Selasa, 24 Juli 2012

Mati listrik .... membawa berkah


“Mak … pet...!”
Waktu itu hari sudah malam. Laut berkilau-kilau terkena cahaya rembulan seperti cermin raksasa. Segala mesin masih berderik-derik dengan berisik. Seketika saja lampu-lampu pada mati. Berisik mesin terdiam sebagai jangkerik didekati orang. Cerobong pembakaran menyemburkan api tinggi sekali, seolah-oleh menjadi obor raksasa yang menerangi segalanya. Sewaktu aku kecil dulu bila ada penerangan yang seperti ini di malam hari, keluarlah kami untuk bermain 'jamuran'. Di halaman-halaman rumah kami, sambil bernyanyi-nyanyi riang gembira.
Kobaran api ini bisa dilihat sekian kilometer jauhnya darir PT. T. Sekilas pandang saja orang-orang bisa menebak, “Oh... itu PT. T, sedang colaps, sekarat....!”
…....
Setengah jam yang lalu, adalah jam-jam sepi kerjaan. Sehubungan dengan sholat dan makan. Sambil leyeh-leyeh di meja makan, kami mengobrol tentang turnamen PES.
“Brother Arsenal punya jagoan baru, kemarin baru beli Giroud dari perancis...”
'City itu mental juara memang mengagumkan....'
'''Wah … saya pakai Juve saja, sudah sejak kecil saya sangat senang pada Juventus. Dulu ada Pavel Nedved...'''
“”Kutinggalkan inter brother, kupilih PSG … dream team yang baru, Ibra baru saja masuk bersama Tiago Silva...””
“Wah tampaknya.... Bayer Muenchen harus beli bek handal ini, tengah sudah ok, striker ok, cuma tinggal bek-nya saja yang kurang jos..”
'Wis lah kite pake Barcelona … wae..'
''Ha ..saya terus pakai apa, yo wes kite Madrid yo ore pape...''.
Pokoknya ramai sekali. Kebetulan seluruh keluarga The Goat Family belum ada yang punya istri. Kalo sersan mayornya sudah semua. Ada kenikmatan tersendiri jadi seorang bujangan, kami bisa main PES sesuka hati, kadang-kadang turnamen sampai larut malam, bahkan sampai pagi. Wong bujangan je.... !
…...
Mati-nya lampu adalah suatu terompet peperangan akan adanya serangan mendadak yang sangat berbahaya. Dibayarnya kami dengan mahal. Emmm sik...sik...semi mahal sajalah, adalah untuk bersiap-siap menghabisi serangan – serangan mendadak seperti ini. Bila kami kalah ketiga buto reaktor bisa murko lagi. Dan itu menjadi urusan yang panjang dan sangat melelehkan. Tak ada lagi obrolan, meja makan langsung sepi. Larilah semua ke plant, untuk segera membunuh reaksi.
Ditemani obor saya tidak main jamuran, di temani obor kini saya harus berperang. Karena kewajiban saya, karena tanggung jawab sebagai prajurit infantri yang dibayar semi mahal.
…..
Besar sekali artinya bagi para pemegang kapital. Kematian ketiga buto reaktor adalah kematian sumber kapital yang mereka tumpuk-tumpuk. Meski mereka punya kekuatan dengan dana-nya yang besar, mereka tak bisa berbuat apa-apa. Mungsuhnya adalah pemerintah, mereka kalah kekuatan dengan pemerintah. Mau menuntut juga percuma. Kekuatan PLN di atas angin. Diamlah para pemegang kapital itu sembari sambil sedikit menggerutu.
Mereka adalah orang-orang terpelajar, sebentar saja akan segera mengerti keadaan, segera mengerti bagaimana agar sumber kapital itu tetap berjaya, juga agar tetap bisa menghidupi kami-kami ini dengan gaji bulanan yang semi mahal itu. Oh alangkah hebatnya mereka , sehebat Nederlend yang bisa memberlakukan tanam paksa, kerja rodi. Sehebat jepang yang bisa memberlakukan romusha di negeri ini. Negri yang kaya, yang seperti surga. Tapi bukan untuk manusia-nya. Yang tetap sama seperti dahulu. Biar bagaimana kehidupan harus tetap berjalan.
….
Pelanggaran itu adalah suatu hal yang biasa. Manusia itu kan suatu kali juga ada khilafnya begitu kok. Kemakluman dari semua pihak itu mbok harus selalu jadi suatu kebijakan. Contoh saja listrik mati kemarin anggap saja sebagai kekhilafan dari penyedia sumber listrik. Wong sebenarnya sama sekali tidak ada niat untuk berbuat begitu. Berbuat yang bisa merugikan banyak pihak. Mohon kebijaksanaannya.
Nah sekarang kalau giliran plant yang sedang khilaf mbok biar saja, mohon kebijaksanaannya. Itu lho dari salah satu corong pembuangan itu kok menyemburkan debu-debu putih yang tebal. Sama sekali tidak ada nita untuk menyemburkan debu ke lingkungan seperti itu. Suer deh. .... !
Brother mpeep katakan tentang semburan debu itu sampai seperti naga. We... ini pelanggaran tenan wong itu mencemari bumi, mencemari lingkungan, negri-ku sendiri, lingkunganku sendiri. Haning bisa apa lagi kami ini, nanti kalau benar-benar dimatikan kami ndak dapat bonus je. Lagi pula suara kami tidak ada harganya. Jadi mohon kemaklumannya saja. Mohon kebijaksanaannya. Kan wajar sekali-kali khilaf.
…...
"Oh... kematian listrik yang membawa berkah !"
'Lho kok bisa brother suro ? '
Yaitu tadi salah satu-nya. Mbok ndak usah ribut, biar saja agak nyembur sedikit. Sekali waktu khilaf itu kan wajar.
Brother, ngomong-ngomong karena listrik mati. Sementara ini master batch ngisinya ndak terlalu banyak. Bulan puasa je, opo ora hebat brother....?
“Iyo brother suro....hebat...hebat...hebat tenan. Alhamdulillah”.


Rabu, 25 Juli 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Surapati  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar