Kamis, 12 Juli 2012

Tukeran nasi padang....


Siapa yang tidak kenal dengan nasi padang. … ?
Hampir di seluruh pulau jawa bisa ditemui warung padang itu. Pokoknya sudah pating tlecek dimana-mana. Brend merk dari warung padang menjadi suatu daya tarik tersendiri untuk didatangi pelanggan. Wong rasanya memang sangat “nyuss” sekali je. Nasi yang diguyur kuah-kuah beraneka rupa itu, diberikan satu sendok sambel ijo, lalu daun ketela yang seger menyusul untuk melengkapi menu sajian. Tinggal pilih lauknya pakai apa, ayam bakar, ayam goreng, kikil, ikan bakar, pindang, etc, etc, etc.
…...
Makan nasi box nampaknya cukup membosankan. Mekipun lauk-nya enak-enak juga. Malah sudah seperti menu-nya para elite. Diantara ayam goreng, cumi, aneka telor, aneka ikan, pindang, daging, udang, sate. Nek bangsanya tahu, sayur, tempe, terus mendoan, lalapan … mmm... itu adalah properti pelengkap yang sudah harus ada. Wong memang disetting paling tidak biar mendekati menu empat sehat lima sempurna kok. Ha nek ndak begitu, we ha .. itu team chatering bisa langsung diputus kontraknya. Bila gizinya kurang, pekerja – pekerja kelas kambing seperti kami ini, ha bisa kena typus nantinya. Wong dengan menu yang mendekati empat sehat lima sempurna itu saja masih banyak yang masuk rumah sakit je, ya karena berkenalan dengan salmonela typosa itu.
Rak lain bener tho dengan menu-nya wong cilik. Nek saya pulang ke Prambanan itu saja paling-paling makannya sama tempe goreng, tahu goreng, atau sama kerupuk saja. Dengan sayurnya yang mengambil di kebun ya daun singkong, ya pakai pepaya, ya pakai nangka muda, ya daun pepaya...wis semuanya ada di kebun sendiri dan kebun tetangga. Biar begitu nuansanya itu lho.... wong di kampung sendiri je.
Apa masih tidak percaya nek menu makan di PT “T” itu tergolong elite, sangat jauh dari menu-nya wong cilik. Opo ora hebat brother ?
Ning anehnya para brother-ku itu masih merasa bosan juga. Buktinya mereka masih sering suka tuker sama nasi padang itu. Menu-nya keluarga lain yang sama-sama jadi pekerja kelas kambing. The Goat family bekerja itu tak sendiri, ada banyak keluarga yang menyokongnya. Salah satu dari keluarga yang lain itu memberi menu untuk para pekerjanya dengan nasi padang.
Walaupun sudah kondang akan kemak'nyus'-annya ning mereka ternyata juga mengalami hal yang sama seperti para brother-ku. Wal hasil karena sama-sama mengalami kebosanan. Tukar-menukar menu menjadi salah satu fenomena di PT. T.
We.. jadi yang enak-enak itu selamanya juga belum tentu membuat betah. Kok ya sodara 'kebosanan' itu lho datangnya kok ndak pilah pilih.
…..
Nuansa perkembangan sosial politik di PT. T kok nampaknya makin panas saja. Itu lho, kok sepertinya makin lama pemegang kapital itu semakin tak memanusia-kan manusia. Apa malah cendikia bangsaku sendiri yang berlaku begitu..... Mmmm setidaknya ini tidak perlu saya bahas lebih, nanti banyak yang tersinggung.
Aku teringat waktu jepang datang ke Indonesia, yang begitu hormat sama Soekarno...
“Mr. Soe... kami tidak bisa menghandle rakyat bangsamu..tolong-lah kami, bantulah kendalikan mereka.”
Ya...akan saya bantu...asal kalian jangan memperlakukan mereka dengan buruk, asal kalian juga mau menghormati mereka, asal kalian tidak sewenang-wenang kepada mereka. Jika ini dilanggar aku tak akan pernah mau bekerja sama dengan tuan.
“Baik...baik ...Mr. Soe kami berjanji...”
Sepertinya itu hanya berlaku dulu saja, dan juga untuk seorang Soekarno saja. Sekarang para petinggi itu …. …. … . Aku tak menyalahkan mereka. Belum tentu juga aku bisa lebih baik dari mereka. Ini soal kemanusiaan, ini soal keyakinan hati. Sesuatu hal yang setiap pribadi berhak untuk menentukan untuk dirinya sendiri.
….
Tadi itu wong yang enak-enak saja bisa membuat manusia itu menjadi bosan. Apalagi bila ketemu yang tidak enak. Sodara kebosanan itu kok semakin meraja lela. Dalam hati brother-brother-ku mulai bermunculan pemikiran yang sama.
“Seperti-nya di sini bukan lagi tempat yang cocok bagi-ku. Kita tak dihargai sebagai manusia. ”
Mungkin perasaan itu akan terus tertumpuk. Sesuatu yang tertumpuk itu bila tidak direlease akan menimbulkan pressure yang berlebih. Tentu saja berakhir pada sebuah ledakan.
Kekompak-kan para brother-ku menjadi suatu release alami yang mengobati segalanya. Saat kebosanan datang menyapa, lain hari ia hilang seiring canda tawa kami sekeluarga.
….
Kebosanan bukan suatu hal yang bisa lenyap begitu saja. Meski beberapa kali terobati, ia tetap datang dan datang lagi. Makanya pada suatu waktu, saat saya ngobrol dengan brother-brother-ku.
“Wah brother suro... sekarang saya mau tukeran nasi padang. Terus nanti saya mau nyari tukeran yang lain juga...”
Eh... kok kayak teka-teki saja lho. Gek tukeran apa itu brother ?
“Ha itu saya itu baru menunggu … informasi barangkali ada tempat tuker yang lain. Burouge, Caqco, Cafco, Sabic, Kayan, … ato apalah begitu brother. Biar kerja-ku makin mak 'nyusss', seperti ini lho … nasi padang yang baru saja tukeran ini.
Opo ora hebat brother ? “
Elok tenan brother. Hebat...hebat...hebat tenan.
…..
Aku pun juga turut berpikir, mungkin ada baiknya saya nyari tempat tukeran juga. Yang seenak nasi padang itu.


Kamis, 12 Juli 2012
GSI, Blok B.5, No.10
Surapati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar