Minggu, 07 Oktober 2012

Penguasa yang kolonial....


“Berani...harus berani
Hanya para pemberani yang bisa menguasai seperempat dunia “

Kartini menulis demikian jauh sebelum kaki-kaki kita menginjak-kan buana. Bangsa ini adalah bangsa yang berani. Sayangnya jangankan seperempat dunia. Sepersepuluh pun tak pernah.
Menurutmu , apakah aku pantas berbicara soal bangsa ?
Katakanlah aku tak pantas, begitu pun aku tak akan tersinggung. Sudah seharusnya begitu. Sepanjang sejarah kaum yang memegang pacul adalah kaum – kaum hina, dan terhinakan. Dari kaum itulah aku lahir ke dunia. Kakek-ku, bapak-ku , buyutku semua-nya memegang pacul. Lebih dari itu pacul-lah sarana penghidupan yang ditetapkan Tuhan untuk mereka.

Aku ini mata rantai yang telah mengambil jalan menikung. Sangat jauh dari para pendahuluku. Pacul.... merakitnya pun aku tak bisa rapi. Lempengan besi yang berbentuk persegi itu dengan ukurannya 15 cm x 25 cm, harus dipadukan dengan tangkai-nya yang melengkung. Sudut kemelengkungannya bisa diatur sesuka hati, menurut kenyamanan si pengguna. Sungguh ilmu paling dasar ini pun aku tak ahli.
Apabila aku mencangkul mungkin hanya 5 meter persegi saja, aku sudah megap-megap.

Sekarang ini pacul hanyalah senjata jaman batu. Petani yang hanya bermodalkan pacul saja, akan terlimpas jauh dari perikehidupan. Traktor mengambil alih. Kapital memang kurang ajar, barang siapa tak punya kapital ia akan mati tanpa daya. Menjadi manusia hina.
Kutinggalkan pacul dari hidupku, menjual tenaga pada kekuasaan kapital. Siapa mau hidup miskin ? Menjadi hina sungguh tidak mengenak-kan. Orang pun berbondong bondong berdaya upaya mengumpulkan kapital sebanyak-banyaknya. Meski harus membunuh sesama sodara. Dengan kapital orang akan terhormat, dengan kapital orang bisa bersenang-senang. Harga kekuatan kapital tidaklah murah. Kadang kala nyawa sesama sodara harus diikhlaskan. Penindasan sesama sodara terpaksa harus dibolehkan.
John Steinbeck pernah menuliskan : Manusia memang suka memperalat orang lain, demi dirinya sendiri. Manusia memang bajingan.

****
Ilmu pengetahuan … ah sungguh nikmatnya ia. Beruntunglah mereka yang diberi kenikmatan ilmu pengetahuan. Bahkan untuk berada di sini , menjual tenaga sebagai ini. Itu pun perlu meminjam kekuatan ilmu pengetahuan. Tak banyak ilmu pengetahuan yang kumiliki, dahulu aku tak bisa banyak membaca. Buku pun tak ada, hanya buku-buku sekolah yang kunilai sebagai bulu-bulu hias semata. Sangat jauh nilainya dibanding ilmu pengetahuan dunia. Buku-buku di perpustakaan sekolah pun, rasanya kurang memadai. Dahulu daku belum mengenal perpustakaan daerah. Tak ada yang memberitahuku. Lagipula apa itu perpustakaan, apa itu membaca ? Suatu hal yang masih tabu, kosa kata yang tak pernah terpikirkan oleh kaum - kaum pemegang pacul. Terbersit pun mungkin tidak.

Aku bersyukur karena aku bisa membaca dan menulis. Rasa-rasanya begitu manis merasakan sedikit tetesan ilmu pengetahuan di pikiran dan jiwaku. Badanku memang jawa, keturunan para pemegang pacul. Fisik-ku tak sekuat leluhurku. Pacul sudah kutinggalkan dari kehidupanku. Hanya tinggal pikiran ini, yang tak kuijinkan seperti para pendahulu-ku, ia haruslah mengecap kuatnya ilmu pengetahuan. Dengan sedikit kenikmatan ilmu pengetahuan itu. Aku memberanikan diri, kukira aku cukup pantas untuk berbicara soal bangsa. Meski kuakui perkataan itu tak kuketahui dengan pasti maknanya. Dan ceritaku itu kira-kira begini :

Majapahit merupakan kejayaan nusantara sepanjang masa. Tak luput lagi, hanya karena para pemberani yang mau mengarungi lautan. Majapahitlah yang sempat menguasai daratan dan lautan hampir sampai di selatan india. Sayup-sayup terdengar sebuah lagu:
“Nenek moyangku seorang pelaut …
Gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak , tiada takut
menempuh badai sudah biasa.”
Di masa kecilku lagu itu bergema dimana-mana. Tumasik (*sekarang Malaka) menjadi bandar dagang yang ramai. Itulah masa kejayaan bangsa ini. Bangsa yang dikenal juga sebagai negri bahari.

Dari sisa – sisa terakhir kekuasaan majapahit lahirlah Demak. Awal masanya banyak bermunculan para pemberani. Atas sebuah perjanjian Tordesilas yang diusung Paus. Portugis pun berlayar hendak mencaplok nusantara. Seperti kuman protozoa yang tak kenal kenyang, yang terus mencari inang untuk dihisap. Demak sebagai satu-satunya pewaris Majapahit terkuat. Terketuk hatinya, seandainya laut nusantara jatuh ke tangan Portugis, Islam akan remuk, rakyat akan lumpuh. Portugis ... inilah dia si musuh Islam, musuh si rakyat. Demi membela Islam, membela rakyat, demi membela kehormatan diri sebagai seorang muslim, demi membela sodara-sodaranya sendiri. Berangkatlah Adipati Unus berlayar ke Malaka. Atas restu Raden Patah sang raja Demak.
Dua armada pun berseteru … Pati Unus kalah, pulang dengan membawa luka di sekujur tubuhnya. Ia pun akhirnya meninggal di Demak. Setelah sempat dinobatkan menjadi raja.

Di masa yang kuceritakan itu babad tanah jawa belum lagi mencapai klimaksnya. Mataram belumlah lahir. Nusantara masih berisi para pemberani yang bermartabat. Sejarah berubah seiring dengan pergerakan roda sang kala.
Trenggono sebagai raja Demak yang baru, tak mau melihat Portugis sebagai musuh yang nyata. Ia bersandar pada kekalahan kakaknya sendiri. Kecil kemungkinan untuk bisa mengalahkan Portugis dengan meriam-meriam mereka itu. Memang Adipati Unus kalah melawan Portugis. Tapi dia telah berani melawan itulah pokoknya. Suatu sikap ksatria yang memang layak disematkan kehormatan untuknya.Tidak selamanya perlawanan itu harus menang. Tak semua kekalahan itu memalukan.
Daripada melawan Portugis dengan kekuatan meriam-nya yang menggetarkan itu. Trenggono lebih tertarik meluaskan wilayahnya di daratan, melawan sodaranya sendiri. Ia tak peduli lagi dengan lautan. Darat, hanya darat saja yang ada di pikiran Trenggono. Bila Portugis tak bisa dilawan di laut, akan dihadapi di darat. Untuk itu armada darat terkuat harus dibentuk. Begitulah jalan pikiran Trenggono.
Trenggono sibuk dengan pikirannya sendiri, demi menjadi penguasa tunggal pulau jawa, menjadi pemilik armada darat terkuat.

Meski masih ada Untung Surapati. Bila dihitung orang seperti dia di tanah jawa hanya seperti buih. Amangkurat misalnya pewaris tahta mataram. Saat Trunojoyo memberontak, bahkan ia malah meminta bantuan pada Belanda. Kemudian apa ? Setelah tak punya kekuatan lagi. Ia pun menjual haknya sebagai raja. Dan mengorbankan seluruh rakyat. Upeti yang tadinya harus diserahkan pada raja. Menjadi hak Belanda untuk menerimanya dalam bentuk pajak. Berdiri-lah pemerintahan hindia belanda di nusantara.
Demikianlah pemimpin-pemimpin di tanah jawa. Diserahkan semuanya asal dia bisa hidup enak. Demi kesenangan dirinya sendiri, menjajah sesama sodara adalah hal yang legal. Semuanya boleh dikorbankan. Rakyat itu hanyalah mereka yang harus merangkak-rangkak di depan kakinya. Nyawa mereka tiada berharga, buat apa dipikirkan kesejahteraannya.

Coba bayangkan raja mana yang tak punya Istana ? Alas tidur pun ia tak punya. Tidur di atas pelepah daun kurma. Saat berkunjung di provinsi-provinsi, ia dijamu dengan makanan yang enak-enak. Dia kemudian berkata :
“Apa makanan ini yang dimakan oleh rakyat ? “
'Tentu saja bukan, ya amirul mukminin, kami ingin menghormati anda...'
“Kalau begitu singkirkan makanan ini, beri aku makan seperti apa yang dimakan rakyat oleh rakyatmu”
“Ketahuilah adalah aku sejelek – jelek pemimpin, jika kubairkan rakyatku menderita sedang aku berlimpahan kenikmatan”.
(*Bidayah wan nihayah : Ibnu Katsir)

Itu adalah sebuah tolok ukur. Dengan itu semua bisa menilai. Apakah mereka mempunyai pimpinan yang baik, ataukah sejelek-jelek pimpinan.
Penting diketahui bahwa segala yang kolonial adalah Iblis, satu hal saja yang harus kau lakukan bila kau mengetahui ini yaitu *JANGAN PERNAH BERSEKUTU*.


Senin, 08 Oktober 2012
GSI, Blok B. 13 No. 3
Si'Mon Dinomo

Sabtu, 01 September 2012

Pertemua....eh ... pencarian jodoh...


Lampu-lampu telah terang benderang. Cahaya bintang menjadi luput samar-samar. Begitulah sewaktu kutinggalkan plant. Di balik sebuah pintu geser terdengar beberapa orang sedang bercakap-cakap sambil menikmati nasi box. Tawa yang renyah kadang terdengar berselang seling. Bergantian dengan suara cakap bercakap.
Sambil bersandar pada tulang pintu geser bisa kulihat para brother-ku yang asyik masyuk itu.

Mereka katakan kepadaku :
'Begini brother 'Mon .. tema kita kali ini adalah menurut brother Fahm, mencari wanita sekarang susah sekali. Itu maksudnya ya kekasih hati, sang calon istri begitu lho.
Ha rak aneh tho itu namanya, wong orangnya handsem, tur (*jawa : juga ) terpelajar je. Masak kalah sama brother Mpeep, dengan sekali jurus kenalan pun langsung didapat. Itu soalnya hasil berguru bersama master asmara. Cukup dengan uang seribu rupiah bisa menggaet kenalan baru di alun-alun serang. Opo ora hebat ? '

'Ya kalau tidak … itu belajar dari brother CT saja. Sampai – sampai dia itu sudah capek bergonta-ganti saja saking banyaknya.'

Saya masih terbengong – bengong, sedikit terkesima dengan tema yang ada. Ditengah pengunyahan saya terhadap sajian yang sudah saya ramu, saya turut mesam-mesem menyaksikan percakapan para brotherku. Terus tangan mencaplok nasi lagi, terus sesuap lagi, terus sesuap lagi...wong laper je. Malam itu saya kebagian mengisi master batch tiga formula je.
Dalam kondisi tangan yang masih aktif hendak mencaplok-kan sisa nasi di piring, saya pun turut berbicara.
'Jadi bagaimana barangkali ada yang punya adik perempuan ? '

Brother Empeep langsung ketawa. Yang lain ikutan nyeletuk...
“Adik saya masih SMP je, apa mau menunggu sampe gedhe...?” Kemudian terdengar tertawa lagi.
Pintu geser kembali bergerak. Kali ini masuklah Mr. Fast salah satu sersan mayor kami. Makin lengkaplah peserta diskusi terbuka itu.
“Mencari wanita itu soal hati je … “
'Biar kata soal hati, kan lebih baik kalau barangkali punya kenalan ya..diperkenalkan saja. Biar lebih syar'i. Ndak perlu banyak bunga, banyak janji apalagi banyak tipuan. Kan itu yang ada saat orang-orang berpacaran'.
“Nganu saja... itu saya ada kenalan gadis yang baru magang di Puskesmas. Coba saja kalau mau....”
'Lha ini dia.... ini baru membantu, ini baru solusi. Bukan seperti tadi ...yang katanya berguru pada si anu, berguru pada si itu. Ai apa namanya itu ? Membantu pun tidak, menyakita ...iya. Sama sekali tak menyelesaikan masalah.'

Saya langsung memencet radio di depan saya dengan tangan kiri. Tangan kanan masih berkelana di atas piring mengumpulkan sisa-sisa nasi yang tinggal beberapa gelintir saja.
'Kijang satu memanggil brother Fahm....'
“Masuk mas...'Mon....silahkan masuk...”
'Nganu... apa itu....nanti langsung saja mengontact Mr. Fast ….'
Radio terdiam tak terdengar jawaban. Sedang perbincangan di dalam masih terus berlanjut. Semakin hingar bingar.

####
Kebisingan suara mesin menemani langkah-ku menuju gudang aditive. Dua kali pengisian lagi yang masih menunggu-ku. Aku berjalan sambil membawa uneg-uneg di pikiran. Apa yang baru saja kami perbincangkan itu. Di pojok kiri atas Reaktor dua, rembulan terlihat bulat sekali. Bercahyakan terang, memberi keindahan tersendiri malam itu.
“Lelaki berhak memilih yang baik-baik, para wanita juga berhak untuk menolak. Kemudian memilih yang baru, yang sesuai dengan apa yang dia kehendaki.
Tak tahu-nya apa yang dipilihnya itu adalah seorang bajingan. Apa yang dikira baik itu, apa yang diangan-angankan seindah surga itu ternyata hanyalah bunga-bunga di pikiran. Yang jauh dari kenyataan. Kadang-kadang yang dikira buruk itu malah yang menyimpan sejuta kebaikan. Itu kadang-kadang saja. Sesuatu yang susah untuk dipastikan dengan akal apalagi hanya dengan perasaan. Begitulah kehidupan. Dan semua itu tak terlihat, hanya bisa dirasa oleh yang punya rasa sendiri-sendiri.
Syukur adalah suatu harga mati untuk sebuah takdir …. “


Sabtu, 01 September 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Si'Mon Dinomo  

Minggu, 26 Agustus 2012

System logging yang baru....


Opor ayam, makanan enak yang santennya sangat kentel sekali. Membikin ngeri bagi yang berkolesterol tinggi. Ini makanan spesial di momen yang ditunggu-tunggu. Menu khas lebaran.
Dua minggu lamanya aku kehilangan menu yang paling pas di hatiku. Sayur sop dan tempe bacem. Menu harian kemudian berganti dengan yang lebih elite yaitu pecel lele dan bakso. Hanya dua itu yang tinggal di warung. Hanya itu yang tidak ikut mudik. Prosesi tahunan yang sedikit menyengsarakan anak kontrakan. Tetep saja biar elite kurang pas dihati, apalagi buat kantong.

Dua minggu pula lamanya si kid-kid itu sudah tidak kedengaran suaranya. Biasanya sehabis sholat maghrib begitu mereka akan pating cruet.
“Om...A..a...ri.... “
Sudah seperti koor saja mereka memanggil daku. Wong teman-temannya banyak.
“Mak..bruk”
Sepeda-sepeda itu terus ditaruh begitu saja di tengah jalan. Kadang-kadang aku yang merapikan wong menutupi jalan soalnya. Tapi ya aku maklum saja wong namanya kid-kid kok. Semuanya serba lugu.
Pengalaman itu menimbulkan rasa kangen tersendiri. Mungkin mereka turut digondol sang bapak menuju kakek dan neneknya. Suasana jadi tambah sepi di hati.
….
Nah setelah beberapa pengalaman itu, tiba masanya menu-ku berganti. Opor ayam..... gegetas,...gipang. Wah-wah mak nyus semuanya. Jam setengah sebelas siang nasi box baru datang. Eeeh.. kok masih ditambah pocari, apel merah, kue pisang, terus kue-kue lagi, terus kacang bawang. Memang bener-bener Ied mubarok.

Lebaran pun menjadi sejarah yang baru saja berlalu. Terdengarlah kabar baru tentang system loggingan yang baru. Yang ini juga istimewa, mengukir sejarah baru. Suatu keintelektualan mengharuskan pikir untuk berpola secara dialektik. Sini saya kasih tahu jika dialektik itu kamu tidak tahu.
Yang dimaksud dengan pola pikir dialektik itu adalah seni berpikir secara logis dan teliti yang diawali dengan tesis, antitesis, dan sistesis.
Tak pernah layak untuk dihormati bila suatu keterpelajaran tak membawa pikiran berpola yang dialektik itu.
Mari kita cerna apa yang telah terkirim ke kita lewat email itu. Ini penting untuk menumbuhkan rasa hormat kita pada suatu bentuk keintelektualan dan keterpelajaran.

Buto reaktor nomor tiga beberapa kali mati, karena masalah yang cukup sepele. Tetap saja reaktor harus mati. Data historis tak pernah menjelaskan kenapa masalah ini timbul. Latar belakangnya adalah Buto reaktor ingin di running dengan rate yang tinggi. Meski sedikit tak tahu diri, tapi ya boleh lah. Wong mereka berkuasa kok. Kalau diibaratkan orang mau menggergaji kayu dia hanya punya gergaji yang sudah tua, sudah tumpul pula. Memang gergaji itu secara teorinya sangat mencukupi untuk menebangi kayu-kayu itu. Berhubung umurnya sudah tua, perlu suatu pentajaman dahulu. Istilahnya Sharp your saw. Orang mengasah gergaji misal satu minggu. Setelah satu minggu baru dia menggergaji pohon terpotong dalam satu hari. Lain halnya bila gergaji yang tumpul tadi langsung dipakai begitu saja. Ternyata waktu telah berjalan 2 minggu pohon pun baru terpotong setengahnya saja. Niatan efisiensi itu malah hanya membuang-buang waktu dan biaya saja. Tapi ya biar saja tho, wong kuasa kok.

Nah mari saya lanjutkan. Sampai dimana tadi.
Itu... Buto reaktor nomor tiga ingin rate sesuai desain. Sah-sah saja alias boleh-boleh saja. Bagaimana ? sekarang sudah sama-sama tahu kan apa yang hendak kita tuju bersama. Dahulu waktu rate sedeng-sedeng saja masalah ini hampir tak pernah muncul. Beberapa kali muncul sewaktu rate mulai tancap gas. Tawaran solusi yang mengatakan kalau begitu lebih baik main di rate yang sedeng-sedeng saja, jelas tak bisa diterima meski masalah mungkin akan teratasi. Itu namanya tak sesuai tujuan awal.
Saya sendiri merasa hormat sekali pada pemikiran para petinggi itu. Yang kemudian menelorkan perintah baru, amati sumber masalah lebih teliti kalau perlu sejam sekali. Kerangka berpikir ini masih berpola dialektik. Itu kenapa saya menghargai, mengapa saya hormati.
Meski sedikit gila tentu saja. Itu lho yang sejam sekalinya itu lho. Jadi ini masih dalam kategori dialektik tur (*jawa : dan) juga gila.

Suatu hal yang aneh, keluar dari koridor pola pikir dialektik. Kok di system buto reaktor yang nomor 1 dan 2 diberlakukan hal yang sama. Padahal tak pernah muncul permasalahan itu di sana. Gek ini dapat wangsit dari mana ? Dimana letak dialektik-nya, tujuannya itu apa, yang mau diresolve itu apanya ? Wong sehat meger-meger begitu lho. Keterpelajaran dan keintelektualan dikhianati kalau begini. Tapi ya ndak apa-apa wong berkuasa kok.
Untuk yang ini saya hanya men-takuti. Rasa hormat sama sekali tak mau kuberikan.
Terpelajar lho ...intelektual lho... kok begini....?
Opo ora hebat ?

Minggu, 26 Agustus 2012
GSI Blok B.5 No.10
Si'Mon Dinomo

Senin, 06 Agustus 2012

Usus buntu menyerang brother-ku ... seluruh keluarga ikut sakit


THR baru saja keluar. Bulan puasa tinggal setengah jalan. Kegiatan lain harusnya dikurangi diganti suatu bentuk amal ibadah. Waktu itu hanya 24 jam lamanya. Tidur akan lebih banyak dengan waktu tidak teratur karena adanya sahur yang berbarakah. Kalau tak dimanage bener-bener, waktu itu kan hilang begitu saja untuk berangkat kerja. Sisanya kemudian hanya untuk tidur. Lha wong ini bulan diobralnya banyak pahala je. Mongsok disia-siakan begitu saja. Maka turnamen pes seluruh staf keluarga “The Goat Family” libur. Sampai habisnya bulan puasa. Libur....libur ….libur banyak kegiatan yang harus diliburkan. Ngibadah...ngibadah...ngibadah... wong bulan ramadhan je.
….
Keramaian rumah sakit itu kok tidak mengenal libur. Tak mengenal bulan. Kelihatannya itu lho, ramai terus. Konsumennya datang tiada henti-hentinya. Malahan banyak yang nginep segala. Apa ini bukan strategi lahan usaha yang bagus sekali. Kalau sekolahan mungkin bisa dibubarkan karena tak dapat murid. Apalagi sekarang sekolahan sudah otonomi begitu. Apa-apa diurus sendiri. Yang dimaksud sendiri itu ya berarti siswa-siswanya yang harus membayar. Jadi siswa yang membayar gaji guru-guru, siswa yang mbayar tagihan listrik, termasuk semua sarana dan prasarana. Ha kalau tidak begitu bagaimana sekolahan bisa berjalan coba ? Maka sering juga saya jumpai sekolahan yang menjadi bangunan tak terpakai. Auranya “singup” (*jawa : menyeramkan) sekali. Menandakan ini sekolahan yang gagal, tak biasa membiayai diri. Apalagi untuk guru-gurunya. Tinggal setan-setan saja yang menginap di sana. Mungkin juga setan-setan itu yang mengadakan kegiatan belajar mengajar sekarang. Malam-malam kalau orang bertamu mungkin akan terdengar :
“Hayo anak-anak kita belajar membaca...
Bhe...u...bu....buuuu
Dhe..i..i..i....dhi...
Budhi.....
Em....a..a...a..ma
Kka...a...a..n...kan
Makan...
Na...a.a....na
Si..i..i...si
Nasi...
Budi makan nasi.”

Opo ora hebat brother ? Setan-setan saja sekarang sudah jadi terpelajar semua. Setan-setan bisa memahami segala bahasa. Bahasa inggris, perancis, belanda, malahan sansekerta juga bisa. Mendengar bahasa sansekerta brother-ku protes kepadaku.
“Rupamu itu...brother suro, mongsok bahasa sansekerta segala itu lho... Itu rak bahasa jaman Bandung Bondowoso tho.”
'We...ha setan itu ndak mengenal umur je, mulai dari setan di jaman Mpu Sedah, Panuluh, Sedah, Gandring sampai di era Obama ini semua-nya bersatu padu je. Lha mereka yang mengajari kan bisa saja tho brother.'
…..
Sekarang setan – setan itu memang sangat canggih sekali. Lebih modern malah. Hawong itu tadi bangunan yang bila untuk bangsa manusia saja, sampai tidak laku sekolahannya. Untuk para setan-setan tetap ramai. Berarti mereka ndak perlu mbayar. Soalnya kalau pakai mbayar harusnya sama bangkutnya seperti yang terjadi pada manusia. Kok ini tidak bangkrut coba, malahan semakin serem... semakin kuat lho aura ke-setan-annya. Setan kok sekarang lebih berbudaya lho daripada manusia itu sendiri. Opo ora hebat ?

Itu lho kamarin itu usus buntu menyerang salah satu brother-ku. Terus dia harus dibawa untuk bertamu  ke rumah sakit, menginap barang, wong dioperasi je. Jadi kemarin kami sekeluarga turut meramaikan rumah sakit yang selalu ramai itu. Satu saja yang sakit, seluruh keluarga jadi ikut sakit. Wong kan memang begitu yang namanya sodara.
Ha bagaimana coba, dengan absennya brother kami itu seluruh keluarga jadi agak pontang panting. Apalagi bila satu lagi nambah meng-cuti-kan diri menghadapi semester pendek. We lha “The Goat Family” makin sakit saja rasanya.
Wong sekarang itu target rate di atas 25 ton per jam je. Berarti tiap shift harus mengisi master batch 5 kali dalam sehari. Ha itu sirkulasinya jadi sangat cepet sekali. Yang tadinya satu cycle paling hanya kebagian satu atau dua kali pengisian. We ha ini sekarang 3 kali itu sudah paling sedikit.
Itu sih belum seberapa. Pengaturan jumlah personel juga makin mepet sekali. Ha kalau pengisian sudah sama-sama mepet team pengisi yang 4 orang personal akan dikerahkan. Sisanya dibawah itu harus mengurusi kesemuanya.
Memang sekarang itu hebat sekali. Logging saja tiap dua jam sekali. Ning rak yo harus dipikirkan tho, berapa jumlah personelnya. Logging memang hal sederhana, fungsinya tak kami sangsikan.
Coba bayangkan orang berjalan mengelilingi plant sampai lantai 6, malah ada yang sampai lantai 9 berapa waktu yang dibutuhkan. Kemudian dikalikan 4 karena per 2 jam. Dari 8 jam kerja tersita waktu itu. Sedang pabrik berjalan dengan rate tinggi, yang rentan problem yang sifatnya urgen. Mungkin orderan ini tak dibuat dengan pertimbangan apa ini akan menyusahkan rakyatku ? Tak ada area untuk mempertanyakan itu. Mungkin ini dibuat dengan suatu niatan baik. Supaya rakyatku terbudayakan hal yang positif. Membudayakan itu memang harus banyak pengorbanan dan perjuangan. Juga jalan raya yang kita nikmati sekarang itu kan karena pengorbanan kerja rodi Deandels. Apa salahnya, ini demi generasi yang akan datang.
….
Jangan salah arti-kan tulisan saya yang seperti ini. Percayalah anda tidak akan rugi. Tak akan ada yang akan dirugikan. Semua itu tetap terlaksana. Silahkan di chek di bantek. Semua itu adalah kewajiban bagi kami. Di PT ' T ' ini kami sudah menanda tangani suatu agree-ment. Dibubuhi dengan materai pula.
“Kamu mau saya bayar sekian....dengan tanggung jawabmu seperti tertera itu ? “
Dan kami sudah disini, artinya kami hanya manggut – manggut saja untuk kemudian membubuhkan tanda tangan. Juga berarti kami harus rela seandainya harus diperbudak. Jika tak rela itu salah namanya, ingkar tanggung jawab.
“Dapurmu... kata diperbudak itu lho, kok kayak pedas sekali. Sarkasme begitu lho..”
'Ealah mbok ya dimaklumi, mbok biar agak sedikit serem. Agak Hiperbolik ngono lho...'
“Ha....3x”
…..
Begitulah kejadiannya akan persaudaraan kami sekeluarga yang sudah semakin rekat. Satu saja yang sakit kena serang usus buntu. Semua keluarga ikut merasakan sakitnya.
Opo ora hebat brother.... ini lho keluarga kita ini lho, apa tidak hebat ? Apa masih minat pergi ? Meninggalkan keluarga yang sudah hebat ini ? Demi real-real yang banyak itu ?
“Ah rupamu...brother suro...brother suro ? “
'Ha.... 3x. Yo ben'.

“Wah jian ini logging apa ndak cukup dua kali saja apa ya... gek latar belakangnya itu bagaimana. Opo ora mikir opo ya, 8 jam dengan personel sekian. Bukannya saya tidak mau, tapi ini tidak manusia-wi namanya.”
'It easy brother. Jangan susah hati, ayo kita kerjakan secara bergantian. Nek kepepet...marilah kita menipu saja. Bukannya kita suka menipu, tapi kita cuma kepepet, kadang-kadang malah tidak kepepet tapi mepet-mepet saja sendiri biar kepepet. Kita tak suka menipu hanya kondisi saja yang tidak memungkinkan...^_^'
….
“Setan....!!!!!!!”
'Stop brother mentang-mentang tadi habis tak critai tentang setan yang sudah terpelajar. Kok mau disebut-sebut saja lho. Mari kita buktikan bahwa budaya kita jauh lebih tinggi. Biarlah setan di alamnya sendiri. Yang begini mari kita hadapi. Kita punya keluarga yang hebat ...jangan lupa.'

Selasa, 07 Agustus 2012
GSI, Blok B.5, No. 10
Surapati

Rabu, 01 Agustus 2012

Menanti sebuah ...T-H-R


Ramadhan pun tiba-lah. Semarak sekali masjid-masjid ibarat festival saja. Maka bulan Ramadhan menjadi bulan yang istimewa baik secara makna maupun suasana. Kok ya tidak terasa dua belas kali gajian sudah berlalu. Ramadhan tahun lalu pun sekarang sudah berganti ramadhan yang baru. Di ramadhan baru banyak juga hal-hal yang baru. Ada yang punya istri baru, ada yang punya rumah baru, ada yang punya jabatan baru, ada yang punya sekolah baru.
Sewaktu mendekati jam-jam pulang, sekarang ini hampir semua brother-ku sibuk sendiri memegang game board di tangan. Bukan game board main balok-balok tetris itu. Itu sudah sangat katrok sekali. Ini game board paling mutakhir berteknologi android. Yang kalau buat main game suaranya sudah tidak lagi...”Tat...tit...tut...lagi...” ning sudah berganti ..'tolat...tolet...' merdu sekali. Sudah seperti musik instrumental-nya si kitaro.
Bentuknya sudah macem-macem, ada yang kotak agak gedhe. Terus bisa dibesar kecilkan pakai telunjuk dan ibujari. Ada juga yang lebih kecil. Ning semua-nya kok ya kompakan pakai android lho. Jadi kalo sudah berkumpul begitu, menjadi pating cruet mengobrolkan soal keanekaragaman android.
Kalau tahun lalu masih pakai game “MUGEN” yang disebut juga “munyuk gendheng', mereka semua sudah pada nrimo. Haning sekarang, sudah tak ada lagi yang menyentuh game mugen itu. Jangan kok menyentuh membahasnya saja sudah sory. Ha ini kan juga sudah suatu bentuk perubahan tho ? Perubahan sik positif begitu kok. Opo ora hebat ?
…..
Rupanya bulan itu tahu-tahu sudah mau bulet saja. Kalau dihitung-hitung sudah menjelang pertengahan bulan ramadhan. Berarti sebentar lagi ada THR. Suatu kata sakti yang membahagia-kan kami sekeluarga. Ingat apa tadi nama-nya ...T-H-R.
Tidak semua orang lho bisa mendapat THR itu. Kalau dipikir-pikir bekerja di PT. “T” itu kurang hebat apa coba. Gaji-nya sudah semi mahal. Pensiunan disediakan. Mau minta obat ke klinik, tinggal tanda tangan saja. Cuma mau ukur tinggi badan, tensi, temperatur diri. Tinggal datang ke klinik, ukur sendiri juga boleh. Photocopy tinggal pencet. Kesehatan di jamin 100 juta per tahun, terus kalo istri mau melahirkan pun pabrik juga ikut membantu. Belum lagi buku catatan, bolpoint itu pun boleh minta kalau tidak malu. Rak sudah seperti kehidupan para priyayi tho ?
Hawong bagaimana coba, tidak usah susah – susah pergi ke pasar berangkat jam 03.00, yang duinginnya clekit-clekit di kulit. Pun tak harus ke sawah memanggul cangkul berangkat jam 05.00. Cuma tinggal hitung hari saja, nanti THR pun akan diberikan.
Opo ora hebat ? Rak sudah seperti priyai kecil tho ?
….
Saya sering kali ditanya-i sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan priayi itu ? Kamus besar bahasa indonesia balai pustaka menerangkan priayi itu adalah orang yang termasuk lapisan masyarakat yang kedudukannya dianggap terhormat, misal golongan pegawai negri.
Dengan perkataan lain priayi adalah orang yang mengerjakan tugas-tugas yang lebih tinggi nilainya dan bukan priayi adalah golongan pekerja, seperti petani atau buruh, pedagang, dll.
Wes biar ces pleng sekalian, sekarang sudah jelas tho...
…..
Ada banyak hal yang menarik yang bisa kita pethik dari perikehidupan priayi sejak nenek moyang kita dahulu. Mari saya cerita-i :
Katanya , ini hanya katanya lho. Kan orang terpelajar itu harus adil, harus bisa menimbang mana yang faktual, mana yang desas-desus. Dan ini bersumber dari katanya :
Bagi seorang priayi harta benda boleh punah, keluarga boleh hancur, nama boleh rusak, tapi jabatan harus selamat. Dia bukan hanya penghidupan, di dalamnya juga kehormatan, kebenaran, harga diri, penghidupan sekaligus. Orang berkelahi, berdoa, bertirakat, memfitnah, membohong, membanting tulang, mencelakakan sesama, demi sang jabatan. Orang bersedia kehilangan apa saja untuk ditebus kembali.
Masihkah contoh dibutuhkan, mari saya beri beberapa. Ini juga katanya, kalau saya tentu saja tak bisa menganalisis sampai seperti ini, tapi jujur saya hanya bisa mengangguk-angguk saja. Untuk kemudian mencoba lebih mengerti.
Dalam pewayangan ada tiga cerita utama, yaitu Arjunososrobahu dan sumantri, lalu Ramayana, dan Mahabarata. Di dalam periode pertama. Ki Dalang akan mengisahkan dalam sebuah lakon “ Sumantri Ngenger”. Yang mengisahkan cita-cita seorang pemuda desa untuk menghambakan diri di ibu kota dan mendapatkan tempat yang baik di situ, walaupun harus mengorbankan adiknya sendiri. Adiknya dibunuh demi jabatan. Wayang adalah suatu keteladanan nenek moyang kita. Bila pada prakteknya banyak yang meniru cerita-cerita wayang. Ha rak itu wajar saja tho.
Nun jauh di kota Surabaya dahulu ada seorang juru tulis pabrik gula bernama Sastrotomo, walaupun kedudukannya sudah cukup tinggi dan terhormat ia masih mengidamkan kedudukan sebagai jurubayar yang mengurus keuangan pabrik. Untuk memenuhi ambisinya itu dia sanggup menawarkan wanita kepada Tuan Besar pemilik pabrik, tetapi ditolak. Kemudian putrinya sendiri ditawarkan dan dijual untuk mendapatkan jabatan sebagai jurubayar tadi. Semua itu terjadi karena warisan budaya nenek moyang , yaitu sikap priyayi yang lebih mementingkan jabatan daripada harga diri, dll.
….
Sudah-lah sampai di situ saja. Saya tidak mau banyak bercerita tentang priyayi lagi. Wong tadi di awal saya nilai bahwa kami sekeluarga itu termasuk para priayi kecil je, kok saya sendiri terus menceritakan priayi itu sikapnya kayak begitu. Tapi itu kan dulu. Nek sekarang masih ada itu kan karena didikan nenek moyang, mungkin kita juga akan begitu juga kalau punya jabatan wong kita didikan oleh nenek moyang yang sama. Ning rak priyai sekarang sudah ndak begitu, sudah humanis semua. Nah ini juga cuma katanya. Mengenai fakta kan bisa dilihat sendiri.
Elho … kok soal priayi lagi, ah benci aku. Kita kembali ke T-H-R.
….
Ini ramadhan baru, semaraknya baru, semoga perubahan yang baik juga bisa segera kita lakukan. Untuk suatu perubahan itu T-H-R kami tunggu, tunggu.
Suatu sore setelah selesai mengerjakan tugas membantu brother-ku di lantai 4, saya duduk ke arah matahari tenggelam. Duduk-nya kok agak khidmat sekali.
“Brother suro, kamu sedang apa kok malah seperti melamun saja ?”
'Nganu brother....saya sedang menunggu'
“Eh...menunggu opo brother, wong di atas sudah tidak ada orang. Wong tadi cuma kita berdua, ini saya sudah sampai lantai 4 ini lho, gek mau nunggu siapa lagi”.
'Itu brother … satu haru hampir berlalu, T-H-R semakian dekat. Saya menunggu kedatangan T-H-R'.
“Gek mau buat apa tho brother ? “
'Buat sarana perubahan yang positif brother'.
“Opo kui brother ? “
'Ilmu baru, pengetahuan baru, atau mungkin istri baru …. insyaalloh'.
“Wah elok tenan.... hebat brother. Yowis ayo saya temani … menunggu T-H-R.”


Rabu, 01 Agustus 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Surapati

Selasa, 24 Juli 2012

Mati listrik .... membawa berkah


“Mak … pet...!”
Waktu itu hari sudah malam. Laut berkilau-kilau terkena cahaya rembulan seperti cermin raksasa. Segala mesin masih berderik-derik dengan berisik. Seketika saja lampu-lampu pada mati. Berisik mesin terdiam sebagai jangkerik didekati orang. Cerobong pembakaran menyemburkan api tinggi sekali, seolah-oleh menjadi obor raksasa yang menerangi segalanya. Sewaktu aku kecil dulu bila ada penerangan yang seperti ini di malam hari, keluarlah kami untuk bermain 'jamuran'. Di halaman-halaman rumah kami, sambil bernyanyi-nyanyi riang gembira.
Kobaran api ini bisa dilihat sekian kilometer jauhnya darir PT. T. Sekilas pandang saja orang-orang bisa menebak, “Oh... itu PT. T, sedang colaps, sekarat....!”
…....
Setengah jam yang lalu, adalah jam-jam sepi kerjaan. Sehubungan dengan sholat dan makan. Sambil leyeh-leyeh di meja makan, kami mengobrol tentang turnamen PES.
“Brother Arsenal punya jagoan baru, kemarin baru beli Giroud dari perancis...”
'City itu mental juara memang mengagumkan....'
'''Wah … saya pakai Juve saja, sudah sejak kecil saya sangat senang pada Juventus. Dulu ada Pavel Nedved...'''
“”Kutinggalkan inter brother, kupilih PSG … dream team yang baru, Ibra baru saja masuk bersama Tiago Silva...””
“Wah tampaknya.... Bayer Muenchen harus beli bek handal ini, tengah sudah ok, striker ok, cuma tinggal bek-nya saja yang kurang jos..”
'Wis lah kite pake Barcelona … wae..'
''Ha ..saya terus pakai apa, yo wes kite Madrid yo ore pape...''.
Pokoknya ramai sekali. Kebetulan seluruh keluarga The Goat Family belum ada yang punya istri. Kalo sersan mayornya sudah semua. Ada kenikmatan tersendiri jadi seorang bujangan, kami bisa main PES sesuka hati, kadang-kadang turnamen sampai larut malam, bahkan sampai pagi. Wong bujangan je.... !
…...
Mati-nya lampu adalah suatu terompet peperangan akan adanya serangan mendadak yang sangat berbahaya. Dibayarnya kami dengan mahal. Emmm sik...sik...semi mahal sajalah, adalah untuk bersiap-siap menghabisi serangan – serangan mendadak seperti ini. Bila kami kalah ketiga buto reaktor bisa murko lagi. Dan itu menjadi urusan yang panjang dan sangat melelehkan. Tak ada lagi obrolan, meja makan langsung sepi. Larilah semua ke plant, untuk segera membunuh reaksi.
Ditemani obor saya tidak main jamuran, di temani obor kini saya harus berperang. Karena kewajiban saya, karena tanggung jawab sebagai prajurit infantri yang dibayar semi mahal.
…..
Besar sekali artinya bagi para pemegang kapital. Kematian ketiga buto reaktor adalah kematian sumber kapital yang mereka tumpuk-tumpuk. Meski mereka punya kekuatan dengan dana-nya yang besar, mereka tak bisa berbuat apa-apa. Mungsuhnya adalah pemerintah, mereka kalah kekuatan dengan pemerintah. Mau menuntut juga percuma. Kekuatan PLN di atas angin. Diamlah para pemegang kapital itu sembari sambil sedikit menggerutu.
Mereka adalah orang-orang terpelajar, sebentar saja akan segera mengerti keadaan, segera mengerti bagaimana agar sumber kapital itu tetap berjaya, juga agar tetap bisa menghidupi kami-kami ini dengan gaji bulanan yang semi mahal itu. Oh alangkah hebatnya mereka , sehebat Nederlend yang bisa memberlakukan tanam paksa, kerja rodi. Sehebat jepang yang bisa memberlakukan romusha di negeri ini. Negri yang kaya, yang seperti surga. Tapi bukan untuk manusia-nya. Yang tetap sama seperti dahulu. Biar bagaimana kehidupan harus tetap berjalan.
….
Pelanggaran itu adalah suatu hal yang biasa. Manusia itu kan suatu kali juga ada khilafnya begitu kok. Kemakluman dari semua pihak itu mbok harus selalu jadi suatu kebijakan. Contoh saja listrik mati kemarin anggap saja sebagai kekhilafan dari penyedia sumber listrik. Wong sebenarnya sama sekali tidak ada niat untuk berbuat begitu. Berbuat yang bisa merugikan banyak pihak. Mohon kebijaksanaannya.
Nah sekarang kalau giliran plant yang sedang khilaf mbok biar saja, mohon kebijaksanaannya. Itu lho dari salah satu corong pembuangan itu kok menyemburkan debu-debu putih yang tebal. Sama sekali tidak ada nita untuk menyemburkan debu ke lingkungan seperti itu. Suer deh. .... !
Brother mpeep katakan tentang semburan debu itu sampai seperti naga. We... ini pelanggaran tenan wong itu mencemari bumi, mencemari lingkungan, negri-ku sendiri, lingkunganku sendiri. Haning bisa apa lagi kami ini, nanti kalau benar-benar dimatikan kami ndak dapat bonus je. Lagi pula suara kami tidak ada harganya. Jadi mohon kemaklumannya saja. Mohon kebijaksanaannya. Kan wajar sekali-kali khilaf.
…...
"Oh... kematian listrik yang membawa berkah !"
'Lho kok bisa brother suro ? '
Yaitu tadi salah satu-nya. Mbok ndak usah ribut, biar saja agak nyembur sedikit. Sekali waktu khilaf itu kan wajar.
Brother, ngomong-ngomong karena listrik mati. Sementara ini master batch ngisinya ndak terlalu banyak. Bulan puasa je, opo ora hebat brother....?
“Iyo brother suro....hebat...hebat...hebat tenan. Alhamdulillah”.


Rabu, 25 Juli 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Surapati  

Kamis, 19 Juli 2012

Gara-gara bos....mau berkunjung....


Pada suatu kala para brother-ku menyapu lantai dari pojok sampai ke pojok yang lain. Sik...sik...sik, kok rasanya ada yang kurang pas. Itu kata “pada suatu kala” itu kan biasanya dipakai untuk menceritakan sebuah dongeng. Tidaklah sesuatu itu dinamakan dongeng melainkan hanya imaginasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tak dapat juga ditentukan kapan waktu-nya terjadi, termasuk tempat terjadinya. Maka dongeng – dongeng itu biasanya dimulai dengan kata-kata itu. Misal, pada suatu hari di negri antah barantah.
Lha ini bukan kisah dongeng, ini adalah suatu kisah nyata tentang budaya bangsa-ku sendiri.  Jadi mari saya perbaiki awal dari cerita-ku ini.
.....
Waktu masuk shift malem awal bulan Juli, terlihatlah para brother-ku sedang memegangi sapu dan pengki.  Menyusupi setiap lorong diantara pipa dan kompresor, menyelinap dari sudut ke sudut yang lain. Terus begitu sampai lantai menjadi kinclong. Tidak ketinggalan aku juga ikut. Wong kewajiban je.
Kau tahu sebabnya ?
Itu lho, wong katanya si bos mau datang berkunjung je ...! Semua harus terlihat bersih, kinclong, excelent, dan excited.
Opo ora hebat ?
....
Kalau diri dilirik sama pak bos, kalau diri dekat sama pak bos, kalo pak bos sudah manggut-manggut ... lha rak semua-nya jadi mudah tho. Wong bos je. Bos itu punya kekuatan untuk berbuat. Dana-nya banyak je, jika tersedia banyak dana kekuatannya itu tinggal di order saja.
Maka-ne sangat perlu sekali untuk punya muka di depan bos.  Rak yo ngono tho ?
Itu lho seperti  orang pacaran, rak kalau mau apel motor sudah harus dicuci, baju ditrika sangat rapi, parfum-nya pakai parfum perancis. Merk-nya... mmmm...nganu ... apa..itu...
Wah biar mikir saya tetep tidak tahu brother. Maklum saya ndak pernah pakai.
Soalnya demi nama je, pokoknya nama itu “uber alles” (di atas segala-galanya).
....
Maka tidak perlu kaget, atau sok-sokan kalau secara faktual para petinggi negara itu atau para petinggi yang lain-lainnya biar penghasilannya sudah berpuluh juta, tetap saja banyak hutang. Malahan terpaksa harus korupsi. Lha ini rak sangat ilmiah sekali. Ini saya cerita-i :
Nek wong cilik mangan sama tempe saja rak sudah cukup tho, kendaraan cukup sebangsa kyai legowo prasojo saja rak wis cukup tho, begitu pun tidak akan merusak nama-nya. Wong nama-nya saja sudah cilik kok, dikata-katain cilik juga tidak bakalan tersinggung. Haning coba kalo mereka yang tinggi-tinggi tadi. Pendatapannya yang banyak habis buat mempertahankan nama. Bila ada wong cilik yang punya agak mewah, dia harus lebih mewah. Wong petinggi je. Makan sama tempe, we lha muka-nya mau ditaruh di mana ?
Ada acara ya harus yang wah ... wong petinggi je. Terus mobilnya harus yang suaranya halus, itu suaranya yang bunyi-nya...”Tleser...tleser...tleser...gleyor...gleyor”. Sampai tidak ketahuan kalau ada mobil yang mendekat. Wong saking alusnya suaranya je.
Sebenarnya juga tidak ingin korupsi, ning ya mau gimana lagi... kehidupan harus tetap berjalan je.
....
Itu adalah budaya bangsa-ku sejak dahulu. Yang suka-nya pada segala bentuk keseakanan, bukan berpikir secara apa adanya tapi berpikir pada apa yang seharusnya di hadapan orang lain. Pandangan orang lain terhadap diri-nya itulah yang diagung-agungkan. Lha tidak salah kan kalau kita nama-i “KESEAKANAN”. Padahal yang seharusnya itu berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain.
Dan aku tertawa mentertawakan diriku sendiri, mentertawakan bangsa-ku. Bangsa yang sakit, bangsa yang gila hormat. Nek manusia tidak gila hormat, apa ya ada .. itu kan lumrah(*pent: bahasa jawa = wajar) namanya.
.....
Kebetulan waktu itu saya satu divisi bersama brother mpep. Sambil terus menggoyang-goyang sapu kami mengobrol :
“Brother suro... kita ini bersih-bersih karena bos mau datang katanya. Ha terus apa ya kita ini juga akan dilirik sama bos-bos itu tho brother ? Apa bos-bos itu tahu jasa kita dalam menyapu ini begitu lho ? Terus apa bos-bos itu akan dekat sama kita, akan mengayomi kita ? “
We... lha sudah tentu tahu brother. Ha kalau bukan kita, siapa lagi yang mau menyapu coba ?
“Eh... yang bener brother, kalau bos seneng... segalanya jadi mudah, kalau bos sudah manggut-manggut... lha itu barangkali mau ngasih bonus gedhe brother....”
Wah... dirimu semakin cerdas brother.
“Kalo begitu, ayo kita sapu sampai bersih brother...biar kelihatan mengkilat, kinclong. Biar pak bos.. manggut-manggut. Biar dapat bonus gedhe. Opo ora hebat kalau jadi bos itu brother.... wong mau datang saja pakai disambut yang meriah begini ? “
Iyo...brother ...hebat...hebat...hebat tenan jadi bos itu.


Kamis, 19 Juli 2012
GSI Blok B.5, No.10
Surapati

Kamis, 12 Juli 2012

Tukeran nasi padang....


Siapa yang tidak kenal dengan nasi padang. … ?
Hampir di seluruh pulau jawa bisa ditemui warung padang itu. Pokoknya sudah pating tlecek dimana-mana. Brend merk dari warung padang menjadi suatu daya tarik tersendiri untuk didatangi pelanggan. Wong rasanya memang sangat “nyuss” sekali je. Nasi yang diguyur kuah-kuah beraneka rupa itu, diberikan satu sendok sambel ijo, lalu daun ketela yang seger menyusul untuk melengkapi menu sajian. Tinggal pilih lauknya pakai apa, ayam bakar, ayam goreng, kikil, ikan bakar, pindang, etc, etc, etc.
…...
Makan nasi box nampaknya cukup membosankan. Mekipun lauk-nya enak-enak juga. Malah sudah seperti menu-nya para elite. Diantara ayam goreng, cumi, aneka telor, aneka ikan, pindang, daging, udang, sate. Nek bangsanya tahu, sayur, tempe, terus mendoan, lalapan … mmm... itu adalah properti pelengkap yang sudah harus ada. Wong memang disetting paling tidak biar mendekati menu empat sehat lima sempurna kok. Ha nek ndak begitu, we ha .. itu team chatering bisa langsung diputus kontraknya. Bila gizinya kurang, pekerja – pekerja kelas kambing seperti kami ini, ha bisa kena typus nantinya. Wong dengan menu yang mendekati empat sehat lima sempurna itu saja masih banyak yang masuk rumah sakit je, ya karena berkenalan dengan salmonela typosa itu.
Rak lain bener tho dengan menu-nya wong cilik. Nek saya pulang ke Prambanan itu saja paling-paling makannya sama tempe goreng, tahu goreng, atau sama kerupuk saja. Dengan sayurnya yang mengambil di kebun ya daun singkong, ya pakai pepaya, ya pakai nangka muda, ya daun pepaya...wis semuanya ada di kebun sendiri dan kebun tetangga. Biar begitu nuansanya itu lho.... wong di kampung sendiri je.
Apa masih tidak percaya nek menu makan di PT “T” itu tergolong elite, sangat jauh dari menu-nya wong cilik. Opo ora hebat brother ?
Ning anehnya para brother-ku itu masih merasa bosan juga. Buktinya mereka masih sering suka tuker sama nasi padang itu. Menu-nya keluarga lain yang sama-sama jadi pekerja kelas kambing. The Goat family bekerja itu tak sendiri, ada banyak keluarga yang menyokongnya. Salah satu dari keluarga yang lain itu memberi menu untuk para pekerjanya dengan nasi padang.
Walaupun sudah kondang akan kemak'nyus'-annya ning mereka ternyata juga mengalami hal yang sama seperti para brother-ku. Wal hasil karena sama-sama mengalami kebosanan. Tukar-menukar menu menjadi salah satu fenomena di PT. T.
We.. jadi yang enak-enak itu selamanya juga belum tentu membuat betah. Kok ya sodara 'kebosanan' itu lho datangnya kok ndak pilah pilih.
…..
Nuansa perkembangan sosial politik di PT. T kok nampaknya makin panas saja. Itu lho, kok sepertinya makin lama pemegang kapital itu semakin tak memanusia-kan manusia. Apa malah cendikia bangsaku sendiri yang berlaku begitu..... Mmmm setidaknya ini tidak perlu saya bahas lebih, nanti banyak yang tersinggung.
Aku teringat waktu jepang datang ke Indonesia, yang begitu hormat sama Soekarno...
“Mr. Soe... kami tidak bisa menghandle rakyat bangsamu..tolong-lah kami, bantulah kendalikan mereka.”
Ya...akan saya bantu...asal kalian jangan memperlakukan mereka dengan buruk, asal kalian juga mau menghormati mereka, asal kalian tidak sewenang-wenang kepada mereka. Jika ini dilanggar aku tak akan pernah mau bekerja sama dengan tuan.
“Baik...baik ...Mr. Soe kami berjanji...”
Sepertinya itu hanya berlaku dulu saja, dan juga untuk seorang Soekarno saja. Sekarang para petinggi itu …. …. … . Aku tak menyalahkan mereka. Belum tentu juga aku bisa lebih baik dari mereka. Ini soal kemanusiaan, ini soal keyakinan hati. Sesuatu hal yang setiap pribadi berhak untuk menentukan untuk dirinya sendiri.
….
Tadi itu wong yang enak-enak saja bisa membuat manusia itu menjadi bosan. Apalagi bila ketemu yang tidak enak. Sodara kebosanan itu kok semakin meraja lela. Dalam hati brother-brother-ku mulai bermunculan pemikiran yang sama.
“Seperti-nya di sini bukan lagi tempat yang cocok bagi-ku. Kita tak dihargai sebagai manusia. ”
Mungkin perasaan itu akan terus tertumpuk. Sesuatu yang tertumpuk itu bila tidak direlease akan menimbulkan pressure yang berlebih. Tentu saja berakhir pada sebuah ledakan.
Kekompak-kan para brother-ku menjadi suatu release alami yang mengobati segalanya. Saat kebosanan datang menyapa, lain hari ia hilang seiring canda tawa kami sekeluarga.
….
Kebosanan bukan suatu hal yang bisa lenyap begitu saja. Meski beberapa kali terobati, ia tetap datang dan datang lagi. Makanya pada suatu waktu, saat saya ngobrol dengan brother-brother-ku.
“Wah brother suro... sekarang saya mau tukeran nasi padang. Terus nanti saya mau nyari tukeran yang lain juga...”
Eh... kok kayak teka-teki saja lho. Gek tukeran apa itu brother ?
“Ha itu saya itu baru menunggu … informasi barangkali ada tempat tuker yang lain. Burouge, Caqco, Cafco, Sabic, Kayan, … ato apalah begitu brother. Biar kerja-ku makin mak 'nyusss', seperti ini lho … nasi padang yang baru saja tukeran ini.
Opo ora hebat brother ? “
Elok tenan brother. Hebat...hebat...hebat tenan.
…..
Aku pun juga turut berpikir, mungkin ada baiknya saya nyari tempat tukeran juga. Yang seenak nasi padang itu.


Kamis, 12 Juli 2012
GSI, Blok B.5, No.10
Surapati

Senin, 09 Juli 2012

Naliko buto... Murka....


Reaktor kami itu sangat gede sekali. Wong diameternya kira-kira 6 meter, tingginya bisa mencapai 30 meter. Itu belum ditambah dengan puncaknya yang menggembung seperti pentol korek. Dengan reaktor ini bisa menghasilkan produk yang bisa mencapai 20 ton per jam. Opo ora hebat ?
20 ton lho, itu juga masih perjam.
Berarti yang justeru harus kita pikir-pikir itu reaktor kan bisa memakan bahan baku sebanyak yang diproduksi. Wong katanya dalam neraca masa berat yang masuk sama dengan berat yang keluar.
Coba kita pikir bareng-bareng. Apa tidak rakus sekali itu reaktor. Di dalam perutnya dia bisa makan sampai 20 ton perjam. Kita saja paling-paling cuma 2 piring sudah pol mentok tok....tok. Sudah kemlekeren, ndak bisa ngapa-ngapain. Cuma gulang guling sambil memegangin perut.
…..
Kalau dalam pewayangan suatu makhluk yang rakus, alias tamak itu dinamakan “BUTO”. Karena reaktor kami itu sama rakusnya berarti dia itu adalah salah satu dari buto. Bila di indonesiakan buto itu kurang lebihnya ya seperti raksasa. Ning ini tetap kurang bener. Ha wong Kresna itu juga bisa bertiwikrama je, berubah menjadi raksasa yang gedhe banget. Ning raksasa ini tidak jahat, malah membela yang benar. Wong sejatine si Kresna je, mongsok Kresna jadi jahat... ya ndak ada dalam kamus pewayangan dong.
Jadi jelas kurang benar kalau buto itu disamakan dengan raksasa. Kita sepakati saja mungkin bahasa indonesia yang terlalu miskin. Hingga tak bisa dipakai untuk membedakan antara buto dengan raksasa.
Dianggap saja bahwa buto dan raksasa itu sodara begitu sajalah.
….
Baru – baru ini si buto reaktor sedang murka. Memuntahkan isi perutnya yang tinggi banget, tur juga buanyak banget. Gonjang – ganjing semua kalau buto baru murka.
Terlebih si mbak. Wong dia jadi harus begadang beberapa hari di pabrik. Mbak-ku yang ayu jadi kuyu sekali wajahnya. Memang cukup berat bila orang harus bekerja pada malam hari yang disetting untuk beristirahat. Tidur bisa diganti seharian memang, tapi tetap saja kok rasanya sedikit lain di badan. Apalagi kalau sudah beberapa hari. Kalau tidurnya kagol begitu kok bawaannya emosi saja. Kadang kala saya sendiri kalau tiga hari kerja malam begitu, buku yang saya sediakan untuk saya baca malah saya sepak pakai kaki. Soalnya hati saya kok seperti menyuruh ayo...baca, kamu harus membaca.
Ning terus saya jawab, “Baca...baca... gundulmu amoh itu ! Apa tidak tahu apa, saya ini masih ngantuk. Minggir sana....!”
Sudah barang tentu menghadapi buto yang sedang murka itu sangat berat. Apalagi untuk mbak-ku.
Nek dalam cerita pewayangan yang bisa mengalahkan si buto itu ya kang mas Arjuno begitu. Buto cakil memang sangat pethakilan tingkah dan polahnya. Ning kalau kang mas Arjuno sudah mengeluarkan panah pasopati, atau keris pulanggeni. We...lha dalah ini sudah seperti ksatria baja hitam yang mengeluarkan pedang matahari. Wassalam, buta cakil pun menemui akhir hayatnya. Masuk dalam kotak di samping pak dalang.
Mungkin juga kalau disamping si mbak sudah ada kang mas arjuno, jangankan hanya satu buto reaktor. Ha wes tho... walaupun tiga buto sekaligus... mak wush bablas angine. Wong mbakyu-ku itu hebat tenan je.
Ning si mbak itu ya...ndak usah khawatir. Wong dimana – mana woro sembodro ya justeru yang akan dicari-cari sama kang mas arjuno. Kan tinggal menunggu waktu saja. Ndak perlu bimbang-bimbang segala. Tinggal yes or no, saja. He... 3x.
….
Perintah itu kira-kira mengatakan tidak diperbolehkannya adanya suatu delay. Berbicara soal untung, jika ditanyakan kepadamu “kamu mau keuntungan berapa ? Satu juta, dua juta, sepuluh juta ?”
Nek saya jawab cukup hanya dengan sepuluh juta saja berarti saya tidak punya bakat untuk menjadi orang kaya. Harusnya itu ya, saya ingin untung yang sebanyak-banyaknya. Tak terbatas.
Nah … kalau sudah begini, bukannya ini juga kategori rakus. Yang tamak bukannya tadi kita kategorikan sebagai buto. Weh lah kok banyak sekali buto. Ini buto lagi murka, yang ini kok ikut-ikutan murka.
…..
Untuk memenuhi kerakusan para buto, dibentuk-lah team khusus yang menangani kemurkaan buto reaktor. Dari keluarga kami terakhir kali yang terpilih adalah brother Mpeep, brother Omi, dan brother Basyir. Selama 12 jam mereka harus ditanam di area pabrik.
“Weh … selamat brother. Kalian adalah orang-orang terpilih.”
'Iya .. ini brother suro, itung-itung buat latihan.'
“Lho... latihan apa brother ? “
'Ha.. ya itu, kan di arab sana ada juga yang system kerja-nya 12 jam-an. Opo ora hebat brother suro ? “
“Iyo... iyo...hebat...hebat...tenan brother”.
Itu terakhir kali aku berbincang-bincang dengan brother-brotherku.
….
Implikasi dari suatu perubahan system itu tentu meliputi banyak segi. Salah satunya tentang nasi box. Karena ada dua macam team, tentu saja persedian jumlah nasi box extra lebihnya. Regulasinya kalau seperempat jam menjelang pulang, ada persedian nasi box yang masih ada, itu boleh kami makan. Yang artinya itu menjadi punya umum, siapa pun boleh memakannya.
Akhir – akhir ini jumlah box sisa itu kok kadang-kadang banyak banget. Maklum berhubung kami ini anak kontrakan, yang dapurnya di warteg-warteg sama warung padang. Ini kesempatan yang sangat kami nanti-nantikan.
“Elho ini kok ayamnya ada banyak, tak ambilin semua brother ...buat di rumah...”
'Yo wes ambil saja ayam-nya... saya mau ambil jeruk-nya...'
Aku kerupuknya ya... semua-nya saya ambil...
….
Tiba – tiba saja semua-nya jadi serakah. Lho bukannya tadi serakah itu sifatnya si buto ? Lha kok ini aku, dan para brother-ku kok juga jadi buto semua.
Eh .. gek ini gimana. Kok semua jadi buto....

Senin, 09 Juli 2012
GSI, Blok B. 5, No. 10
Surapati

Jumat, 06 Juli 2012

Konklusi sesat ... oleh naluri kemanusiaan.


Di gurun pasir sahara, anak-anak mengemis bukan meminta uang...di pinggir jalan itu, sambil mengulurkan tangannya mereka berkata :
"Pak minta air, minta air..."
Setitik air lebih berarti dari segalanya di gurun sahara. Setitik air yang menjadikan rumput hijau tumbuh di padang gersang.
....
Suatu hari ada budak dari orang moor, yang dibawa ke perancis oleh seorang pilot. Ia bercerita tentang pertunjukan musik dimana perempuan-perempuan telanjang menari pada taman bunga. Taman hijau seperti itu tak pernah disaksikannya di sahara. Mereka mengagumi air terjun. Suatu kemurahan yang tak ditemukannya di Padang sahara. Naluri intuitifnya sebagai manusia membawanya pada sebuah pandangan sesat :
"Di Perancis air mengalir berhambur sejak ribuan tahun, kenapa Sahara tidak.... sungguh Tuhan tidak adil"
"Kau tahu ? Tuhan adalah orang Perancis... ia lebih murah hati kepada orang Perancis jika dibandingkan Tuhan orang Moor kepada orang moor"
.....
Demikian exupery menceritakan yang terekam di otak-ku. Ini bukan suatu masalah untuk engkau tuduh-tuduhkan. Ini adalah suatu sifat kemanusiaan yang wajar. Tak ada yang bisa menyelamatkan kecuali tangan Tuhan itu sendiri. Siapa yang bisa menjamin keselamatan diri dari pikiran-pikiran sesat ?

Jum'at, 06 Juli 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Sihmanto

Rabu, 04 Juli 2012

Mie-Su (Indoemie-susu) + Kopi hitam cap Kupu-Kupu ... dan perekonomian kerakyatan


Dari hasil keputusan sidang pleno bulanan. Ning yang tak mesti tiap bulan ada itu. Ha piye wong kadang-kadang satu bulan malah bisa dua sampai tiga kali je. Malahan kadang libur kalau plant baru banyak kerjaan. Kalau dirata-rata ya sidang pleno bulanan itu yang paling pas.
Yang memutuskan bahwa :
The Goat family hendak membangun tatanan ekonomi mandiri. Melalui peninjauan yang begitu brilian seiring dengan semakin digemarinya mie instan sebagai suplemen and nutrisi tenaga yang praktis, ekonomis dan terjangkau-is itu.
Maka dibentuk-lah suatu badan perdagangan mie instan. Ini perlu untuk meningkatkan uang khas keluarga besar “The Goat Family” dan jajarannya.
…..
Waktu sidang itu kebetulan saya baru cuti, jadi saya sendiri tidak menghadiri rapat pembentukan itu. Eh kok tahu-tahu begitu saya masuk, keluarga besar kami sudah mem-bakul. Weh … opo ora hebat ?
Bisa dikatakan sidang bulanan kami itu termasuk istimewa sekali. Dilihat dari namanya saja, rapat ini tentu rapat besar. Wong namanya juga “Pleno” kok. Jadi harus dihadiri seluruh anggota keluarga. Termasuk semua sersan mayor dan bapak-bapak kolonel.
Terus biasanya suguhannya itu lho, yang tidak main-main. Martabak hoki... yang notabene jenis martabak yang katanya paling “nyusss” di kota cilegon ini. Tidak tanggung-tanggung 2 piring, 3 piring bahkan lebih. Ditambah lagi sama cemilannya, yang kacang-kacangan … entah garuda, dua kelinci,etc, etc. Plus minumannya mulai dari fanta, coca cola, sprite, sama satu lagi yang biru seperti spritus itu … apa namanya ....mmm... ha... 3x.... aku lupa. Plus nyamikan yang lain.
Tak salah kiranya nek martabak hoki itu yang paling digemari. Coklatnya yang tebel, yang kalau dipanasi di microwave terus ada yang mendlewer-ndlewer dengan campuran kacang wijennya itu, yang ditangkupkan dengan lapisan martabaknya sendiri yang tebal. Begitu mencomot satu, tangan basah kena dleweran coklatnya. Dan ketika langsung digigit... “mak nyussss” coklatnya melumer di mulut.
Itu belum seberapa satunya lagi, irisan dagingnya pating pendosol gedhe-gedhe, ngasih telurnya yang nggak tanggung-tanggung menjadikan irisannya tebel-tebel. Disampingnya disediakan kuah dalam mangkok, apabila dicelupkan di kuah, terus langsung dimakan begitu … “mak nyussss” lagi.
Memang benar ini sidang pleno-nya wong cilik. Tapi suguhannya itu yang membuat mata tidak mengantuk saat mengikuti sidang. Opo ora hebat ….. ?
Ini tidak bikin tekor uang khas lho, wong banyak sukarelawan je. Ha itu...brother..., terus brother ….
Weh... pokoke elok tenan.
…..
Brother Febri diberi amanat untuk menjadi manager badan perdagangan kami itu. Dengan brother adnan sebagai seksi kulakannya. Memang pas ha wong mereka berdua itu satu team mengisi master batch je.
Sejarahnya sepertinya juga perlu saya ceritakan kenapa mie menjadi menu istimewa di pabrik kami. Wong cilik itu ternyata memang bisa membuat aneka kreasi yang bercitrarasa tinggi. Itu karena kepepet. Kebetulan wong cilik itu yang paling banyak kepepet.
Nah suatu kali ada yang mencoba meracik, mie instan itu dengan susu bubuk yang disediakan oleh pabrik. Ternyata setelah resep digethok tularkan, semuanya menyukai. Akhirnya campuran mie instan dan susu atau yang bisa disingkat jari “Mie-su” itu menjadi sangat populer. Dengan diperkuat dalih kesehatan yang katanya dengan ditambah susu, bisa mereduce bahan pengawet.
Taraf selanjutnya orang boleh meramu sendiri seberapa konsentrasi susu yang diinginkan.
…..
Waktu jam-jam nge-mie-su, tentu saja saat sepi pekerjaan di balik “Mess room” PT.”T” seringkali akan tercium bau racikan khas yang menggoda selera. Jika tidak percaya silahkan dichek.
Belum lagi kalau saat itu brother Basyir sedang ikut di dalam. Soalnya dia itu juga seorang master racik meracik kopi, dengan mengukur tingkat kepanasan air dan rasio campuran kopi dan gula yang katanya juga harus pas itu. Tunggulah sebentar sampai bunyi klothak-klothak proses pengadukannya selesai.
Dia akan berkata dengan bangga :
“Ini dia brother.... KOPI HITAM CAP KUPU-KUPU”.
Yang harumnya semerbak ke seluruh ruangan. Oh...brother-brotherku yang kreatif.
….
Dalam dunia perdagangan memang enak kalau membayangkan untung yang di depan mata. Secara teori untung itu sudah menjadi keniscayaan dari badan dagang kami itu. Ning nyatanya saat harus kembali dibelanjakan, kok tak bisa buat kulakan lagi. Ternyata uangnya nyangkut dalam bon-bonan utang. Ini permasalahan yang harus kita sadari ,juga dimaklumi, wong berdagang sama wong cilik je. Kalau ngutang itu kan wajar tho.
Ha...terus jebulnya mental untuk membayar utang tepat waktu itu kok ya susah betul. Padahal kita yakin semuanya mampu untuk segera melunasi. Tapi kok kayaknya masalah hutang itu, kurang menjadi perhatian kita. Kadang – kadang harus sampai dioyak-oyak, diingatkan berulang kali. Memang nilai-nya kecil. Masalah hutang itu kok dirasa kecil lho, biar nilainya memang kecil. Ning rak namanya tetep hutang tho.... ? Hutang lho …. dunia akherat lho urusannya...
Lupa pada hutang itu rasanya kok nikmat betul …..
….
Saya melihat bahwa fenomena ini merupakan suatu hal yang sangat istimewa. System perekonomian yang sangat mengagumkan. Wong dengan harganya yang Rp 2000, - itu orang boleh mengutang. Dan mau dibayar satu minggu, dua minggu, atau satu bulan ke depan ya mbayarnya tetap Rp 2000, -. Ha rak ini berarti system perdagangan kami terbebas dari riba tho ?
Mbok mari system ekonomi yang seperti ini kita namakan system ekonomi kerakyatan. Terus mari kita kembangkan bersama. Biar tercapai suatu keadilan sosial bagi seluruh …..
Biar kita lebih berkemanusia-an yang adil dan beradab.
Opo ora hebat …?


Kamis, 05 Juli 2012
GSI, Blok B. 5, No. 10
Serdang, Serang, Banten
Surapati

Rabu, 27 Juni 2012

Radio pun bisa berbohong....


Kebohongan adalah suatu kata benda. Kosa kata yang bila ditinjau secara moral maupun agama termasuk dalam kategori tidak terpuji. Ning kadang kala justeru kita jumpai malah kita sendiri pelakunya. Kok sepertinya berbohong itu mat...nikmat betul rasanya.
….
Waktu itu sedang masuk shift siang, nah satu lagi dalam tataran keluarga goat family ada Mr. Han, yang dia itu lebih banyak bersama ketiga sersan mayor. Beliau senang melucu. Kadang kala melucunya pun dengan kebohongan.
Saat sudah jam-jam nasi box datang, ning padahal nasinya belum datang. Ini menjadi kesempatan yang sangat empuk bagi beliau.
“Bebek goreng …. ati …. sop buntut”
Maksudnya beliau itu menawarkan pada seluruh staf anggota “The goat family”. Karena pekerjaan kami yang dilapangan dan kesibukan yang tidak mesti, biasanya pada nitip untuk menuliskan nasi box dengan lauk yang disukai. Barangkali saja ada yang berminat.
Jajaran menu yang setiap hari berubah, meski memang sudah tersedia draft list menunya, Mr. Han kukira tak menghafalnya. Dan memang ini diniatkan untuk bercanda. Ning dengan kebohongan. Yang penting kan bikin geeerrrr....suasana keluarga.
Berhubung diberikan sebuah stimulus, dan memang perut sudah keroncongan … ada juga salah seorang diantara kami yang tertipu. Radio pun langsung bersuara nyaring.
“Mr. Han... minta tolong ...saya dituliskan sop buntut”
Atau ada yang lain lagi yang memesan menu lainnya sesuai dengan selera.
Jawabannya tentu saja, hanya tawa yang cekikikan, wong nasinya memang belum ada je, apa yang mau ditulis. Berulang kali ini terjadi, memang bercanda itu suatu sisi menghilangkan penat dan kebosanan. Plus kepercayaan kami pun semakin berkurang dan semakin menghilang kepada Mr. Han. Lama-lama tak ada juga yang kena tipu.
…..
Suatu kali kok kebetulan plant sedang anteng-anteng saja. Kegesitan brother Erbe, Fahmi, dan Indra. Sudah cukup mengatasi kerjaan-kerjaan normal. Matahari baru saja mau angslup, tapi masih terlihat di langit selat sunda. Pemandangan sunset begini memang indah dilihat dari selat sunda. Posisinya yang pas berhadapan langsung dengan sang surya itu. Yang warnanya orange kemerah-merahan, kadang – kadang dengan awan yang bergerombol-gerombol. Waktu maghrib hampir tiba. Nasi box pun telah siap sedia. Saya sendiri baru didapuk, untuk menggantikan salah satu sersan mayor yang mau makan terlebih dulu. Jadi saya nunggu nengkrus di depan komputer dengan empat monitor itu. Ha kok tiba-tiba ada bunyi suara yang menggemparkan lho....suaranya itu keras sekali :
“Mak nguing...nguing...nguing...nguing.....nguing....”
Wah lha ini ada alarm kebakaran je.... berarti pasukan tanggap darurat densus 55 harus segera bergerak. Wong ada alarm kebakaran je... opo ora gawat itu ? Petrokimia je ….
Jauh di seberang ruangan sana, brother Adnan dan brother Basyir sedang duduk khidmat mau membuka nasi box. Brother Zur waktu itu sedang training jadi tak bersama kami.
Tentu saja panggilan kewajiban harus segera dilaksanakan, nasi box ditinggal, monitor itu pun tak tinggal lari setelah sersan mayornya datang. Densus 55 pun bergerak cepat. Ha piye 55 ribu je.... opo ora hebat ?
Ha kok jebulnya... alarm-nya palsu lho. Ning rapopo wong wes kewajiban kok. Harus siap, harus sigap. 55 ribu je.
Mendekati pulang kami sekeluarga sedang leyeh-leyeh di meja laporan. Ha kok suara alarm kebakaran itu bunyi lagi.
“Mak brabat... pasukan 55 segera lari menuju lokasi”
Lagi-lagi kok ya cuma alarm palsu saja lho. Kok sekarang alarm juga semakin seneng membuat kebohongan. Barangkali ingin turut meramaikan suasana, ingin membuat suasana geeeer begitu.

…..
Menjelang subuh, aku berjalan bersama brother adnan menuju Control room. Pekerjaan yang diperintahkan sudah beres. Jam-nya untuk shalat shubuh hampir tiba.
“Wah radio-nya ini lho … wong tadi saya ambil baterai-nya masih tiga baris. Ha ini kok belum ada sejam sudah langsung angslep... mak tulit..tulit..tulit...begini.”
Elho ha itu berarti radio-nya sudah suka berbohong brother.
“Iya ini radio saja sekarang kok ya sudah pandai berbohong. Apa radio yang jujur juga semakin langka apa ya...”
'Ha … mungkin saja.. ha... 3x'
Kami pun tertawa, suasana pun jadi geeeerrr karena kebohongan radio. Terus ini siapa yang mengajari coba ha alarm, terus radio saja kok sekarang sudah banyak yang suka berbohong lho....
Apa lagi kita … kita yang membangun lingkungan itu sendiri. Ning ora popo … ha yang penting kan, pikiran tidak bunek, suasana jadi geeerrr njur tidak monoton.
Opo ora hebat....

Kamis, 28 Juni 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Surapati

Selasa, 19 Juni 2012

Demi kelancaran proses....


Jalan itu beraspal mulus, dengan got besar di kanan kirinya. Umurnya sudah mencapi 20-an tahun, tapi masih tetap layak pakai. Di kedua sisinya ada got besar, yang tidak berair kecuali jika hujan lebat saja. Memang ada yang ada airnya tapi itu hanya di kubangan – kubangan persimpangan saja. Kadang kala banyak ikan mujairnya dari yang anakan sampai induknya yang gede-gede, berenang – renang kemudian akan mengumpet bila didengar orang datang.
Dan jalan beraspal itu sangat lengang,waktu itu jam menunjuk-kan pukul lima sore. Sekitar setengah jam yang lalu seorang pemuda dengan seragamnya yang serba putih, melewati jalan itu. Pada kedua tangannya tergantung sampel yang dikemas dalam plastik. Sampel-sampel itu bergelantungan dan bergenteyongan.
Disebelah got itu ada beberapa area lahan kosong, dahulu pada lahan itu banyak ditumbuhi rumput-rumput yang buahnya punya duri seperti jarum. Apabila dilewati buah-buah rumput yang berduri itu akan menempel pada kain celana dan kaos kaki. Durinya yang tajam terasa cleklit-clekit pada kulit.
Sekarang rerumputan yang demikian sudah tidak ada, kalau pun ada paling hanya beberapa gelintir saja. Kerikil – kerikil kecil mendominasi hingga tampak makin bersih dan rapi.
Semua itu dilakukan demi kelancaran proses. Wong katanya rumput itu berbahaya, bahan yang mudah terbakar bila ada api.
…..
Kali ini sekelompok orang dengan pakaiannya yang biru-biru melewati jalan yang beraspal itu. Membawa kunci aneka ukuran. Terus berbelok ke selatan menyusuri tangga demi tangga menuju ke lantai 12. Kadang-kadang dengan nafasnya yang sudah “Hosh...hosh...hosh...” mereka berhenti di persimpangan tangga, mengambil ancang-ancang nafas baru.
“Pabrik genting tiga jam lagi sudah harus selesai, jika tidak pabrik mati....”
Pesan itu membuat team berbaju biru semakin tergopoh-gopoh. Salah seorang brother-ku menemani mereka. Untuk turut membantu bila diperlukan.
Kok.... ya langit itu cepat berganti tadi yang masih terang bercahaya, ha kok sekarang sudah merah. Si matahari itu lho, kok ya tahu...tahu angslup, begitu.
Eh... kok ya maghrib sudah tiba. Haning pekerjaan belum selesai....
“Wah ndak istirahat dulu pak ...”
Si brother-ku menyelethuk.
“Ndak ada team pengganti mas, pokoknya kita lanjut sampai selesai...”
Wuih...edan bener – bener pasukan yang bertanggung jawab. Haning shalatnya gimana ? Eh ..hawong mungsuhnya sama tanggung jawab je, shalat ya nanti dulu kok. Tapi shalat itu kan juga suatu kewajiban. Eh pokoknya ya ...tanggung jawab dulu kok.
Lho...lho...lho..ra terus pokoknya tho....?
…..
Aku segera menggantikan brotherku, supaya dia juga bisa segera shalat. Ha masalah makan gampang, yang penting tanggung jawab dulu. Eh … kok tiba-tiba maghrib pun berlalu, jam menunjuk-kan setengah delapan malam.
Tepat sebelum tiga jam berlalu pekerjaan itu pun selesai. Dengan pengorbanan shalat maghrib yang keteteran. Weh team yang elok tenan, dengan muka yang kucel-kucel kulihat team biru itu menuruni tangga demi tangga.
Di bawah kami berkumpul … sedikit menggosip.
“Tadi itu kok katanya cuma 3 jam saja ya..toleransinya... kalo diitung-itung rasanya empat sampi lima jam masih bisa lho ”.
Eh... kok masih nanya lho, ha itu kan namanya strategi... kalo ndak gitu, nanti kalo waktunya molor..ha bener-bener mati no pabriknya. Piye tho ?
“Wo jadi demi kelancaran proses yo...”
Ha..iyo brother.
…..
Mulai saat itu kami hampir satu keluarga mengetahui, bahwa demi kelancaran proses berbohong itu dibolehkan bahkan dianjurkan. Ha wong demi kelancaran proses kok. Tugas kita kan menyelamatkan proses.
…...
Pada malam berikutnya, beberapa brother-ku kok muka-nya agak nyluntrut, lusuh sekali begitu.
“Brother ...gek kamu itu kenapa ? “
Nganu brother suro....saya itu ngantuk sekali, hawong baru habis ujian. Trus tadi ada acara kok ya banyak banget. Jadi ngantuk bin cuapek tenan aku brother.
“Ha yo uwis...tidur saja dulu, ning ngasih tahu mau tidur dimana nanti kalo ada kerjaan kita bangunkan.”
Eh...kok tidur tho brother, ha wong tidur selama jam kerja itu ndak boleh begitu kok.
“Lho...ha ini demi kelancaran proses je, coba kalau kamu ngantuk begitu, kamu naik tangga terus njlungup. Atau kamu salah operasikan alat, ha rak itu namanya membahayakan proses tho..?”
Mmmm...ya..ya...ya.... ok … ok
Demi kelancaran proses......

Rabu, 20 Juni 2012
Prambanan, Jawa Tengah
Surapati

Minggu, 17 Juni 2012

Kebudayaan feodal....


Apakah kau akan menyalahkan aku ? Apabila seorang yang asosial ini tak menyukai sesuatu yang berkerumun-kerumun begini. Juga apakah suatu kesalahan jika aku menyukai pandanga-pandangan Gorki maupun pram dan juga Soekarno yang begitu menentang feodal. Dimana letak kesalahan feodal itu. Kukira dari yang kurasai saat ini system ini hanya terdiri dari dinding kepura-pura-an, dinding kepalsuan yang sangat tebal.
Orang yang lebih tua memang harus dihormati. Dan memang sudah menjadi adat bangsaku setiap pernghormatan itu harus sampai setinggi langit. Seperti penghormatan terhadap raja atau nabi. Cara-ku menghormati mereka yang hanya sekedarnya mungkin akan disalahkan.
“Nak...dimana kau sekolah, dimana adatmu sebagai orang timur. Dasar anak tak tahu adat.”
Kukira kalimat itu salah mari aku terangkan kepadamu :
“Nak kenapa kau perlakukan aku sebagai manusia biasa saja...Kenapa tak kau hormati aku seperti kau menghormati raja atau dewa-dewa ? “
Dan jawabanku :
“Pakdhe... karena kau manusia biasa seperti-ku”.
Bukankah Islam diterima di negri ini lantaran sifat egaliternya ?
Ai... dimana yang egaliter itu , tenggelam dalam budaya ketimuran. Budaya leluhur yang berbudi luhur....ai...ai...

Tertawalah...ini hanya pandangan seekor cacing jelata yang hanya bisa meranyap-rayap. Meski begitu biar ia terus menggeliat-liat menyampaikan suatu perlawanan yang bisa ia lakukan.

….
Merokok... icon kejantanan...
Pada forum seperti ini asap rokok seolah beterbangan dengan bebas. Dan memang dibebaskan dan disediakan.
“Rokok mas ? “ Berulang kali mungkin akan kau terima tawaran demi tawaran.
Rokok adalah amunisi bagi yang krisis kepribadian, krisis kejantanan. Tanpa rokok berarti lelaki tidak berkepribadian dan tidak jantan.
Ai...ai....

Prambanan, Surakarta
Minggu, 16 Juni 2012
Surapati

Rabu, 13 Juni 2012

Aglome ... si sontoloyo....!


Kasihanlah sesuatu yang dinamakan aglome itu. Semua membencinya, termasuk “The Goat Family”. Yang itu artinya aku juga turut membenci. Bahkan kedatangannya pun tak diharapkan sama sekali.
Bentuknya beraneka macam, ada yang lempengan-lempengan putih, ada yang bulat kecil-kecil seperti popcorn, ada juga yang bulat padat seperti batu granit halus sekali. Tetap saja ia dibenci.
Bukan tanpa alasan kenapa semua benci dengan aglome. Memang dia itu sangat menyebalkan.
Kalau dia hanya datang seorang demi seorang itu tak mengapa. Tapi realitanya kadang kala si aglome itu sangat supel sekali. Saking supelnya dia punya banyak sekali kawan. Nah kedatangan aglome dengan kawan-kawannya itu lebih tepatnya bukan suatu kunjungan melainkan sebuah serangan. Ha piye kadang kala mencapati titik 1 ton per jam-nya. Apa tidak hebat ?
Atas dasar ini jangan pernah namai anak-anakmu dengan nama misal saja “Aglome Subagyo”. Kan nama lain masih banyak. Abdurahman atau abdulloh begitu kok yang paling yahud.
He.... 3x.
…..
Serangan aglome menyisakan banyak cerita. Untukmu akan kupaparkan beberapa yang kira-kira
begini :
Suatu malam kami satu keluarga terkapar semua menghadapi serangan aglome. Waktu itu kira-kira jam setengah satu malam. Hanya beberapa brother-ku saja yang masih bertahan. Sedang aku sendiri turut terkapar, ada yang di atas jumbo, di atas pallet, di greeting got, juga ada di atas lantai belaka.
Kok rasanya mak lesssss.... langsung tertidur pulas.
Sang kolonel tahu, hampir semua anak buahnya terkapar. Maka beliau turut menghadapi serangan aglome yang waktu itu kembali dengan terompet perang.
Weh edan, Mr. Nggamping memang bukanlah seorang tiran, juga bukan seorang feodal, beliau sangat bijaksana. Brother-ku yang masih bertahan membangunkan kami.
Sreeet...sreet...sreet... naluri prajurit kami bekerja secara otomatis. Mongsok kolonel sudah berlaga je, prajurit santai-santai....we lha tidak tanggung jawab itu namanya. Senjata langsung segera dipegang. Sapu ijuk, pengki, begel baja kira-kira 25 meter panjang, dan gada besi aneka rupa. Pokoknya bisa untuk memukul. Walhasil bekas dari aneka peperangan itu masih bisa dilihat sampai sekarang.
Ha pipa yang penyok-penyok itu sebagai saksi peperangan demi peperangan yang kami menangkan.
…...
Aglome memang sontoloyo. Bikin rusuh dunia wong cilik saja. Lha segala bentuk permasalahan itu yang paling sensisif ya wong cilik. Wong cilik itu rumusnya dari dulu yang tetep sama....”Sing legowo, sing prasojo, sing nerimo...”.
Lho.... itu sodara aglome kembali menyerang, pipa jadi tersumbat.
Sogrok....sogrok...sogrok....
Wuuuuuushh......
Brulllll....bruk...bruk...bruk....
Setengah ton aglome berserakan di lantai....
Sret...sret..sret...sapu segera bergerak lincah. Sampai lantai bersih kembali. Selang setengah jam lagi, datang serangan lagi...setengah ton pula harus dibersihkan. Begitu seterusnya sampai 8 jam kedepan.
…..
Tak ada apresiasi tersendiri dari jajaran para priayi untuk setiap kemenangan terhadap serangan aglome. Berjibakunya para prajurit terhadap aglome dianggap sebagai suatu hal yang remeh.
Ha … cuma sapu menyapu saja kok, tukang ini dan tukang itu juga bisa, apanya yang istimewa.
Memang benar juga …. ning 8 jam lho, kan ya butuh mentalitas. Tapi apa sih pentingnya mentalitas ?Pernah suatu waktu kami dengar …
“Kerja modal semangat doang … ya tak ada gunanya … harus pakai otak....!!!”
Bagi-ku sendiri … boleh orang punya otak seencer kuah soto...tapi kalau tak punya semangat....”Ah go to hell....!!!!” Itu bagiku sendiri, tentu saja aku yang tak punya otak, yang hanya punya semangat saja. Entah bagaimana pandangan brother-brotherku yang lain aku tak tahu.
Bagi para priayi yang penting kapital jalan terus. Muka tetap terjaga.
Nah...brother kalau mau rebutan muka, aglome bukanlah suatu yang tepat dijadikan sebagai momen. Carilah yang lain. Yang kira-kira lebih menjanjikan agar “muka”-mu lebih terlihat.
Ai... cari muka ? Muka kok dicari....!
Elho … piye tho...Muka je... coba kalau orang ndak punya muka gek piye cobo....
Bagiku sendiri tak terlalu penting … muka-ku di depan para priayi itu bagaimana, apa yang bisa kulakukan untuk memenuhi kewajiban akan kulakukan. Ning ya kadang – kadang turut mencari juga dimana si muka ngumpet-nya....ha wong muka je... kayak tidak tahu saja....
….
Kalau sudah menyerang begitu, kami wong cilik tak bisa apa-apa, kurang punya authority untuk menghabisi markas komando aglome. Ya hanya bertarung dan terus bertarung saja sebagai sesama prajurit. Wong aglome itu juga punya prajurit je.
Analisa brilian dari si mbak-lah yang teramat sakti, setidaknya ketiga sersan mayor kami dengan tangan-tangannya yang berkekuatan itu. Yang bisa menghabisi seluruh pasukan inti aglome dalam beberapa jam saja.
Eh.... perihal mbak-ku itu mungkin belum aku ceritakan kepadamu. Dia itu seorang yang ayu dan sangat trengginas. Selebihnya aku ….....

…..
Brother indra, erbe, dan fahmi...setiap hari bertugas melacak gerakan underground dari aglome.
Radio adalah alat komunikasi utama kami sekeluarga, jangan bosan jika aku tuliskan perbincangan kami di radio. Berikut ini hasil pelacakan ketiga brother-ku yang melapor pada sersan mayor kami.
Brother indra :
“Mr. Slow...masuk...masuk....!”
Suk...masuk...
“Aglome di mesin 1 300 gram per jam”.
…..
Brother erbe :
“Mr. fast...masuk...masuk...!”
suk … masuk...
“Aglome di mesin 2 enol, alias tidak ada”.
…..
Alhamdulillah 'alla kulli hal... masih aman brother. Selang beberapa lama giliran brother fahmi
melapor :
“Mr. J … masuk...masuk...!”
suk ...masuk...
“Roll bag penuh, sampai luber-luber.... line ngeblock....!!!”
….
We..lha dalah... ini gimana, wong kemarin baru saja ditandangani untuk genjatan senjata, tak ada perang sampai habis lebaran je... kok tiba-tiba bikin manuver begini.
Memang sontoloyo si aglome itu....
“Mbak.... iki piye....!!!!!!”


Rabu, 13 Juni 2012
GSI, Blok B. 5, No. 10
Surapati

Kamis, 07 Juni 2012

Teman ngisi master batch....


Dua hari ini kok saya itu ketemu terus sama master batch.
Dusil ...dusil...dusil... evernox.....evernox.....
Ha ketemu kok ya master batch begitu ya...mbok yang lain.... semacam nganu begitu.
“Eh kok senengannya nganu lho, gek nganu itu apa ?”
Nganu itu ya …. nganu.. pokonya ya nganu. Tidak ada kata yang lebih pas terdengar. Itu lho semacam yang bikin geeeerrrr.
“Wo es ….berarti, wong ketemu sama es saja kok lho senengnya sebegitunya..”
Weeee.... yo wes es yo tidak apa-apa. Dadi nganu itu ketemu sama es....
…...
Bener master batch itu mara'i roso, bisa buat fitnes kata teman-teman. Tapi kalau tiap hari ?
“Wong namanya fitnes kok, semakin sering kan berarti semakin bagus.”
Nyak...rupamu …. ! Nek ini ngapusi tenan. Master batch je.... kok tiap hari. Alasan ya boleh, ning nek katanya setiap hari ndak apa-apa. We lho kalau ini tentu bohong belaka. ha... 3x.
“Yo ...wes kalau gitu tak ganti. Wong namanya sudah kewajiban je. Kewajiban lho...ojo lali.”
Kewajiban ? ...hmmm...ya...yaa...ya... kewajiban.
…..
Ada yang istimewa saat mengisi master batch. Temanku ngisi master batch itu mempunya karakter yang hampir sama denganku. Seorang A-sosial, introvert, melankolik yang sempurna.
Orangnya kecil dan begitu pendiam. Ning sekarang sudah pinter ndagel, dengan aneka canda. Biar badannya kecil, ning roso tenan. Ha piye kadang-kadang  semua additive itu diprepare sendirian lho. Rak urik (*curang) tho ini namanya. SR formula lho ..
Mongsok additive yang total bisa 1,5-an ton itu diprepare sendirian. Opo ora hebat ?
Padahal sudah saya wanti-wanti
“Brother … kalau prepare additive jangan bersatu. Berdua saja. Nanti melet-melet lho...”
Ning kok tetep ngeyel, jian brother-ku yang ini gek mau-nya itu bagaimana... he...3x.
Saya itu merasa sangat bersalah, saya itu justeru sangat menderita. Ketika aku harus bersimaharaja lela, sedang brother-brotherku yang lain harus berbanting-banting.
Memang saya itu ndak terlalu kompeten untuk menjadi seorang leader. Tapi tetap saja saya diminta jadi leader karena pangkat paling betah saya di PT “T” itu.
Adalah saya ini seburuk-buruk leader jika aku hanya ber-enak-enakan sedang mereka yang dibawah ke-lead-an ku itu berjibaku tak kira-kira. Duh sungguh penderitaan tersendiri.
Tapi kok rasanya mereka kayaknya ndak mau kalau saya itu harus turut berjibaku begitu.
“Wes nanti sample kita bagi saja brother, biar saya ngambil yang jam pertama.”
Wah ndak usah....biar saya ambil saja. Brother suro stand by saja di tempat.
“Lho kenapa ? “
Ya ndak kenapa-napa.
“Wah lha ini berarti namanya budaya feodal... merasa hina pada atasan, harus merunduk-runduk pada atasan, nggih sendiko dawuh. Apa pun itu pokoke taat dan patuh sama atasan. Ini harus dibuang. Saya itu menderita kalo disuruh diam, sedang kulihat kalian berjibaku begitu. Wes sini biar jam pertama sample tak ambil. Ingat budaya feodal harus dibuang.”
Mendengar penjelasanku yang kedengarannya sangat intelek itu, brotherku hanya manggut – manggut saja. Padahal dalam tubuhku sendiri budaya feodal masih bercokol, masih dalam tahap penghapusan.

….
Suatu sore menjelang berangkat shift malam. Aku mengobrol dengan bapak tukang parkir Dunkin Donat cilegon.
“Berangkat mas ? “
He'eh pak....masuk malem.
“Kerjanya berat tho mas ? “
Ya... semua dikerjakan pak, mulai nyapu-nyapu, bersih-bersih, angkat junjung.
“Berapa paling berat yang harus dipikul tiap hari mas ? “
Ya paling beratnya 25 kg tiap bag tapi ada banyak pak, kadang bisa sampai 60 bag.
“Halah wong kayak begitu saja kok ya berat tho mas...hawong saya itu dulu pernah mengangkut karung semen satu truk sendirian lho.... itu cuma 25 kilo saja lho, kok ngeluhnya sudah ngaruworo (*bhs jawa : mengeluh keterlaluan). “
…...
Mulai saat itu aku tak terlalu menganggap master itu berat. Hanya 25 kg per bag. Ah ...it's easy.
Tiba-tiba terdengar suara diradio....
“Brother suro...coming...coming....”
Coming brother …
“Hari ini kita ngisi tiga … SR dua formula, ditambah 5301 AA, ngisinya mepet semua menjelang subuh...”
Oh...ok... It's easy brother.....
Waktu ngisi...kepala lier-lier menahan kantuk. Di belakang dua tumpuk additive masih menunggu.
Nafas sudah mulai tersengal-sengal, sambil terus membatin...
Dusil...dusil...dusil....

Jum'at, 08 Juni 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Surapati

Kamis, 24 Mei 2012

Mr. Nggamping


Suatu tatanan masyarakat ya harus disertai dengan pangkat-pangkatnya. Ada yang jadi RT, RW, Lurah, Bupati terus sampai presiden. Pangkat-pangkat itu bukan sembarangan saja disusun. Ha..misalnya saja kalo sersan harus hormat pada letnan, letnan harus hormat pada mayor, mayor harus hormat pada kolonel, begitu seterusnya. Dengan bantuan si pangkat, yang empunya pangkat itu berhak memerintah. Punya kekuatan dan otoritas. Opo ora hebat ?

Goat family itu hanyalah prajurit – prajurit rendahan yang harus mengikuti instruksi perintah dari Sersan Mayor yang ada 3, jumlahnya. Sersan Mayor 1 begitu expert, sangat kalem menghadapi prahara yang muncul dari mesin-mesin tua itu. Pamornya begitu mendalam panggil saja Mr. Slow. Sersan Mayor 2 sangat jenius, agresif meski baru tapi bisa belajar cepat. Maka kita namai Mr. Fast. Sersan Mayor 3 cukup low profile saja. Namanya Mr. J.
Mungkin nanti ke depan aku juga akan banyak bercerita tentang 3 Sersan Mayor kami itu.

Nah baik kami maupun ketiga sersan Mayor itu harus juga mengikut pada pertimbangan sang kolonel. Kolonel dimana saja berhak memerintahkan, bahkan jika perintah itu tanpa alasan, dengan sebuah kata yang klasik....
“Pokoknya ….
“Pokoknya....
“Pokoknya...
Tentu saja dia berhak. Wong berkuasa kok. Dan kami juga wajib melaksanakan instruksi, wong kewajiban je. Ning kolonel kami tidak begitu. Kolonel kami tidak peodal dalam memerintah kami.
Meski dia berhak memarahi, meski diterka aneka pressure dari jenjang atas-atasnya. Beliau tetap kalem, slow. Seolah – olah pesan yang tak kentara itu berbunyi :
“Aku percaya pada kalian, itu ada tugas ini, ini dan ini … terserah cara kalian, yang penting beres”.
Goat family cukup tanggap ing sasmita. Mak Sreet ...sreet...sreet...tugas pun dikerjakan.

Kolonel kami yang sangat wise alias bijaksana itu bernama Mr. Nggamping. Wong katanya kalo tidak salah berasal dari Nggamping di Ngayogyakarto sana lho. Seorang sosok yang lembah manah ini, dalam memerintah pun sangat mengajeni prajurit-prajurit sebagai kami ini. Kadang kala masukan dari kami pun diterimanya, atau meski tak masuk akal tak dicelanya.
Banyak sekali cara orang memerintah, dan itu sah-sah saja wong kan memang berhak. Ning ada perintah yang memuliakan manusia istilahnya mengajeni manungso, dan ada yang memerintah versi kolonial terhadap bangsa jajahan.
“Ambilkan sample ini ...
“ROV X gak mau nutup ...ayo didekatin segera....
“Master batch belum diisi ...hayo buruan tinggal sekian jam lagi
Nah kesemua-nya itu yang menurutku cara memrintah ala kolonial. Ya tidak apa – apa , tiada yang salah, alias sah-sah saja. Wong berhak je, wong berkuasa je. Ning....ning...ning....

Yang membuatku kagum dari Mr. Nggamping ini, meski dia juga berhak, meski dia juga berkuasa. Kalau memerintah dia itu sangat halus....
“Yo...kawan-kawan, minta tolong extruder segera diprepare....
Rasanya kok lain, kok lebih mak nyes dihati. Kaum wong cilik sebagai kami ini serasa dihargai begitu lho, ha masih pakai kata tolong” segala lho.
“Ada yang bisa ke extruder, minta tolong pressure suction Gear Pump naik ...segera...segera...
'Yes...mister....!'

Serdang, Kamis 24 Mei 2012
Surapati

Kamis, 17 Mei 2012

Goat Family....


Berhubung kambing itu bahasa inggrisnya goat. Biar agak keren sedikit “keluarga pekerja kelas kambing” yang berjumlah sepuluh orang itu, termasuk saya diganti saja menjadi “Goat Family”. Biar ringkes, gampang disebut.
Apa tidak keren …. hiak...hiak..hiak.
Yang sepuluh itu adalah brother ind, brother erbe, brother fahm,  brother mpep, brother omi, brother basyir, brother subh, brother Adn, brother zurr, dan aku sendiri suropati, atau cukup suro saja.
Kebetulan dari keluarga yang besar itu saya ini didapuk jadi leadernya bersama brother zurr. Eh … nanti dulu, biar saya jelaskan dulu. Didapuknya saya jadi leader keluarga itu bukan karena saya ini paling pinter, paling ngerti, paling paham alias expert begitu. Ning karena saya ini yang paling betah di sini … ha iyo kok wong seangkatan saya sudah pada minggat semua itu ke negeri seberang. Seberang ning jauh.... he....he..he.
Ha kok pada minggat itu kenapa he ?
Lho jangan ditanya alasan-alasannya kok, alasan itu ada yang subjektif dan ada yang obyektif. Nah alasan yang obyektif itu, mungkin saya rasai juga. Ning kan ndak etis kalo musti saya tulis juga. Wong biar bagimana “goat family” kami itu masih punya induk keluarga yang lebih besar je. Biar sejelek apa pun ya harus dilindungi, dibela, disokong, ...wong keluarga je.
Sehubungan dengan prestasi saya menjadi yang paling betah itu … didapuk-lah saya jadi leader dari keluarga 'Goat Family'. Apa ora hebat ….!!!

Si bungsu adalah brother ind, brother erbe dan brother fahm.  Nek pengen tahu takaran sample menyemple, kapan timing yang pas, yang mak nyus buat diambil. Tanyalah pada mereka bertiga ini yang sudah mendapatkan certifikat expert di dunia persampel-an.
Personel berikutnya brother mpep dan brother omi. Kakak-nya para bungsu itu.Wong kami itu bersepuluh kakak beradik semua-nya je. Dua orang anggota keluarga kami yang ini perawakannya jangkung-jangkung semua. Terakhir kali saat mau menutup valve exchanger saja, saya yang harus jinjit-jinjit, neng terus diganti sama brother-brother-ku itu, apa tidak peka sesama sodara itu namanya. Goat Family...je....
Sedikit perlu ditambahkan tentang si brother mpep itu, kok rasanya brother-ku yang ini agak nyentrik, hawong kadang-kadang mukanya itu penuh senyum klecam-klecem begitu...terus kadang-kadang brother-ku yang lain itu malah jadi tertawa kalau melihat kleceman-nya itu. Wuih ….senyum-mu merobek hatiku …. peace brother...:).
….
Di teve itu kadang-kadang kan kita lihat tom and njerry. Yang keliatannya gelut melulu, ning sebenarnya hatinya akur. Pas banget tom and njerry itu buat menggambarkan brother omi dan brother basyir. Tak pernah sunyi keluarga kami dari kemesraan mereka berdua.
Nek brother Adn, selain suka mendownload pelm-pelm, dia yang juga agak nyentrik ini kok ya paling klop sama brother mpep. Ha piye wong satu team ngisi master batch je. Mode sisirannya yang belah pinggir, dengan rambutnya yang sedikit berombak...eh itu mbak-mbak hati-hati dengan rayuan mautnya. ...he...he..he.
Brother Subh, anteng-anteng saja. Pokoknya tidak neko-neko. Paling-paling kena implikasi dari yang lain-lainnya saja. Dalam suatu system kan juga harus ada yang moderat biar bisa menjaga keseimbangan. Biar tubuhnya agak kecil yang kadang jadi ledekan brother-ku yang lain. Tetep anteng – anteng saja. Wong penjaga keseimbangan je.
Begitu juga dengan brother zurr. Bersama daku diberi tugas me-nge-lead, semua brother-brother-ku itu. Jadi posisi pas-nya jadi patihnya begitu. Kok pangkatnya ndak sama. Hawong prestasi ke-betahan-nya masih menangan saya beberapa bulan. Ha ya karena itu saja tetep saya yang jadi lead-nya.
Maka saya ini yang didapuk jadi yang paling tua. Paling betah je ….! Brother zurr ini badannya agak subur, juga anteng-anteng saja. Sebagai penjaga keseimbangan keluarga. Ning kalo bekerja teliti, sregep, rajin, pokok-e pas jadi bapak rumah tangga.
Terus yang tersisa tinggal satu lagi, yaitu saya sendiri. Mereka menyebut-ku mas suro. Wes cukup begitku saja kalau mau tahu diriku ya tanya saja sama brother-brohterku. Biar ngobyektif kok.

Bagaimana kami tidak bersyukur coba. Kami dapat keluarga yang rukun, gayeng, guyub...weh kurang apa. Wong nama keluarga-nya saja sudah keren begitu. “Goat Family” je...ojo lali. Maka ayo bareng-bareng ngucap syukur.
Alhamdulillah 'ala kulli hal.
Wes begitu saja dulu …. nanti kalau kepanjangan rak jadi pada bosan …. biar kayak sketsa-sketsa, atau essay – essay di kedaulatan rakyat, atau di radar banten itu lho, yang ada tiap pekannya.

Jum'at, 18 Mei 2012
GSI, Blok B.5, No.10
Surapati.


Minggu, 13 Mei 2012

Ada cinta di Doli.. Doli ... Doli ...


Daging – daging itu berjajar dengan setengah telanjang. Paha yang putih dan mulus-mulus itu, sengaja ditawarkan pada tuan-tuan yang beruang.
Si tuan yang beruang itu boleh memilih jajaran daging itu untuk dipeluk dan diciumi semau-maunya. Hanya mereka yang beruang yang boleh datang, mereka yang juga hilang iman.
Kawan.... ! Dahulu pemandangan itu kita saksikan di Doli. Sebuah kawasan disamping tempat lahir Anneleis. Siapa bilang itu Surabaya punya ? Pemandangan serupa kurasa ada si setiap sudut kota. Tak hanya sekarang ada, maksudku zaman ini saja. Sudah sejak embah-embah-nya nenek moyang pun mengenalnya.
Banyak sekali orang memaknai kosa kata cinta. Justeru inilah yang memberikan makna cinta itu secara riil. Kau tahu maksudku kan ? Yaitu bertemu-nya daging dengan daging, untuk bisa saling memeluk dan mencium-i. Yang lebih kasar lagi boleh dikata hanya berkisar bagaimana sperma bisa keluar dari liangnya.
Itulah ***Cinta***. Meski...
Orang boleh mengartikannya dengan berpuluh atau bahkan beratus makna lagi. Mereka boleh memaknai, mereka punya hak untuk memaknai. Bagi-ku sendiri kurasa itulah makna ri'il dari cinta. Yang selalu memabuk-kan, demi bisa saling bertatap dengan daging yang bisa diciumi dan dipeluk itu.
Alasan itu tinggal dibuat saja untuk menutupi sebuah kepentingan, cinta suci, cinta tulus, cinta sejati, … alasan tinggal dibuat saja, dan alasan itu ada sekian juta yang bisa dijadikan tunggangan. Demi tercapai daging dengan daging yang bisa bertemu untuk saling berpeluk dan saling cium itu.
…..
Mengapa mereka hendak kau kutuki ? Mereka yang menjajarkan daging-nya (*yang mempesonakan itu... ) di tempat sebagai Doli , juga di tempat-tempat lain di seluruh sudut buana ini.
Beruntunglah mereka yang masih diberikan iman, beruntunglah mereka yang masih diberi keteguhan hati untuk menggigit erat aturan-aturan Tuhan. Tidak semua hati diberi cahaya,....
Alangkah kasihan hati yang tak diberi cahaya itu ….
Begitu saja …. roda perjalanan sang kala yang terus berputar, tak menyisakan apa-apa selain keberuntungan dan penyesalan.
….
O...cinta... cinta yang selalu memabuk-kan itu. Jangan tanya tentang kecerdasan setan dan iblis. Iblis yang juga menunggangi cinta, untuk mencapai tujuan-tujuannya. Cinta bisa menjerumuskan hamba pada jurang-jurang neraka, cinta bisa mengatarkan pada kenikmatan surga yang tak terjamah oleh akal sebelumnya. Hati mana bisa tahan bila diserang cinta ….

Betapa cintanya aku pada . . . . . , Aku mengharap untuk bisa berpeluk, bercium dan bercumbu rayu dengan . . . . . ,
Walau seribu kesusahan hati aku temui, itu tiada mengapa karena aku mabuk oleh cinta kepadanya. Untuk ini aku berterima kasih …..
Alhamdulillahi 'ala kulli hal...
Alhamdulillahi aladzi bini'matihi tatimmu ash shalihaah....


Senin, 14 Mei 2012
GSI, Blok B.5, No. 10
Surapati

Rabu, 09 Mei 2012

Keinginan yang maha kuasa....


Alang-alang bergoyang-goyang di sebelah utara got. Secara berjajar disepanjang got itu ada jembatan beton berselang-seling. Di tempat itulah aku terduduk memandang ke arah barat. Di ujung pemandanganku itu tepat pada pertemuan antara laut dengan langit yang membentuk garis lurus.
Matari sore kian meredup sirarnya, dinding langit kehilangan warna birunya tersapu gumpalan awan yang bertumpang tindih.
Dunia yang luas pun kehilangan terangnya, bala tentara malam perlahan turun menyelimuti sang buana.
Masih dari arah pandangku itu kawan, hendak kuceritakan beberapa hal lagi. Tentang riak-riak putih yang beralur-alur, kapal-kapal yang terapung, juga tentang gerakan si air yang tak jemu terus membantingkan diri ke daratan. Semua itu hal yang sudah biasa, pemandangan sore hari di selat sunda.
****
Udara tempatku bekerja kian sumpek terasa. Kurasa intrik-intrik manusia mulai menggeliat juga. Keinginan kawan …. keinginan yang menjajah pikiran, lambat laun merusak-kan area kemanusia-an, merusak-kan kehamba-an manusia yang mengaku berTuhan.
Hal yang juga sudah biasa terjadi di buana yang luas ini. Buana manusia.
Yang selalu menuntut dipenuhinya keinginan demi keinginan yang tiada berwatas itu. Jangankan kawan, apalagi arti seorang kawan ? Kalau perlu biarlah ia dibuang sejauh-jauhnya. Ke dalam got di bawahku ini mungkin.
Tak penting lagi soal halal dan haram. Apa pula hak Tuhan melarang -larang dengan sebuah kata haram itu. Hanya orang pedalaman yang berikat-kan kekolotan yang mengagung-agungkannya.
Yang penting itu adalah terpenuhinya keinginan-keinginan. Inilah yang berlaku di dunia modern. Aturan main yang lebih relistis.
Oh... Keinginan yang maha kuasa.
****
Mengembara-lah si hati dan pikiran ini pada sebuah lahan, dengan tanaman-nya yang hijau – hijau itu. Pada musim penghujan gelombang daun pada mendayu-dayu tertiup sang bayu. Bertani …. !
Hanya itu yang didiidamkan hati …. Bertani di tanah-ku sendiri.

Kamis, 10 April 2012
GSI Blok B.5, No. 10
Surapati