabak yang katanya paling “nyusss” di kota cilegon ini. Tidak tanggung-tanggung 2 piring, 3 piring bahkan lebih. Ditambah lagi sama cemilannya, yang kacang-kacangan … entah garuda, dua kelinci,etc, etc. Plus minumannya mulai dari fanta, coca cola, sprite, sama satu lagi yang biru seperti spritus itu … apa namanya ....mmm... ha... 3x.... aku lupa. Plus nyamikan yang lain.
Tak salah kiranya nek martabak hoki itu yang paling digemari. Coklatnya yang tebel, yang kalau dipanasi di microwave terus ada yang mendlewer-ndlewer dengan campuran kacang wijennya itu, yang ditangkupkan dengan lapisan martabaknya sendiri yang tebal. Begitu mencomot satu, tangan basah kena dleweran coklatnya. Dan ketika langsung digigit... “mak nyussss” coklatnya melumer di mulut.
Itu belum seberapa satunya lagi, irisan dagingnya pating pendosol gedhe-gedhe, ngasih telurnya yang nggak tanggung-tanggung menjadikan irisannya tebel-tebel. Disampingnya disediakan kuah dalam mangkok, apabila dicelupkan di kuah, terus langsung dimakan begitu … “mak nyussss” lagi.
Memang benar ini sidang pleno-nya wong cilik. Tapi suguhannya itu yang membuat mata tidak mengantuk saat mengikuti sidang. Opo ora hebat ….. ?
Ini tidak bikin tekor uang khas lho, wong banyak sukarelawan je. Ha itu...brother..., terus brother ….
Weh... pokoke elok tenan.
…..
Brother Febri diberi amanat untuk menjadi manager badan perdagangan kami itu. Dengan brother adnan sebagai seksi kulakannya. Memang pas ha wong mereka berdua itu satu team mengisi master batch je.
Sejarahnya sepertinya juga perlu saya ceritakan kenapa mie menjadi menu istimewa di pabrik kami. Wong cilik itu ternyata memang bisa membuat aneka kreasi yang bercitrarasa tinggi. Itu karena kepepet. Kebetulan wong cilik itu yang paling banyak kepepet.
Nah suatu kali ada yang mencoba meracik, mie instan itu dengan susu bubuk yang disediakan oleh pabrik. Ternyata setelah resep digethok tularkan, semuanya menyukai. Akhirnya campuran mie instan dan susu atau yang bisa disingkat jari “Mie-su” itu menjadi sangat populer. Dengan diperkuat dalih kesehatan yang katanya dengan ditambah susu, bisa mereduce bahan pengawet.
Taraf selanjutnya orang boleh meramu sendiri seberapa konsentrasi susu yang diinginkan.
…..
Waktu jam-jam nge-mie-su, tentu saja saat sepi pekerjaan di balik “Mess room” PT.”T” seringkali akan tercium bau racikan khas yang menggoda selera. Jika tidak percaya silahkan dichek.
Belum lagi kalau saat itu brother Basyir sedang ikut di dalam. Soalnya dia itu juga seorang master racik meracik kopi, dengan mengukur tingkat kepanasan air dan rasio campuran kopi dan gula yang katanya juga harus pas itu. Tunggulah sebentar sampai bunyi klothak-klothak proses pengadukannya selesai.
Dia akan berkata dengan bangga :
“Ini dia brother.... KOPI HITAM CAP KUPU-KUPU”.
Yang harumnya semerbak ke seluruh ruangan. Oh...brother-brotherku yang kreatif.
….
Dalam dunia perdagangan memang enak kalau membayangkan untung yang di depan mata. Secara teori untung itu sudah menjadi keniscayaan dari badan dagang kami itu. Ning nyatanya saat harus kembali dibelanjakan, kok tak bisa buat kulakan lagi. Ternyata uangnya nyangkut dalam bon-bonan utang. Ini permasalahan yang harus kita sadari ,juga dimaklumi, wong berdagang sama wong cilik je. Kalau ngutang itu kan wajar tho.
Ha...terus jebulnya mental untuk membayar utang tepat waktu itu kok ya susah betul. Padahal kita yakin semuanya mampu untuk segera melunasi. Tapi kok kayaknya masalah hutang itu, kurang menjadi perhatian kita. Kadang – kadang harus sampai dioyak-oyak, diingatkan berulang kali. Memang nilai-nya kecil. Masalah hutang itu kok dirasa kecil lho, biar nilainya memang kecil. Ning rak namanya tetep hutang tho.... ? Hutang lho …. dunia akherat lho urusannya...
Lupa pada hutang itu rasanya kok nikmat betul …..
….
Saya melihat bahwa fenomena ini merupakan suatu hal yang sangat istimewa. System perekonomian yang sangat mengagumkan. Wong dengan harganya yang Rp 2000, - itu orang boleh mengutang. Dan mau dibayar satu minggu, dua minggu, atau satu bulan ke depan ya mbayarnya tetap Rp 2000, -. Ha rak ini berarti system perdagangan kami terbebas dari riba tho ?
Mbok mari system ekonomi yang seperti ini kita namakan system ekonomi kerakyatan. Terus mari kita kembangkan bersama. Biar tercapai suatu keadilan sosial bagi seluruh …..
Biar kita lebih berkemanusia-an yang adil dan beradab.
Opo ora hebat …?


Kamis, 05 Juli 2012
GSI, Blok B. 5, No. 10
Serdang, Serang, Banten
Surapati