Tiga kali sholat tarowih sudah berlalu. Bulan Ramadhan selalu terasa istimewa. Terlebih lagi bulan ramadhan tahun ini. Selama saya merantau di jazirah ngarabia bagian selatan ini, baru tahun ini memulai puasa yang bersamaan dengan saudi dan Indonesia.
Group saya adalah group yang baik. Kawan-kawan saya melaksanakan sholat tarowih berjamaah di pabrik.
"Bos Tarowih sik yooo....!"
Demikian kawan saya menyapa bos kami.
Bisa dibayangkan ketika pabrik baru sibuk-sibuknya, kerjaan ndak habis-habis. Kami masih bisa sholat tarowih di pabrik. Mengingat itu adalah momen sholat tarowih pertama di tahun ini.
"Ok... Podo sholat sikik wae !"
Kemudian bos kami itu keluar ke lapangan stand by menggantikan tugas kami.
Meski yaa agak nggrundel sedikit.
"Iki do ngerti gawean opo ora ? Wayahe kerjo malah sholat tarowih ..! Gaweane okeh iki lho ...!"
Mungkin batinnya berkata seperti itu, tapi dia tidak berani melawan konsensus. Dan kami laksanakan sholat tarowih pertama kami tahun ini di pabrik secara legal atas legitimasi dari bos kami.
Hebat tenan tho ... ?
Betul sekali, tepat di hari pertama bulan puasa ini, tempat saya bekerja sudah berhenti dari lerennya. Siap-siap tancap gas, untuk mengganti uang yang disia-siakan selama sebulan kemarin. Waktu itu saya masuk shift malam, dan hampir semalam suntuk di luar lapangan ngelus-ngelus alat-alat yang bermasalah.
Ketika badan sudah kelelahan pada dini hari kala itu, saya leyeh-leyeh di tembok samping elevator.
"Guendeng... gaweane ora entek-entek...!"
Batin saya sambil liyer - liyer.
"Wis ora popo sik penting iso sholat tarowih berjamaah....!"
Ini adalah nikmat yang sangat besar sekali. Empat perusahaan berbeda sudah saya jalani. Baru kali ini nemu yang model begini. Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada, tempatku bekerja yang sekarang ini nyamannya luar biasa.
"Wuellook tenan yoo... Luuur ".
Sehabis sholat jum'at kemarin itu, sembari menunggu pintu keluar yang masih untel-untelan. Saya duduk bersandar dinding di bagian belakang masjid. Tiba-tiba ada yang menyapa saya :
"Helloo Mon...simon !"
Jebul si Tihatul Islam yang manyapa saya. Dia yang pernah saya tuliskan di blog saya tetapi tidak saya publish.
"Weeeh sirene tho tul... gimana kabarnya, waras kabeh tho ?" saya balik bertanya.
"Alhamdulillah, waras mon".
Saya lihat Tihaful Islam begitu sumringah. Semenjak saya hafalkan namanya dan semenjak saya beritahukan kepadanya bahwa saya ingat namanya. Setiap kali bertemu dengan saya dia selalu sumringah.
Weelhadalah jebul teorinya Dale Carnegie ada benarnya juga.
"Tul... ramadhan mubarak yoooo...."
"Iyo mon... ramadhan mubarak ... podo podo yooo...!"
"Asiaap...!"
Dan dia pun pergi, keluar masjid. Dengan tetap sumringah, Alhamdulillah.
Majis, Sohar, 25 Maret 2023
Simon Dinomo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar